Pesantren Modern Al Amanah Sidiarjo

Pondok Modern Al-Amanah, Sidoarjo. Pesantren Trilingual Dalam Kebun di Pinggiran Kota Udang. Berikut ini laporannya :

Memasuki pesantren serasa berada dalam sebuah kebun, pepohonan yang rindang, bunga-bunga yang serbak menyekar, tanaman yang tertata rapi, bangunan yang bersih. Memasukinya begitu memanjakan mata siapa saja untun mampir ke pesantren di pinggiran Kota Sidoarjo, inilah Pondok Modern Al-Amanah, Dusun Kwangen, Desa Junwangi, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Rintisan awal pesantren ini sebenarnya berada di Desa Mojosantren, satu kilometer dari lokasi sekarang. Namun karena antusiasme masyarakat yang tidak sesuai harapan akhirnya pesantren berpindah ke Desa Junwangi. Awalanya Junwangi memiliki perbedaan kultur dengan Mojosantren, dimana desa ini sepi dari sentuhan dakwah, hingga kebiasaan melakukan aneka judi, minuman keras masih kerap terjadi. Satu mushola kecil di pedukuhan ini hampir tidak ada jamaahnya kecuali pemilik musholla dan seorang putranya. Maka setelah melalui pendekatan santun dan perjuangan dibarengi riyadhoh tiada henti akhirnya berdirilah pesantren ini dari sebuah mushalla kampung dengan mengajar ngaji anak-anak kecil, mulai dhuhur sampai larut malam, sedang KH. Nurcholis yang alumni Pondok Pesantren Al-Hikam, Purwoasri, Kediri ini masih mengontrak.

Melihat dukungan masyarakat yang cukup kuat terbukti dengan semakin bertambah banyaknya anak kampung yang mengaji, maka berawal dari tanah wakaf dari ibu Kasmini (sebelumnya pengasuh sempat mengontrak kepada beliau), pesantren ini mulai didirikan sendiri oleh Kyai Nurcholis yang terhitung keturunan ketujuh dari Pangeran Diponegoro ini dengan tanpa banyak melibatkan orang lain. Kemudian pada tahun bulan Agustus 1992, pesantren ini diresmikan oleh al-maghfurlahu KH. Shaleh Qasim, Pengasuh Pondok Pesantren Bahauddin, Ngelom, Taman, Sidoarjo. Saat itu baru ada dua santri mukim dari desa tetangga, selebihnya putra-putri anak tetangga sebelah.

Seiring berjalannya waktu pesantren yang sudah menginak usia ke-24 ini, semakin berkembang pesat. Saat ini diatas lahan 5 hektar telah berdiri beberapa bangunan pesantren yang cukup megah. Namun kemegahan tersebut dibarengi dengan keasrian tempat sebagaimana terlukis di atas. Menurut Pengasuh Pesantren saat ini telah bermukim 1500 santri putra dan putri dari penjuru negeri. Pesantren ini juga membuka pendidikan formal seperti SD Antawirya, SMP Bilter (Bilingual Terpadu), dan MA Bilingual. Semua ini tak lepas dari perjuangan keras Pengasuh yang dimasa kuliahnya mengambil 2 jurusan di kampus yang berbeda, yakni Filsafat di Universitas Gadjah Mada, dan Pendidikan Bahasa Arab di UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta. Selain mengasuh pesantren beliau juga penulis produktif, diantaranya karya tulis bapak 5 anak ini Bersama Nabi di Bulan Suci (el-Amanah Press: 2005), Kata-kata Hikmah (el-Amanah Press: 2008), Renungan Harian Menuju Kesempurnaan Iman (el-Amanah Press: 2009), 30 Hari Bersama Ibnu ‘Atho ‘Ilah as-Sakandari (el-Amanah Press: 2010), Sukses, Pondasi dan Jalannya (Alber Publishing: 2012), dan karya tulis lainnya di berbagai media cetak.

Selain mengaji di pesantren ini santri dengan leluasa belajar cara menanam berbagai tanaman. Mulai palawija, toga, sayur, sampai buah-buahan. Tidak tanggung-tanggung, mereka belajar dari menyemai biji, merawat tanaman dengan menyiraminya, menyiangi, hingga memanen. Agar semakin banyak ilmu yang didapatkan, mereka memajang nama ilmiah pada batang tanaman tersebut. Papan nama itu tidak dipaku, tetapi hanya diikatkan di batang tanaman dengan tali. Selain itu, para santri pun tertarik untuk ikut menanam hingga memanen padi di sawah. Ada semangat gotong royong, kemandirian, dan tekad untuk bekerja keras. Nilai-nilai itulah yang diharapkan dapat menjadi bekal hidup mereka setelah tidak lagi menyantri.

Saat memasuki kawasan asrama putri, misalnya. Kolam-kolam ikan hias tampak berjajar di taman depan asrama. Mulai Desember 2017 telah dibuka Budidaya Lele Sistem Bioflok. Bioflok adalah teknologi budidaya lele intensif dengan mengandalkan suplai oksigen dan gumpalan (flok) mikroorganisme. Progam ini memang merupakan progam kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan 50 pesantren se- pulau jawa, seperti Pondok Modern Al-Amanah, Pondok Pesantren An-Nur 2 Bululawang Malang, Pondok Pesantren An-Nuqayah, Guluk-Guluk Sumenep, dan lain-lain. Progam ini selain untuk pengembangan kewirausahaan pesantren juga untuk menghapus stigma budidaya lele yang sejauh ini masih dikembangkan secara konvensional. Kebanyakan hasil panen dari 12 flok yang jika keseluruhan dapat mencapai 24 kuintal lele yang dipanen secara periodik ini dikonsumsi oleh santri sendir dan sebagian dijual ke para tengkulak. Omzet yang dihasilkan setiap dua bulannya sekitar 40 juta rupiah dengan keuntungan bersih mencapai sekitar 20 juta rupiah.

