Asal Usul Nasi Gandul Pati Jateng

: catatan badogan Mashuri Alhamdulillah.

Kenapa makanan khas Kabupaten Pati, Jawa Tengah, disebut Nasi Gandul? Usut punya usut, ternyata penamaan pada kuliner yang bersentra di kawasan Desa Gajahmati, dekat terminal bis antarkota di pesisir utara Jawa itu memiliki sejarah panjang. Sakpiro dowone, Rek?

Tentu, tidak ada hubungannya dengan Syekh Jangkung, Adipati Pragola, Sunan Ngerang, Sunan Prawoto, Roro Mendut, dan tokoh historis Pati lainnya. Begini. Dulu, para pedagang Nasi Gandul itu menjajakan dagangannya tidak menetap seperti sekarang, tetapi dengan cara dipikul sambil jalan. Nah, tempat nasinya ditaruh di sebuah wadah yang menggantung. Dalam bahasa Jawa, menggantung itu gandul. Akhirnya, lama-lama menu tersebut disebut dengan Nasi Gandul, alias nasi yang menggantung. Sesederhana itu, bukan?!

Yeah, itu hampir mirip dengan kuliner khas Lamongan, yaitu Nasi Boranan. Disebut demikian, karena wadah nasinya berupa boran. Namun, masing-masing kuliner punya ciri khasnya. Begitu pula dengan Nasi Gandul. Menu ini merupakan perpaduan antara kuah soto, rawon, dan gule. Lauknya adalah daging, jeroan, juga lidah sapi, ditambah dengan perkedel, telor rebus dan tempe goreng yang khas.

Bagi lidah Jawa Timur, kuliner ini memang terasa agak sedikit manis, yang merupakan cita rasa khas kuliner Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun, kemarin, ketika saya dan keluarga andok Nasi Gandul di warung Pak Meled di Gajahmati, yang meneruskan resep dan usaha ayahnya sejak 1955, saya pun terpaksa nambah porsi. Ehm.

Maknyus, Coy!

MA
On Grogolan, 2020
Ilustrasi Jepretan Nyonya Meneer