Catatan Darmantoko.
Konferensi ke-15 Pemilihan Ketua PWI Jawa Timur, Harus Melahirkan Pemimpin Visioner.
oleh: Darmantoko, Wartawan Koran Petisi.
Surabaya: Begitu menyimak spanduk rentang di depan Balai Wartawan A Azis di Jl Taman Apsari No.37 Surabaya tentang Konferensi PWI Jatim ke-15 aku sempat termenung sejenak.
Mungkin aku salah membacanya. Kueja pelan tulisan di spanduk tentang Konferensi PWI Jawa Timur Ke- XV (Lima Belas).
Secara materimatika konferensi ke-15 PWI Jatim itu kalau dihitung setiap periodesasi kepengurusannya selama lima (5) tahun maka berarti PWI di Jatim berusia 75 tahun pada 2022 nantinya.
Usia PWI 75 tahun itu benar kalau membaca prolog Anggaran Dasar-nya dimana PWI dilahirkan sejak 9 Februari 1946 di Kota Solo dan tanggal 9 Februari itulah dihelat Kongresnya PWI yang pertama kalinya.
Nah Kongres PWI pertama kalinya th 1946 itulah yang melahirkan kepemipinan PWI pusat berkedudukan di Ibukota Negara RI, Jakarta.
Sedangkan kepemimpinan PWI di berbagai provinsi yang awalnya disebut Konferensi Cabang PWI-PWI berkedudukan di ibukota-ibukotanya, kota Surabaya misalnya.
Dalam perjalanannya kosa kata cabang2 propinsi dihilangkan dalam Kongres PWI ke-12 sehingga PWI diberbagai.propinsi sebagaimana nama propinsinya, misal di Jatim bernama PWI Jawa Timur (Jatim).
Nah konferensi2 PWI di berbagai propinsi termasuk PWI Jatim saat ini adalah proses menuju Kongres Nasional PWI Pusat Jakarta tahun 2022.
Para ketua2 PWI dari berbagai propinsi nantinya
otomatis menjadi peserta sekaligus pemilik hak suara dalam pemilihan Ketua Umum PWI pusat biasanya dalam Kongres PWI ke-XVI bersamaan dengan HUT PWI tahun 2022.
Mengingat usia PWI yang sangat tua, 75 tahun dan masak asam garam itu, maka ak, Darmantoko yang memegang kartu anggota PWI sekaligus kartu Pers dan sebagai wartawan Koran Petisi sepantasnya ikut serta menyongsong dengan kegembiraan atau bunga hati dihelatnya Konferensi PWI Jatim ke-15 itu.
Kalau toh diperkenankan cancut tali wondo dalam pemikiran menyambut Konferensi Ke-XV PWI Jawa Timur yang rencananya di helat besok Rabu, 17 Nopember di Hotel Mercure Jl Raya Darmo Surabaya itu.
Memang ak, Darmantoko sudah membaca di banyak media cetak, elektronika dan global/internet bahwasanya panitia sudah menetapkan tiga nama yang lolos verifikasi calon2 kandidat dan bahan nama2 kandidat ketua PWI Jatim periode 2021 — 2026 sudah diumumkan secara terbuka.
Nama-nama kandidat ketua PWI Jatim yaitu Ainur Rohim, Lutfi Hakim dan Eko Pamudji, ketiganya kini tercatat sebagai pengurus PWI Jatim periode 2016-2021.
Sebenarnya Ainur Rohim adalah wakil ketua PWI Jatim 2016-2021. Sedang ketua PWI Jatim adalah H Akhmad Munir. Namun dalam perjalanannya Akhmad Munir yang wartawan Antara dipromosikan ke Jakarta th 2019 maka jabatan ketua PWI Jatim sampai medio Nopember 2021 diserahterimakan kepada wakil ketua PWI Jatim yaitu Ainur Rohim.
Dengan begitu saat dihelat Konferensi alias pertemuan rapat Rabu besok, tgl 17 Nopember 2021 merupakan proses demisioner di antaranya penyampaian pertanggungjawaban pengurus PWI Jatim periode 2016-2021 dan selanjutan dilakukan proses pemilihan ketua PWI Jatim secara demokratis itu.
Sudah saya posting di Fb bahwa ketiga kandidat adalah wartawan yang terbaik hasil verifikasi panitia dan ketiganya memiliki peluang yang sama besarnya menduduki kursi Ketua PWI Jatim lima tahun mendatang.
