Pura Majapahit Trowulan Mojokerto Kepercayaan Siwa Budha

 

Kepercayaan Siwa-Budha sudah ada sejak jaman Singasari abad XI, permulaan dianut di Nusantara pada jaman Majapahit yang telah berhasil menyatukan seluruh Nusantara dengan “ Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangruwa “. Berikut ini laporan Romo Sisworo Gautama Ketua Pusat Informasi Kerajaan Majapahit Jl Darah Jingga 15 Trowulan Mojokerto :

Setelah Majapahit runtuh pada abad XV 1500 M, Kepercayaan Siwa-Budha tidak menonjol lagi di Jawa. Tetapi di pulau Bali yang tidak tersentuh Aliran Kepercayaan lain, Siwa-Budha tetap lestari dianut oleh para keturunan Majapahit.

Kepercayaan Siwa-Budha adalah penghormatan kepada leluhur dimana jaman dahulu orang mati dibakar dan abunya dilarung ke sungai atau laut agar kembali ke alam Mokswa atau Tuhan Yang Maha Esa.

Titik awal persatuaan Siwa-Budha memang pada jaman Majapahit dimana Pemujaan Roh Leluhur Bhatara Brahma Raja yang aliran Siwa mempunyai istri Putri Cina yang beraliran Budha dan kemudian menjadi cikal-bakal kawitan Majapahit.

Sebelumnya Siwa terpisah dengan Budha, seperti candi Borobudur khusus Budha, candi Prambanan khusus Siwa dll. Sejak jaman Majapahit menjadi satu candi Siwa-Budha dalam satu area.

Kepercayaan Siwa-Budha dianut Raja dan para keluarganya dan sebagian rakyatnya. Raja secara pribadi disebut Wisnu atau Wisnu-Budha. Jadi kepercayaan Siwa-Budha adalah pemujaan leluhur kawitan Majapahit karena pada era Majapahitlah kepercayaan ini menyebar di Nusantara, karena waktu itu para Raja Nusantara dan keluarganya menganut Siwa-Budha.

Ini dibuktikan tiap keluarga Majapahit tentu punya tempat leluhur kawitan Majapahit. Tempat leluhur bisa disebut makam, tetapi hanya Roh nya. Karena orang mati dibakar dan abunya dilarung ke laut. Contohnya di Bali hampir tiap rumah punya tempat Roh / Makam juga orang Cina, Jepang dll yang kalau mati dibakar, dirumah dibuat tempat sembahyangan dan semua keluarga apapun agamanya tetap sembahyang menghormati leluhurnya seperti orang nyekar ke makam.
Kepercayaan Siwa-Budha di era Reformasi ini sebetulnya Pribadi karena bukan agama dan menarik orang atau membuat ajaran dll.

Hanya untuk menyatukan keluarganya yang kini sudah menganut berbagai agama, hanya didepan leluhur bisa bersatu tetapi secara umum berbeda-beda atau “ Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangruwa “.

Jadi kepercayaan Siwa-Budha adalah Pelestari Budaya Majapahit, seperti yang dilakukan HYANG SURYO WILOTIKTO / SRI WILATIKTA BRAHMA RAJA XI Jl. Brawijaya/ Darajingga no: 13-15 Trowulan-Mojokerto Jawa Timur

Mengenai keluarga dari agama Hindu, Budha, Khonghucu, Kristen, Islam, Kepercayaan dll mengakui keberadaan leluhurnya Majapahit diucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya. Husnu Mufid