Komisi X DPR RI Memberikan Apresiasi Giat Bedah Buku Penerbit Menara Madinah. Bangun Tradisi Ilmiah Untuk Charakter dan National Building.

 

Catatan Drs. H. Mahamad Nur Purnamasidi Anggota DPR RI Fraksi Golkar.

Saya sangat mengapresiasi dan Kegiatan Bedah Buku Para Kiai Pejuang Kemerdekaan melawan Penjajah Jepang, Inggris dan Belanda  karya Husnu Mufid ini sangat bermanfaat.

Kenapa demikian, paling tidak ini akan menjadi semacam oase, pencerahan bagi kita semua untuk semakin menyadari pentingnya memahami sejarah.

Bung Karno pernah menyatakan Jangan sekali kali melupakan sejarah. Hanya bangsa yang besar yang mampu menghargai jasa pahlawanya. Karena itulah, proses membangun narasi baru sebagaimana yang dilakukan oleh Penerbit Menara Madinah ini patut kita acungi jempol. Karena Buku Buku Sejarah yang selama ini menjadi referensi bacaan wajib.

Masih parsial dan belum utuh dalam memotret dinamika pergolakan perjuangan pada masa Penjajah. Ada dimensi lain yang belum dikupas secara mendalam, dan atau “sengaja” dihilangkan demi dan untuk kepentingan politik tertentu.

Salah satunya terkait dengan peran ulama dan Santri dalam berjuang merebut kemerdekaan. Dengan Bedah Buku ini kita harapkan ada banyak kajian ilmiah, adu sumber referensi agar muncul dialektika wacana thesa, antithesa dan sinthesa.

Komisi X DPR RI dengan mitra Kerjanya Dirjend Kebudayaan Kemendikbudristek RI akan terus berupaya bersinergi, kolaborasi menyuport berbagai giat ilmiah dalam upaya national and carakter building. Pewarisan nilai, tradisi serta membangun karakter jiwa, mental generasi penerus ini menjadi sangat penting.

Mengingat sekarang masih masa Pandemi Covid 19, Giat bedah buku selain Luring/hadir phisik dengan disiplin menjaga prokes, diharapkan juga bisa diikuti dengan daring melalui aplikasi Zoom.

Sehingga peserta tidak hanya terbatas pada guru, santri maupun aktifis NU. Tetapi lebih luas juga menyasar kaum milineal.

Tentu output dari bedah buku ini diharapkan membawa spirit baru, pencerahan akan dinamika peran ulama dan santri di masa perjuangan melawan penjajah. Tidak bisa dinafikkan, selama 32 tahun lebih, seolah ulama dan santri dimarginalkan.

Dengan tanpa mengesampingkan peran elemen yang lain, Ulama dan Santri memegang posisi dan peran signifikan bahkan sebagai sentrum yang menggerakkan perjuangan melawan penjajah.

Pangeran Diponegoro misalnya, adalah pejuang yang begitu gigih memberikan perlawanan untuk mengusir penjajah. Tetapi dalam sejarah, kita masih banyak jumpai justru tertulis pemberontakan Diponegoro 1825-1830.

Itu karena penulisnya dari kalangan kolinial sehingga sudut pandangnya berat sebelah. Karena itulah, kajian bedah buku Terbitan Menara Madina ini dengan pendekatan multidimensional diharapkan menjadi stimulus untuk tumbuh dan berkembangnya kajian kajian sejarah yang lebih komprehensif, proporsional dan profesional.

Selamat kepada Menara Madina, semoga tetap istiqomah dan tidak pernah lelah untuk membuat tradisi baru, tradisi menulis. Sukses selalu.