Kustin

Catatan Jamadi Wong Jatim.

Di antara yang saya suka dari obrolan atau percakapan di grup WhatsApp kawan-kawan sekolah dulu, adalah ketika ada yang menceletuk (berucap spontan) dengan kata, istilah atau ungkapan yang khas daerah. Saya sering menyebutnya dengan “coro Darjo”, berupa kata, istilah atau ungkapan khas yang ada, berkembang dan masih dipraktekkan dalam pembicaraan sehari-hari masyarakat di daerah asal saya, Sidoarjo.

Salah satu kata khas “coro Darjo” yang terucap spontan dalam obrolan grup WhatsApp SMP beberapa waktu lalu, adalah, kustin.

“Ayo, lur. Sing seputaran PG Watoetoelis, merapat ngopi bareng,” ajak, sebut saja, Cak Joss Tirta Arrum Rudiono, ke anggota grup.

“Halah, pabrik gulo wis tutup, kari kustin tok ngunu, kok ngejak ngopi mrunu,” celetuk, sebut saja, Ning Ida Ery, yang memang dikenal di dalam grup WhatsApp dengan celetukan ndagelnya.

Kustin atau cerobong asap yang besar dan menjulang tinggi, memang sudah menjadi ciri khas pada setiap komplek bangunan pabrik gula di Jawa, yang rata-rata merupakan peninggalan masa kolonial Belanda. Bangunan kustin berbentuk bulat, tingginya sekitar 20 meter bahkan ada yang mencapai 100 meter. Bagian dasar berbentuk bujur sangkar dengan luas dasar 5 x 5 meter bahkan ada yang 10 x 10 meter, dibuat dari bata berlepa (campuran kapur, semen, pasir, dan sebagainya).

Bagi wong Darjo, khususnya yang tinggal di sekitar komplek pabrik gula, salah satunya PG Watoetoelis (sudah beberapa tahun terakhir tutup, tidak beroperasi atau tidak giling lagi), pasti sudah biasa atau tidak aneh dengan kata kustin ini. Dan, sepengetahuan saya, memang wong Darjo menyebut atau lebih mengenal cerobong asap pabrik gula ini dengan nama kustin, seperti yang saya gambarkan dalam celetukan obrolan di grup WhatsApp di atas.

Sekedar diketahui, Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang (pernah) memiliki banyak pabrik gula. Beberapa yang besar adalah PG Porong, PG Tanggulangin, PG Candi, PG Krian, PG Watoetoelis, PG Tulangan, PG Krembung, meski sebagian besarnya sekarang sudah tidak aktif.

Mengapa wong Darjo menyebutnya kustin? Saya mencoba mencarinya di Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasilnya, kata “kustin” tidak ditemukan. Saya coba mencari di kamus bahasa Jawa, juga tidak ada kata “kustin”.

Dugaan saya, apakah kata kustin ini menyerap dari bahasa Belanda, mengingat kebanyakan bangunan pabrik gula adalah peninggalan masa Kolonial Belanda? Akhirnya saya coba cari terjemahan “cerobong asap” dalam kamus bahasa Belanda, ketemu kata “schoorsteen” (dibaca: sekurstin).

Ealah, tibake wong Darjo nggawe boso Londo, schoorsteen. Diunino nggawe ilat Darjo, kustin.

#SelasaBahasa #Kustin #CerobongAsap
#BahasaDaerah #Sidoarjo #CoroDarjo
#PabrikGula #Watoetoelis

Foto: Kustin PG Watoetoelis (RDO)