Peran dan tanggung jawab Mahasiswa dalam menghadapi Bonus Demografi menuju generasi Indonesia emas 2045.

Jember, menaramadinah.com-27 Agustus 2020-Di tengah situasi New Normal dimana pandemi covid 19 belum tahu kapan akan berlalu. Meski sudah mulai beredar adanya penawar dengan meningkatkan daya imunitas, namun fakta di lapangan belum sepenuhnya teruji secara medis mampu menjadi daya tangkal yang ampuh untuk pencegahan dan pengobatanya.

Kita dihadapkan pada dilema; disatu sisi pandemi masih mengancam, sementara sisi yang lain terkait segala aktivitas untuk survival serta memenuhi kebutuhan subsistensi harus tetap terpenuhi. Tentu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

Pada sisi yang lain, kondisi perekonomian kita sebagai bangsa sudah pada taraf yang cukup mengkhawatirkan. Meski demikian kita harus tetap optimis bahwa pandemi covid ini justru harus kita jadikan sebagai batu pijakan, awal mula untuk mengubah kondisi krisis menjadi potensi kekuatan untuk bangkit dari situasi keterpurukan.

Pemuda (mahasiswa) diharapkan agar pro aktif bersungguh sungguh dan memiliki optimisme untuk berpikir dan bertindak maju. Optimisme itu harus menjadi energi positif, terlebih kita memiliki potensi untuk menjadi bangsa besar dan maju terkait dengan bonus demografi menuju generasi emas 2045.
Jangan sampai bonus demografi dimana jumlah usia produktif lebih banyak dari usia unproduktif tidak kita persiapkan dan optimalkan.

Demikian pandangan yang mengemuka dalam kegiatan Seminar Pelatihan Kader Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Jember, Cabang Jember.

Acara yang digelar tanggal 27-30 Agustus 2020 bertempat di Balai Kepegawaian Daerah Jember tersebut mengambil Thema: “Manifesto Kader Mujahid sebagai Gerbong Gerakan berbasis Intelektual dengan menghadirkan nara sumber yakni H. Muhamad Nur Purnamasidi Anggota DPR RI Komisi X Fraksi Partai Golkar dan Agus Sholeh.

Dakam paparanya H. Muhamad Nur Purnama Sidi (Bang Pur) yang juga merupakan aktivis mahasiswa era 1990-an ini menekankan pentingnya “imunitas” pemuda (mahasiswa), terutama dalam memfilter, lebih selektif memilah dan memilih serta melakukan cross check terhadap berbagai informasi yang ada. Begitu derasnya lalu intas informasi, baik itu yang bersifat positif maupun negatif harus disikapi secara Arif dan bijaksana. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sudah tidak waktunya lagi mahasiswa terjebak dalam pola lama, mempertentangkan strategi serta pilihan dalam berkarya. Karena hal itu justru berpotensi untuk masuk serta terperangkap dalam sikap apatisme dan pragmatisme. Hendaknya ada sinergitas, saling melengkapi dan menguatkan antara mahasiswa yang lebih memiliki interest terhadap kajian dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Dengan mereka mahasiswa yang selama ini aktif terjun dalam gerakan turun ke jalan dalam merespon dan mensikapi fenomena sosial politik yang terjadi di negeri ini.

Catatan pentingnya adalah terkait Tujuan dan gerak langkah yang dilakukan mahasiswa harus berdasar pada pemahaman geopolitik dimana Indonesia secara geografis memiliki potensi strategis. Indonesia bisa menjadi negara maju dengan bonus demografi bila sejak sekarang semua pemangku kepentingan bersama mempersiapkan secara baik. Utamanya dalam pendidikan membangun karakter, mental yang tangguh dan kuat untuk maju bagi generasi mudanya. Tutur anggota Komisi X bidang Kementrian Pendidikan, kementrian pemuda dan olah raga, serta Kementrian Pariwisata dan ekonomi kreatif serta perpustakaan nasional ini. Sekali lagi, bonus demografi harus betul betul dikaji serta dianalisa secara mendalam dan komprehensif. Sehingga Bonus demografi menuju generasi Indonesia Emas 2045 tidak sekedar harapan semu. Namun merupakan optimisme untuk bangkit, dengan segala daya upaya mewujudkan tujuan kita dalam berbangsa dan bernegara. Pungkasnya.

Sementara itu pembicara lain Agus Sholeh dari pengurus kaderisasi Koordinator Cabang PMII Jawa Timur menegaskan pentingnya ideologi sebagai “ruh” gerakan sekaligus inspirasi bersama sehingga PMII dengan kader kader potensialnya berada di garda depan (avandgarde) dalam mengejawantahkan pemikiran tersebut. Ideologi ibarat kompas yang berfungsi untuk mengarahkan, dan sekaligus menata ulang pembacaan kritis konstruktif terhadap fenomena sosial yang terjadi. Kata bidang Pengkaderan ini penuh berapi api saat menyampaikan gagasan gagasan nya. (red).