Hakekat Kebudayaan Indonesia

*NASKAH : SAMBUTAN & CERAMAH HAKEKAT KEBUDAYAAN INDONESIA, OLEH GUS MUH.BASIS (GMB) _Alias_* *DRS. H. MUH. BASIS, MBA, M.RI (PEMRAKARSA & PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN) DALAM :*
*SIMPOSIUM NASIONAL KEBANGKITAN KEBUDAYAAN INDONESIA 2006 (Disingkat SIMAK BUDI 2006) TGL. 20 MEI 2006, DI GEDUNG UC UGM, YOGYAKARTA*
*_{Diselenggarakan atas Kerjasama Padepokan Bhakti Nusantara (PBN) Pusat dengan Direktorat Jenderal Kesatuan, Kebangsaan dan Politik (KESBANGPOL) DEPDAGRI}._*

*● TULISAN AMAT SINGKAT INI, MOHON DIBACA SAMPAI SELESAI NGGIH, MENGINGAT AMAT SANGAT PENTINGNYA ISI TULISAN INI.*

*● MASUKAN / SUMBANG SARAN, DLL, DITUNGGU DI C.P : 0838 4040 7500 / 0857 8600 2445.*

*● TULISAN SANGAT SINGKAT & SANGAT PENTING INI, MOHON DITERUSKAN KEPADA YANG LAIN-LAIN.*

Assalaamu’alaikum Warohmatullaahiwabarokaatuh,
Kepada Yth : *☆Bapak Presiden RI. ☆Sri Sultan Hamengku Buwono X. ☆Menteri Dalam Negeri RI. ☆Menteri Kebudayaan & Pariwisata RI. ☆Menteri Agama RI. ☆Menteri Pertahanan & Keamanan RI. ☆Pangab RI. ☆Kepala BIN RI. ☆Kapolri. ☆Para Ketua Umum DPP. Partai-Partai Nasional. ☆Ketua Umum BANSER Pusat. ☆Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia. ☆Ketua Umum KNPI Pusat. ☆Dirjen Kesbangpol DEPDAGRI. ☆Ketua Umum Pemuda Pancasila Pusat. ☆Gubernur KDH TK I Propinsi DIY. ☆Walikota Yogyakarta & Para Bupati Se-Propinsi DIY. ☆Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU). ☆Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah. ☆Para Tokoh Agama-Agama se-Indonesia. ☆Para Tokoh Adat dan Keraton Se-Indonesia. ☆Para Tokoh Masyarakat dan Pemuda se-Indonesia. ☆Para Pimpinan DPW Padepokan Bhakti Nusantara (BPN) Se-Indonesia. ☆Para Pimpinan DPW MAPPATI SUCI (Majelis Persaudaraan Pengobat Alternatif & Spiritualis Cinta Indonesia), asuhan saya, Se-Indonesiaisa. ☆Para Wartawan media cetak dan elektronik se-Indonesia. ☆Para Bapak / Ibu hadirin semua dan siapapun yang belum tersebutkan di sini.*

Pertama sekali, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas berbagai nikmat & kurnia-Nya.

Kedua, kami mengucapkan terima kasih atas segala kesediaan Bapak/Ibu untuk menghadiri acara ini.

Perlu kami sampaikan kepada Bapak/Ibu, bahwa kegiatan SIMAK BUDI 2006, yang diadakan tanggal 20 Mei 2006, di Gedung UC UGM Yogyakarta, dengan bertemakan *MENUJU PENCERAHAN PERADABAN : MENGGALI KEARIFAN LOKAL-TRADISIONAL SEBAGAI PENGUATAN KEBUDAYAAN DAN WAWASAN KEBANGSAAN INDONESIA,* terdiri dari beberapa sub-kegiatan, yang merupakan satu rangkaian kegiatan, yaitu :
● Pukul 08.00 – selesai, adalah Simposium Nasional Kebangkitan Kebudayaan Indonesia.
● Pukul 09.00 – selesai, Pengobatan Massal untuk masyarakat umum.

● Pukul 18.30 – selesai, Workshop Alpha Energi – Human Consiousness Essential (Workshop Energi Gelombang Alpha – Hakekat Kesadaran Insan).

● Mujahadah Menarik Berkah Ilahi, Rejeki dan Keselamatan Pribadi, Pukul 22.00 – 24.00 WIB.

● Bazaar di halaman Gedung UC UGM, yang diselenggarakan pukul 09.00 – 24.00 WIB.

Kegiatan SIMAK BUDI 2006 ini, Alhamdulillah, diikuti oleh berbagai unsur pimpinan-pimpinan departemen, antara lain Debdagri RI, Dep. Kebudayaan & Pariwisata RI, Departemen Agama, unsur pimpinan lembaga keagamaan seperti dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, para tokoh-tokoh seluruh agama-agama, para tokoh keraton, tokoh adat-istiadat, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan berbagai tokoh-tokoh lain dari seluruh Indonesia.

