Asal – Usul Penamaan Dusun Kandangrejo Paron Bagor

Nganjuk.MenaraMadinah.Com. Penamaan suatu wilayah dusun, desa , dan kota sering kali memiliki latar belakang ataupun kisah tersendiri. Sebagian asal- usulnya terkait dengan sosok figur pendiri wilayah dan selebihnya berkaitan dengan suatu peristiwa atau kejadian tertentu yang terjadi di masa lalu. Lalu bagaimana dengan asal- usul penamaan dari Dusun Kandangrejo yang merupakan bagian wilayah Desa Paron, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk ? Berikut ini selengkapnya :
Dusun Kandangrejo berada di sebelah selatan stasiun kereta api kecil Bagor . Dari penuturan salah satu warga Kandangrejo yaitu Mbah Radi ( 84 tahun ) yang rumahnya tidak jauh dari Masjid Ar- Rahmat terungkap cerita bahwa dahulu kala di Dusun Kandangrejo terdapat kandang atau bangunan tempat tinggal binatang ternak yang terdiri dari sapi, kerbau , dan kambing . Jumlah hewan ternak yang menghuni kandang tersebut cukup banyak , tidak hanya milik satu warga saja, tetapi juga milik para warga yang hewan – hewan ternaknya ditempatkan dalam satu lokasi kandang . Karena jumlah hewan ternak di kandang tersebut berkembang biak semakin banyak, maka para warga , tokoh masyarakat, dan pamong setempat bersepakat untuk menamai dusun itu dengan sebutan Kandangrejo . Kandang berarti bangunan tempat tinggal hewan ternak yang biasanya dekat rumah pemilik hewan dan rejo ( Bahasa Jawa) memiliki makna ramai dengan penghuninya.

Saat ini, kandang yang dahulu kala berada di tengah dusun sudah tidak ada lagi seiring perubahan zaman . Di lahan bekas kandang yang ramai itu sekarang berdiri Masjid Ar- Rahmat dengan Kyai Samsul sebagai imamnya.

” Masjid Ar- Rahmat niki riyen kandang sapi, kebo, karo mendho . Punjere Dusun Kandangrejo jih panggonan iki , ” tutur Mbah Radi dalam Bahasa Jawa yang artinya : Masjid Ar- Rahmat ini dulunya adalah kandang sapi , kerbau , dan kambing. Pusatnya Dusun Kandangrejo adalah tempat ini . ( 27 /1/2022)

Sekitar 300 meter ke arah selatan dari Masjid Ar- Rahmat Kandangrejo terdapat makam Mbah Embun Jolodriyo yang berlokasi di dalam pemakaman umum Desa Paron , berada di cungkup khusus yang luas sehingga dapat menampung puluhan orang jika berziarah bersama.
Satu kali dalam setahun, warga Desa Paron mengadakan acara slametan bersih desa atau nyadran usai panen padi di maqbaroh Mbah Embun Jolodriyo . Masih kisah dari Mbah Radi yang saat muda gemar berguru ilmu hikmah sampai Madura dan Cirebon , Mbah Embun Jolodriyo adalah seorang pendatang , makamnya telah berusia ratusan tahun , ia termasuk orang sakti yang menjadi prajurit dari Pangeran Diponegoro yang tersohor sebagai leader dari Perang Jawa ( The Java War ) melawan penjajah Belanda .

Selain dikunjungi warga Paron, makam Mbah Embun Jolodriyo dikunjungi pula oleh peziarah- peziarah dari luar kota seperti peziarah dari Banyuwangi dan Banyumas dengan tujuan bertawassul dan ngalap berkah .
” Kebanyakan para peziarah datang ke makam Mbah Embun Jolodriyo di malam hari ” , pungkasnya. # photo & naskah : Bro- J#