Dunia sufi.!

Pandangan Grand Master Jeffry MD.

Dijaman yang semakin canggih ini semakin banyak pula persoalan yang dihadapi oleh masyarakat mulai dari kalangan bawah hingga yang berkelas.karena semakin maju teknologi semakin juga membuat manusia mengikuti alurnya…dan lambat laun akan membuat manusia kehilangan jati dirinya.

Mengutip dari kata almarhum Uje.ketika seseorang mengalami titik kejenuhan tak ada cara lain selain kembali padaNYA.
Maka disinilah manusia akan kembali ingat akan jati dirinya.dan jalan terbaik mulai menjalin hubungan yang harmoni pada TUHAN dengan berbagai macam cara antara lain menekuni dunia sufi.

Banyak ulama jaman dahulu dan sarjana modern mencoba memberikan definisi tentang tasawuf atau sufisme. Buya Hamka, salah satu ulama nasional, mendefinisikan tasawuf sebagai “kehendak memperbaiki budi dan men-shifa’-kan (membersihkan) batin,”[yang mana hal ini mudah dipahami karena tasawuf identik dengan tazkiyatun-nafs (pembersihan jiwa)..

Annemarie Schimmel memberikan definisi tasawuf yang lebih ringkas, yakni “dimensi mistik dalam Islam.”Definisi ini sejalan dengan yang dikemukakan Seyyed Hossein Nasr, bahwa sufisme merupakan “dimensi batin (esoteris) Islam yang memiliki dasar di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi.”

Sementara itu ulama-ulama masa awal juga memberikan beragam pengertian atau definisi. Dimyati Sajari mengidentifikasi bahwa hingga abad ke-3 Hijriah, sebagaimana disitir oleh Ibrahim Basyuni dalam Nasy’at at-Tashawwuf al-Islami, sudah terdapat empat puluh definisi.

Beberapa definisi dari ulama-ulama terkemuka dirangkum oleh Abu Nashr al-Thusi (w. 377 H/988 M) di dalam kitab Al-Luma’ sebagai berikut:
Muhammad bin Ali al-Qashshab: tasawuf adalah akhlak mulia, yang tampak jelas pada zaman yang mulia, yang berasal dari orang mulia, beserta kaum yang mulia.

Junaid al-Baghdadi (w. 298 H/911 M): tasawuf adalah hendaknya engkau bersama Allah tanpa menyertakan yang selain-Nya.Ruwaim bin Ahmad (w. 303 H/915 M): tasawuf adalah mengarahkan diri bersama Allah atas apa yang dikehendaki-Nya.

Sumnun bin Hamzat: tasawuf adalah hendaknya engkau merasa tidak memiliki sesuatu dan tidak dimiliki oleh sesuatu.Abu Muhamad al-Jariri (w. 311 H/921 M): tasawuf adalah masuk ke dalam setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang hina.

Amr bin Utsman al-Makki: tasawuf adalah hendaknya seorang hamba melakukan sesuatu yang utama di suatu waktu tertentu.Ali bin Abdul Rahman al-Qannad: tasawuf adalah menempuh maqam-maqam (tahapan-tahapan) dan mempertahankannya dengan melanggengkan berkomunikasi dengan Allah.

Berbagai pengertian dan definisi tentang tasawuf pun bermunculan, namun terdapat benang merah yang menghubungkannya, yaitu akhlak, sebagaimana dinukil Al-Hujwiri yang mengaitkan tasawuf dengan akhlak.

Terkait hal ini, Abu Hasan al-Nuri mengatakan bahwa tasawuf itu bukan bentuk dan bukan pulai ilmu, melainkan akhlak, atau dalam kalimat berbeda Abu Muhammad Murta’isy mengatakan at-tashawwuf husnul-khuluq (tasawuf adalah penghalusan akhlak