Lima belas tahun Banjir Bandang Medowo

Kediri-menaramadinah.com-Tanpa terasa banjir bandang yang melanda Desa Medowo, Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri sudah hampir 15 tahun berlalu.

Dahulu rumah-rumah yang diterjang air bah itu berjumlah 24 rumah, sekarang masih dapat dilihat sisa-sisa bangunannya. Kondisinya masih ada yang utuh dinding, lantainya, namun atapnya sudah tidak ada lagi, bangunan itu berjumbulan diantara pohon- pohon yang menghutan, namun juga ada yg sudah hilang tanpa bekas.

Ada beberapa keanehan yang masih terkenang oleh warga masyarakat Desa Medowo antara lain adalah, pertama banjir pada waktu itu juga menghanyutkan lumpur yang masuk menerjang rumah dan bisa mengeluarkan perabotan berupa meja-kursi keluar dari rumah seperti ditata, tanpa ada yg rusak dan terbalik, pada hal normalnya meneluarnya haru memiringkan dan butuk 2 atau 3 orang untuk mengkatnya.

“Kejadian ini di rumah Kasun Dsn. Ringinagung, almarhum Bapak Supanggih” terang Bapak Suparman Mantan Kades kepada penulis.
Keanehan kedua ada batu besar yang menerjang rumah dan masuk dan memenuhi keseluruh ruang tamu, keanehan ketiga sungai yang sebelumnya berkelok-kelok, menjadi lurus-rus sekali.
“Menurut orang-orang tua dahulu, air bah itu seperti menemukan jalannya kembali” ungkap Bapak Suparman.

Dibalik peristiwa banjir bandang itu antara lain adalah, bisa menyadarkan kepada kita agar tidak menempati hak milik orang lain, termasuk bantaran sungai, hikmah yang kedua timbulnya kawasan perumahan baru yang di berinama Perumahan Kebon G, sering disingkat kampung Bon G. Dan justru sekarang menjadi akset desa wisata, dengan ikon nya ‘mandi di sungai’ sambul menikmati pemandangan pegunungan yan eksotis, udara segar dan kuliner khas wong gunung: sego jagung, sayur lompong, pakis, jamur kuping, ikan asin dan urap-urap.

Menurut Bapak Suparman Kampung Bon G ini sudah menarik wisatawan lokal, regeonal, nasional bahkan manca negara yaitu dari Jepang.
Beliau sebagai salah satu tokoh masyarakat berharap agar kedepan bisa menjadi wisata perkampungan berbasis alam yang bersih, asri, ramah dan mengesankan ditambah lagi satu keunikan yaitu terapi ‘air dingin’ dan menu-menu organik.

Diakhir wawancara beliau Bapak Suparman berpesan Kunjungi dan nikmati oksotime lereng Anjasmara, kelezatan kuliner organik, sensasi terapi air dingin dan keramahan warga.
Laporan dari: Nur Habib.