Secara pribadi dan resmi, kami mengucapkan terima kasih kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X, Menteri Dalam Negeri RI, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI & Menteri2 lain, Pangab RI, Kapolri, Kepala BIN, Ketua Umum PBNU, Ketua Umum PP. Muhammadiyah, Para ulama, Para tokoh Keraton, Para tokoh Adat dan Para Pemuda dari Seluruh Indonesia atas segala dukungan moral spiritualnya, demi lancar dan suksesnya kegiatan ini.

*Para hadirin yang dimuliakan Allah,*
Perlu kami sampaikan beberapa tujuan kegiatan ini. Tujuan suatu hal perlu dipaparkan, karena tujuan sangat berkorelasi dengan visi, misi dan ruh suatu hal tersebut. Adapun beberapa tujuan *SIMAK BUDI 2006* ini, antara lain:

1) *Tujuan Pertama,* kegiatan SIMAK BUDI 2006 ini diadakan, secara fisik-material adalah untuk menyambut Hari Kebangkitan Nasional Indonesia (20 Mei). Secara hakekat-spiritual, SIMAK BUDI 2006, diadakan adalah untuk kita, dalam dataran ruhani-spiritual kesadaran pribadi, untuk kembali berkontemplasi, ber-refleksi, me-reposisi, me-reorientasi dan memberikan makna sedalamnya atas upaya kita, generasi muda, memberikan sumbangsih nyata atas hakekat Kebangkitan Nasional. Kita harus mengerti dan menghayati betul, apa sesungguhnya Kebangkitan Nasional tersebut. Artinya, bila Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908, telah menyatakan bangkit, mengapa sampai kini, hingga 20 Mei 2006, yang telah berjalan 100 tahun kurang 2 tahun, Indonesia ternyata belum bangkit?. Bahkan, di tahun 2006 sekarang ini, alih-alih Indonesia layak disebut bangkit, wong kenyataan riil-nya Indonesia, saat ini seperti Pak Tua yang digerogoti berbagai penyakit kronis. Indonesia mengidap berbagai penyakit fisik tak tersembuhkan. Indonesia, bagai Pak Tua yang dirawat di ruang gawat-darurat, bahkan ruang Intensive Care Unit (ICU). Indonesia ibarat Pak Tua yang megap-megap sekarat, menyongsong ajal mendarat. Mengapa Indonesia yang telah 100 tahun lalu menyatakan BANGKIT, ternyata sekarang/saat ini, sekarat ?. Indonesia perlu dioperasi khusus, mengangkat akar-akar penyakitnya, agar lepas dari sekarat. Kegiatan ini, semoga, dapat menjadi setitik kecil media / ajang kita ber-refleksi, berkontemplasi, ber-reposisi dan ber-reorientasi atas pemaknaan terdalam pada: akan ke manakah Indonesia bakal dibawa oleh para pemimpin kita sekarang ini ?.

2) *Tujuan kedua,* kegiatan ini adalah dapat dijadikan ajang silaturrahmi antar para tokoh berbagai unsur, baik dari unsur pemerintah, para tokoh agama, tokoh budaya, tokoh keraton, tokoh adat istiadat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan lain sebagainya. Diharapkan, dengan bertemunya para tokoh tersebut dapat terpecikkan berbagai wacana dan berbagai wahana orientatif dan interpretatif yang berkorelasi dengan religiusme warga Indonesia, spiritualisme wawasan kebangsaan, nasionalisme dan nilai-nilai lain yang berkait dengan kearifan lokal-tradisional. Wacana dan wahana intelektual, spiritual dan tataran kesadaran kita dengan memberikan makna terdalam atas arti KEBANGKITAN INDONESIA, semoga akan menghadirkan suatu kesadaran baru, untuk lebih memikirkan Indonesia agar bangkit dari keterjerembaban, keterpurukan, dan kehancuran. Indonesia harus sembuh dari komplikasi berbagai penyakit. Indonesia dapat lepas dari ajal, meskipun sempat megap-megap dan meregang-regang.

3) *Tujuan ketiga,* semoga kegiatan ini bisa sebagai wujud rasa syukur kita atas nikmat Kebangkitan Indonesia 20 Mei 1908, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945 serta Reformasi 1998. Kita, dengan memperingati Kebangkitan Indonesia 1908, 100 tahun lalu, semoga pintu-pintu kesadaran kita, akan terbuka secara bertahap, dan kita selalu bersyukur kepada Allah atas kurnia-kurnia tersebut. Berwacana dan berwahana intelektual dan spiritual dalam kita memperingati Kebangkitan Nasional ini, melalui menyelenggarakan kegiatan seperti sekarang ini, adalah sangat lebih baik, daripada kita memperingati hari Kebangkitan Nasional, dengan menggelar, misalnya, mementaskan aerobik atau goyang Inul juga sebagai percikan bagian kebudayaan.

