Gus Dur dan Palestina

Oleh : Luthfi Assaukanie

Setiap kali konflik Israel-Palestina memanas, saya kangen Gus Dur. Menurut saya, Gus Dur adalah tokoh Indonesia yang memiliki sikap paling jernih tentang konflik itu. Dia satu-satunya presiden yang berani menawarkan solusi real bagi konflik Israel-Palestina. Para politisi lain umumnya ngikuti arus saja dan tak mampu bersikap merdeka.

Posisi Gus Dur sangat jelas. Baginya, Indonesia tak akan bisa berbuat banyak kalau masih terus berpihak pada salah satu negara yang bersengketa. Kalau mau berperan menengahi konflik, rangkul keduanya dan perlakukan keduanya secara adil. Kalau kita terus memusuhi Israel bagaimana kita mau mengajaknya berdamai? Tak ada yang lebih absurd dari orang yang ingin damai tapi terus memelihara permusuhan.

Sejak tahun 80an, Gus Dur konsisten berkampanye pentingnya Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Menurutnya, lebih banyak manfaat ketimbang mudarat bagi Indonesia membuka hubungan dengan Israel. Sayang sekali bahwa usia pemerintahan Gus Dur tidak panjang dan kondisi fisiknya tak memungkinkannya berbuat banyak.

Apakah dengan begitu Gus Dur berarti mengabaikan nasib Palestina? Tidak sama sekali. Justru solusi yang ditawarkannya adalah langkah untuk menghentikan penderitaan rakyat Palestina. Sudah puluhan tahun konflik berlangsung dan perundingan mengalami jalan buntu. Perundingan harus berdasarkan saling kepercayaan, bukan permusuhan. Tak ada gunanya menekan atau mengecam Israel. Alih-alih mengakhiri, tindakan ini malah memperpanjang rantai kekerasan.

Setiap kali konflik Israel-Palestina memanas, saya kangen Gus Dur. Saya kangen dengan tokoh bangsa yang menyuarakan pikiran yang jernih, yang keluar dari nurani dan kepedulian untuk mengakhiri konflik. Kebencian dan kecaman tak akan mengakhiri konflik. Ia justru akan memperpanjangnya dan semakin menyengsarakan rakyat Palestina.