Prosesi panjang jimat digelar tiga keraton, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan dalam waktu bersamaan. Berikut ini laporan Raden Makbul Jayabrata jurnalis citizen menaramadinah.com.
Prosesi panjang jimat adalah tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun, dari jaman Kanjeng Sinuhun Syekh Maulana Syarif Hidayatullah, yang menggambarkan drama kelahiran Nabi Muhammad SAW. Penggambaran tersebut dilambangkan melalui simbol-simbol perangkat pelal.
Prosesi panjang jimat atau pelal, yang digelar setiap 12 Mulud, adalah puncak perayaan Maulud Nabiu Muhammad. Meski digelar malam hari, pelal sampai saat ini masih menjadi magnet bagi ribuan warga dari berbagai pelosok negeri, bahkan tidak sedikit juga wisatawan asing yang datang untuk menyaksikannya.
Di Keraton Kasepuhan, perangkat pelal diarak dari mulai Keraton Kasepuhan menuju mesjid agung keraton yang berjarak sekitar 300 meter, ada 16 simbol arak-arakan yang menceritakan drama kelahiran Nabi Muhammad saw.
Diawali dari rombongan pembawa payung keropak, tunggul manik, lilin dan damar kurung sampai pembawa tujuh nasi jimat di atas piring besar atau panjang, ini menggambarkan kesiapan Abdul Mutholib, menyambut kelahiran Nabi Muhammad, cucunya.
Keindahan puluhan damar kurung-semacam lampion warna-warni yang mengawali arak-arakan menjadi daya tarik tersendiri. Prosesi diakhiri dengan pembacaan Riwayat Nabi Muhammad saw (asrakalan) dan salawat.
Makanan yang sudah mendapat doa-doa itu kemudian dibagi-bagikan kepada sultan, famili, abdi dalem dan warga, saat itulah makanan yangu telah didoakan seperti bekasem ikan, nasi tumpeng, nasi uduk, nasi putih dan terutama “nasi jimat”, menjadi rebutan ribuan warga yang sudah menunggu di halaman keraton.
Tidak seperti nasi dan berbagai variannya yang dimasak dengan air, nasi jimat yang menjadi sajian utama pelal, dimasak dalamu rendaman minyak goreng langsung, saat masih berupa beras. Saat ini, nasi jimat menjadi satu-satunya menu sajian pelal yang dimasak harus dengan kayu bakar, di dapur mulud, kayu bakar yang digunakan pun didatangkan khusus dari tempat-tempat yang dikeramatkan.
Perayaan Maulud Nabi sebenarnya lebih kepada menggugah masyarakat untuk meneladani perilaku dan sunah Nabi.
tradisi muludan hingga prosesi panjang jimat sejatinya peristiwa multidimensi. “Bukan hanya sekedar tradisi tetapi peristiwa budaya religi, tetapi juga sosial dan ekonomi.
Esensi dari pelal adalah upaya untuk selalu mengingat sosok Agung Nabi Muhamad saw, dengan selalu meneladani ajaran Nya.
Menurut dia, ada dimensi ketauhidan dalam prosesi pelal, yakni menjadi semacam kekuatan pengingat bagi umat Islam, untuk selalu menjaga syahadat.
Namun ada juga moment pertemuan sosial budaya dan ekonomi, sehingga pelal bukan hanya milik umat Islam tetapi juga agama lain.