4) *Tujuan keempat,* semoga kegiatan sekarang ini, dapat diibaratkan kita seperti membuka album-kenangan. Dalam kita membuka-buka album, akan muncul kenangan indah, kesadaran-semangat baru, kultur baru, tenaga baru, dan tentunya VISI baru. Problem-problem sosial, politik, ekonomi, wawasan kebangsaan/nasionalisme dan kebudayaan Indonesia adalah problem kita semua. Di tengah sapuan badai globalisasi, kita jangan sampai goyah. Berbagai jenis nilai-nilai adiluhung yang mengintrinsik di berbagai kearifan lokal-tradisional, yang melekat di ribuan adat-istiadat di suku-suku, di berbagai daerah Indonesia, adalah sumber maha-kaya bagi kita, yang harus diwahanakan mampu memperkaya khasanah kebudayaan Indonesia. Indonesia jangan ragu dan gawang lagi melakukan pembangunan kebudayaan nasional dengan terus-menerus menemukan kekhasan kebudayaan nasional.

5) *Tujuan kelima dan terakhir,* semoga di kegiatan ini akan terkristal dan tergugus, meskipun mungkin sangat embriotif, atas eksistensi wacana Kebangkitan Indonesia II. Jadikan wacana Kebangkitan Indonesia II itu sebagai wacana intelektual dan spiritual, dan dalan dataran kesadaran batin terdalam untuk kita bersama merasa bersyukur kepada Tuhan atas rasa (sense of belonging) atas Republik Indonesia ini. Membuka pembahasan Kebangkitan Indonesia II sebagai wacana. Kiranya syah dan halal saja, sebab, masa 1 abad atau 100 tahun lalu sebagai Pencetusan Kebangkitan Indonesia (20 Mei 1908) adalah masa yang layak bagi kita untuk memancang Kebangkitan Indonesia II jangan hanya ada dalam dataran sloganisme Kebangkitan Indonesia II itu harus diwujudkan dengan bangkitnya jiwa dan batin kita untuk bangkit menuju kemajuan dan kreatifitas signifikan

*Para Bapak dan Ibu sebangsa dan setanah air,*
Bahwa kebudayaan itu berkembang sangat cepat di perikehidupan manusia. Kebudayaan tidak hadir dari kehampaan. Kebudayaan adalah kumparan sistem-sistem nilai. Kebudayaan berjalan di atas berbagai bangunan nilai-nilai yang saling berkait dan berkesinambungan. Berkait dengan hal tersebut, maka, kebangkitan kebudayaan Indonesia amat sangat diperlukan. Kebangkitan kebudayaaan Indonesia, dengan ke-khas-an dan “ala” jatidiri Indonesia (Nusantara).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), *kebudayaan* adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Selain itu, kebudayaan juga memiliki arti keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan bahwa, bahwa menurut antropologi, *kebudayaan* adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan budaya-budaya leluhur melalui proses pendidikan.

*Budaya* berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

*Budaya* adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.

*Budaya* adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

*Kebudayaan* adalah bagian dari pola terpadu pengetahuan, keyakinan, dan perilaku manusia. Kebudayaan mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Ini bisa meliputi pandangan, sikap, nilai, moral, tujuan, dan adat istiadat. Kebudayaan adalah pola perilaku yang ada dalam kelompok sosial dan cara hidup sekelompok orang, yang berarti cara mereka melakukan sesuatu. Kelompok yang berbeda, akan memiliki budaya yang berbeda-beda pula.

Suatu *kebudayaan* tentunya diturunkan ke generasi-generasi berikutnya dengan melalui proses belajar yang kontinyu. Kebudayaan menunjukkan karakteristik dan pengetahuan sekelompok orang tertentu, yang meliputi bahasa, agama, masakan, kebiasaan sosial, musik, dan seni.

*Kebudayaan* adalah pola bersama perilaku dan interaksi, konstruksi kognitif dan pemahaman yang dipelajari oleh sosialisasi.

*Para Bapak dan Ibu sebangsa dan setanah air,*
Menurut Edward Burnett Tylor, *kebudayaan* merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Herskovits memandang *kebudayaan* sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, *kebudayaan* mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Andreas Eppink, *kebudayaan* mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Linton mengartikan *budaya* dengan keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

Adapun Kluckhohn dan Kelly berpendapat bahwa *budaya* adalah semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan. Bahwa *kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.*

Sedangkan *perwujudan kebudayaan* adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Di sisi lain, *kebudayaan* mencakup yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

*Kebudayaan* merupakan seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak.