Pemandangan indah lain yang dapat dinikmati adalah bangunan asrama yang bersanding dengan pohon mangga dan aneka tanaman hias. Tak jauh dari situ, akan terdengar suara kepakan sayap dan bunyi khas burung merpati. Suaranya bersahut-sahutan karena jumlahnya ratusan. Burung-burung itu bertengger hanya sekitar 15 meter dari kolam. Ada yang hinggap di pohon mangga, berjalan-jalan di kandangnya, dan sibuk mematuki makanan di paving street halaman asrama. Merpati-merpati itu sudah sangat akrab dengan para penghuni pondok. Malah, kadang mereka langsung menghampiri saat melihat orang yang membawa jagung. Nuansa begitu guyub. Harmoni dengan alam tersebutlah yang tetap dijaga. Tidak hanya pengurus, melainkan semua elemen di pesantren Al Amanah ini.

Selain itu di pesantren ini juga diajarkan entrepeneurship, dimana santri ikut terlibat langsung dalam pengembangan koperasi pesantren dari keuangan, manajemen, dan pemasaran. Usaha lain di pesantren ini seperti Laundry La Tahzan, Resto La Tahzan, koperasi la tahzan, Kantin Ahlan wa Sahlan, Al-amanah center, Alber Advertising juga menggeliat. Selain itu pesantren ini juga membuka biro haji dan umroh yang dikelola oleh menantu pengasuh yang pertama.

Hal yang unik di pesantren ini adalah Konsep Trilingual, mengapa demikian, karena selain santri dituntut harus berbicara bahasa arab dan bahasa inggris, mereka diharuskan berbahasa jawa kromo inggil. hal ini agar setelah keluar dari pesantren tidak kehilangan identitas mereka dan bisa melestarikan kearifan budaya jawa ini. Hal ini terlihat dari berbagai papan petunjuk maupun kata mutiara yang tertuliskan dalam aksara latin maupu aksara jawa, terutama di SD Antawirya yang mengambil dari nama asli Pangeran Dipenogoro, pahlawan nasional dari Jogjakarta.

Pesantren yang berada di tengah hamparan sawah ini juga telah membuka progam hafalan Al-Qur’an, dengan progam Sanggar Entrepeneur Tahfidz yang bercita-cita mencetak generasi al-Qur’an yang juga pengusaha. Hal ini menarik agar para huffadz tidak hanya mengandalkan hafalannya untuk mencari hal yang bersifat keduniawian belaka, namun dengan al-qur’an dapat membuka pintu segala keilmuan termasuk ilmu kewirausahaan itu sendiri. Dan saat ini telah berdiri Gedung Tahfidz Center yang berdiri kokoh dengan 3 lantai, sebagai pusat pendidikan kader Ahlul Qur’an ini.

Beragam prestasi juga telah ditorehkan dari pesantren ini, seperti mengirim santrinya untuk melanjutkan studi ke Timur Tengah seperti Mesir, Turki, Sudan dan beberapa negara lainnya. Selain itu Pesantren Modern Al-Amanah ini juga berkali-kali menorehkan prestasi baik kancah regional maupun nasional seperti Juara 1 Kepramukaan di Pondok Modern Gontor, Juara 1 Nasyid Antar Pelajar Se-Jatim dan masih banyak lainnya

Meski mengusung spirit modernisasi namun pesantren ini masih mempertahankan tradisi yang baik seperti Dzikir, Sholawatan, Tahlilan dan lain-lain. Belum lama ini, telah dibuka Sanggar Kutubut Turast sebagai pusat pendidikan pengkajian kitab salaf yang diresmikan oleh Syekh Dr. Muhammad Rajab Dib, Mufti Syiria pada 10 Mei 2018. Model dalam sanggar ini adalah pendalaman kitab kuning dan hafalan kitab nahwu Imrity di tingkat SMP dan Alfiyah ibnu Malik di tingkat SMA. Setiap tahunnya, pesantren ini juga mengirimkan santri-santri sebelum lulus kelas 12 Madrasah Aliyah untuk obervasi lapangan sekaligus mengabdi kepada masyarakat di berbagai pelosok daerah.

Berikut sekilas cuplikan dari pesantren yang sering menjadi rujukan pesantren maupun kampus dari berbagai daerah. Semoga pesantren ini semakin maju dan dapat mendarmabaktikan kepada masyarakat lain sebagai mottonya

“الذين يستميعون القول فيتبعون أحسنه”
(Yaitu) Orang-orang yang mendengarkan suatu perkataan, kemudian mereka mengikuti kebaikan (dari perkataan tersebut)
(QS. Az-Zumar: 18).

Terima Kasih kepada KH. Nurcholis Misbah sekeluarga khususnya Gus Ahmad Zahuda yang telah memberikan kepada kami kesempatan untuk bersilaturrahmi di pesantren ini. Semoga berkah pesantren ini bisa menular kepada kami dan pesantren ini juga dapat semakin menebarkan keberkahan di tengah-tengah masyarakat.

Semoga bermanfat 🙂

Sidoajo, 12 Mei 2018

Abid Muaffan
Santri Backpacker Nusantara

Disarikan dari berbagai sumber dan pengamatan langsung