Akan tetapi sebagai anggota PWI yang pernah dua kali mengikuti KLW (Karya Latihan Wartawan) Jurnalistik PWI Pusat Jakarta dan pemegang Anugerah Prapanca PWI Jatim 1990 saya, Darmantoko menyampaikan saran dan pandangan bahwasanya peserta Konferensi Ke-15 PWI Jatim untuk mempertimbangkan tantangan PWI ke depan.
Selain tantangan banyaknya “kompetitor” organisasi profesi kewartawanan yang umumnya ikut menandatangani KEWI (Kode Etik Wartawan Indonesia) yang ditetapkan oleh Ketua Dewan Pers, Atmakusuma, 20 Juni 2000, PWI sebagai organisasi kewartawanan di Indonesia dapat mampu menunjukkan kiprahnya sebagai organisasi profesi yang terbaik dan profesional, apalagi dewasa ini lahir generasi milenia yang amat sangat berkeinginan mengabdi di bidang kewartawanan.
Tentunya menyongsong proses regenerasi kewartawanan dari dekade 2000 ke dekade 2021 atau 20-an tahunan perlunya membuka katub2 pelatihan/pendidikan kewartawanan dengan tujuan lahir generasi kewartawanan, anggota2 PWI usia milenia, 20-an tahun memahami profesi kewartawanan sebagai proses yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan zamannya. Setidaknya sejak PWI dilahirkan tahun 1946 sampai menapak globalisasi dewasa ini, dimana kemajuan teknologi luar biasa, membawa perilaku baru yang kian seramnya, dimana dikembangkan kemajuan teknologi, kecerdasan buatan dan robotisasi. Yang tentu kecerdasan buatan dan robotisasi kemungkinan akan menyaingi manusia2 termasuk profesi wartawan, bukan?
Oleh karenanya seyogyanya para kandidat yang berkenan maju berkompetisi untuk menduduki kursi Ketua PWI Jatim periode 2021–2026 tidak sekadar adu dukung mendukung guna mendapatkan suara mayoritas dalam pemungutan suara, akan tetapi lebih profesional kalau adu konsep di antaranya dengan dalil pembenar dan proyeksi pembuktiannya
Sebaliknya kepada kesemua para pemimpin2 wartawan di provinsi, kabupaten/kota yang memiliki hak suara atas pemilihan ketua PWI Jatim lima tahun ke depan itu seyogyanya untuk mempertimbangkan secara bijak para meter atau kreteria akademis yg obyektif selain subyektivitasnya atas kandidat2 ketua PWI Jatim itu.
Saya, Darmantoko, wartawan senior mengusulkan kreteria akademis misalnya calon ketua2 PWI itu disimak latar belakang pendidikan tingginya, pengalaman profesi kewartawanannya, misal sejak reporter sampai redaktur bahkan sampai pemimpin redaksi.
Dari segi organisatorisnya, misalnya apakah calon berkecimpung di rana sosial, misal pernah menjabat RT/RW, Katar atau Pramuka dan lain-lainnya.
Apakah calon itu pernah duduk sebagai pemimpin di organisasi extra kampus? Mengapa hal itu kusampaikan?
Alasannya banyak kader2 pemimpin extra kampus memiliki potensi jiwa leader karena sejak anggota muda/pemula diikutkan dalam proses kepemimpinan secara berkelanjutan dan bahkan diajarkan proses komunikasi atasan — bawahan dan sebaliknya (adap asor) bawahan dng atasan.
Selain itu diajarkan demokratisasi atau saling menghargai/menghormati pendapat masing2, juga hubungan sosial kemanusiaan antara atasan bawahan.
Mengingat PWI Jatim memiliki sekitar 350 anggota tentunya calon ketua PWI Jatim disimak semangat keterbukaan dalam sistemnya, potensi dirinya dapat memotifasi anggota maju bersama dan saling kerjasama sebaik-baiknya sehingga terjalin komunikasi berkelanjutan antara pengurus satu dengan lainnya, khususnya dg pengurus PWI kota/kabupaten.
Bahkan dipindai jiwa kebersamaan calon2 ketua, misalnya memiliki kelebihan di antaranya dapat menutupi kelemahan pengurus yang lainnya.
Memang kreteria itu tergolong ideal, namun dalam Konferensi PWI Jatim saya, Darmantoko meyakini para peserta Konferensi PWI Jatim ke-15 mayoritas wartawan2 muda yang jiwa dan semangatnya idealis, menginginkan perubahan2 tentunya untuk menuju masa depan PWI Jawa Timur yang lebih baik, bukan?
Selamat Berkoferensi wahai wartawan2 kabupaten/kota anggota PWI Jawa Timur, semoga terpilih ketua PWI Jatim yang amanah.**
Foto: Darmantoko, wartawan Petisi pemegang kartu PWI.***