Menurut J.J. Honingmann, dikutip dari buku Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (2000), adapun *tiga gejala kebudayaan* yakni :
1) Gagasan Bersifat abstrak dan tempatnya ada di alam pikiran tiap warga pendukung budaya yang bersangkutan sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Wujud budaya dalam bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistem nilai budaya.

2) Perilaku Berpola menurut ide/gagasan yang ada. Wujud perilaku ini bersifat konkret dapat dilihat dan didokumentasikan.

3) Benda Hasil Budaya Bersifat konkret, dapat diraba dan difoto. Kebudayaan dalam wujud konkret ini disebut kebudayaan fisik. Contohnya, bangunan-bangunan megah seperti candi, piramida, menhir, alat rumah tangga seperti kapak perunggu, gerabah, dan lain-lain.

*Para Bapak dan Ibu sebangsa dan setanah air,*
Selain wujud-wujud kebudayaan, kita juga harus mengenal unsur-unsur kebudayaan agar dapat memahami apa saja aspek yang bisa kita pahami sebagai budaya dan pengaruhnya.

Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa.

Adapun tujuh unsur kebudayaan yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
(1) Sistem Bahasa Bahasa adalah kebudayaan yang diciptakan manusia untuk memudahkan mereka berinteraksi antar-sesama dalam pergaulan. Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia untuk berkomunikasi secara lisan maupun tertulis merupakan ciri terpenting. Terutama, pengetahuan akan bahasa yang digunakan oleh suatu suku bangsa yang bersangkutan beserta variasi-variasi dari bahasa itu.

(2) Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.

(3) Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial Antropologi berusaha memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat, tiap kehidupan kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain.

(4) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Para antropolog berusaha memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat. Teknologi ini berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan kegunaan yang masih sederhana. Bahasan ini menyangkut fisik dari kebudayaan itu sendiri.

(5) Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

(6) Untuk Sistem Religi, Koentjaraningrat menyatakan, asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural. Terlebih untuk yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.

(7) Kesenian Penelitian akan kesenian sebagai unsur kebudayaan berisi bahasan benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Lebih jauh lagi, penelitian dan pandangan-pandangan mengenai bagaimana unsur-unsur seni ini berjalan beriringan dengan kehidupan bermasyarakat.

Sebagaimana tertuang dalam buku Pengantar Antropologi karya Gunshu Nurmansyah, dkk. menurut E.B. Tylor, *kebudayaan adalah pengetahuan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Di sisi lain, kebudayaan mencakup yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain itu, kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak.

*Para Bapak dan Ibu sebangsa dan setanah air,*
Sebelum kami mengakhiri sambutan ini, kami mohon, kiranya seluruh Bapak / Ibu *berkenan proaktif dan bersemangat mengikuti kegiatan ini. Kami mohon, Bapak /Ibu aktif bertanya, aktif memberikan komentar dan kritis. Konstruktif menanggapi paparan para narasumber. Berwacanalah di forum ini, dan dari wacana tersebut. Kami mohon doa Bapak / Ibu, sebab insya Allah, hasil rumusan simposium nasional sekarang ini, akan disampaikan ke Bapak Presiden, Wakil Presiden, seluruh Menteri Indonesia Bersatu, seluruh Gubernur se-Indonesia, seluruh anggota DPR Pusat, seluruh Bupati se-Indonesia, para tokoh keraton, tokoh adat, tokoh masyarakat dan para tokoh pemuda se-Indonesia.*

Mari kita ikuti simposium ini dengan kesadaran penuh mencari ridho Allah SWT. Insya Allah, setelah session I ini, *kita akan bersama-sama mendeklarasikan Kebangkitan Indonesia. Kami mohon dengan segala kerendahan hati dan segala hormat, kiranya Sri Sultan Hamengku Buwono X, para tokoh pemerintahan Pusat Jakarta, para menteri, para ulama chos & ulama besar, para tokoh pemuda, para tokoh keraton, adat dan para tokoh agama, para tokoh masyarakat lain, berkenan memberikan dukungan moral atas deklarasi ini.*

Demikian sambutan singkat ini kami sampaikan. Semoga Allah SWT *senantiasa memberikan perlindungan dan keselamatan kepada kita semua dan terutama, selalu mengawal Republik Indonesia tercinta ini.* Kami mohon maaf atas seluruh salah kata dan sikap kami dan kami mengucapkan terima kasih atas berbagai partisipasi yang diberikan dari berbagai pihak, sehingga acara SIMAK BUDI 2006 berskala nasional ini, dapat terselenggara dengan baik.
Wassalaamu’alaikum,,,, Warohmatullaahiwabarokaatuh

*Salam NKRI Selalu Menang, Hebat & Berkah,*

*Ttd,*
*Gus Muh.Basis (GMB )/Drs H. Muh. Basis, MBA, M.Ri.*