Bendera Macan Ali Lambang Kerajaan dan Semangat Perjuangan Islam

Cirebon – Bendera merupakan simbol atau identitas sebuah negara. Saat perang, bendera biasa dikibarkan untuk menggelorakan semangat para pejuang.

Di era Rasulullah ﷺ dikenal Ar-Rayah atau Al-Liwa yang bertuliskan kalimatuttauhid. Dalam bentuk lain, kalimatuttauhid juga menjadi bagian dari bendera-bendera yang dimiliki sejumlah kerajaan Islam dan kesultanan, termasuk di Indonesia.

Beberapa di antaranya adalah Kesultanan Samudra Pasai di Aceh, Kesultanan Tidore, Kesultanan Inderapura di Sumatra Barat, juga Laskar Hizbullah yang kemudian membentuk TNI. Bahkan Laskar Hizbullah juga membuat atribut lainya seperti emblem atau pin yang menyertakan kalimat tauhid.

Salah satu bendera yang di dalamnya terdapat kalimatuttauhid adalah bendera Kesultanan Cirebon. Jika diperhatikan, kalimatuttauhid di bendera Kesultanan Cirebon ini ditulis membentuk seeokor macan, sehingga bendera tersebut kemudian dikenal sebagai bendera Macan Ali.

Selain tertulis “Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah”, pada bendera Macan Ali juga tertulis teks Arab lainnya, seperti Basmalah, QS. Al-Ikhlas, QS. Shaff ayat 13, dan QS. Al-An’am ayat 103, serta tulisan arab lainnya yang berbentuk rajah.

Konon, bendera Cirebon yang bernama “Macan Ali” itu tidak hanya berfungsi sebagai lambang atau simbol Kesultanan Cirebon, tetapi juga dipandang sebagai benda regalia. Bendera Macan Ali dibuat oleh Sultan Cirebon yakni Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai lambang kerajaan dan semangat perjuangan Islam.

Bendera Macan Ali sempat dibawa Fatahillah (menantu Syarif Hidayatullah) dalam peperangan merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis pada 1527 M.

“Karena dinilai memiliki dampak luar biasa bagi perjuangan rakyat, penjajah Belanda merampasnya dan tersimpan di Museum Rotterdam,” (isi)