Keris Pasopati Simbol Kerendahan Hati

Pasopati Simbol Keteguhan dan Kerendahan Hati

Dikisahkan bahwa Arjuna bertapa karena kesadarannya sebagai ksatriya, dia ingin melakukan dharma kewajibannya di tengah masyarakat. Dia merupakan lambang pemimpin yang sanggup mengorbankan jiwa, raga dan harta bendanya demi negaranya. Dalam tapanya Arjuna diuji apakah tapanya demi ambisi pribadi atau benar-benar demi pengabdian murni.

Tujuh bidadari utusan Bathara Indra dengan kecantikan tak tertandingi menggoda Arjuna yang sedang bertapa di gunung Indrakila. Namun demikian, Arjuna ia tidak terganggu oleh godaan para bidadari jelita tersebut.

Selanjutnya Bathara Indra sendiri yang menguji apakah Arjuna benar-benar seorang ksatria yang penuh keyakinan, ataukah seseorang ‘resi’ yang melarikan diri dari keduniawian. Bathara Indra menyamar sebagai seorang resi tua yang memperolok dan menggugah rasa kesatriaan Arjuna. Ia muncul dalam bentuk seorang resi yg menghardik Arjuna, bahwa dengan segala tapa bratanya Arjuna belum mencapai kesempurnaan, karena sebetulnya Arjuna hanya mengejar pembebasan dirinya sendiri, ‘ego-spiritualis’. Dengan teguh Arjuna menjawab, bahwa tujuannya bukanlah untuk keselamatan diri, juga bukan untuk kepentingan keluarga Pandawa, melainkan untuk menyelamatkan kebenaran dalam peperangan akhir antara dharma melawan adharma. Demi dharmanya itu Arjuna berani menghadapi apa saja, bahkan kematian sekalipun akan dihadapinya.

Resi tua tersebut kembali wujudnya sebagai Bathara Indra. Bathara Indra berbahagia, karena telah menemukan seorang ksatria berbudi luhur yang akan mampu menghadapi Niwatakawaca, Raksasa Angkara Murka yang mengancam Kahyangan, Istana para Dewa.

Ujian berikutnya adalah Mamang Murka, raksasa utusan Prabu Niwatakawaca yang berwujud babi hutan raksasa yang menyerangnya dengan ganas. Akhirnya babi hutan tersebut mati dipanah oleh Arjuna. Persoalan timbul, karena babi hutan tersebut mati karena dua buah anak panah. Ternyata ada seorang ksatriya yang juga membidikkan anak panah ke babi hutan tersebut. Sudah selayaknya, Arjuna yang bertarung keras, berperang tanding penuh luka dengan babi hutan, dan akhirnya berhasil membunuh mati hewan tersebut, merasa lebih berjasa dari pada seorang ksatriya asing tanpa perkelahian sebelumnya yang langsung memanah babi hutan tersebut.

Sang Ksatriya mengajak berperang tanding, mengadu kesaktian. Akan tetapi, bagi Arjuna, nama bukan menjadi masalah, siapapun yang mendapatkan nama dan berhak mendapat karunia bukan menjadi pertimbangan Arjuna. “Wahai Ksatria, kalau kamu merasa berhak sebagai pembunuh Mamang Murka, dan mau melaporkan ke Kahyangan silakan. Bagiku, ada adharma yang mati sudah memadai, itu bentuk kasihku terhadap kebenaran”.

Ksatria tersebut merasa dipermalukan dengan pernyataan Arjuna yang menohok kesombongannya, lantas menyerang Arjuna sehingga terjadilah perang tanding yang luar biasa. Akhirnya baju perang Arjuna hancur, akan tetapi Arjuna berhasil mendekap kedua kaki musuhnya, sehingga musuhnya terjatuh dan perkelahian terhenti. Tiba-tiba ksatriya tersebut berubah wujudnya menjadi Bathara Guru.

Bathara Guru sangat terkesan atas kerendahan hati Sang Arjuna. Arjuna telah lulus ujian akhir dan oleh Bathara Guru, Kuasa Pengajar Sejati, diberi hadiah seperangkat senjata panah bernama Pasopati. Pashu, Pasu adalah hewan, sehingga Pasopati adalah Raja Hewan, julukan bagi Bathara Guru. Pasopati adalah senjata andalan untuk menaklukkan sifat kehewanan dalam diri. Senjata bagi mereka yang sudah ‘sadar’ akan adanya hewan di dalam diri dan mampu menaklukkannya.

Begitu indah pemaknaan yg bisa diambil dari kisah Arjuna dan pusaka saktinya ini. PASOPATI, sudahkah kita para pemilik keris dhapur ini menghayati?

Pringgondani Kusumo

Koresponden MM.com