MEMBANGUN MIMPI DI TENGAH PANDEMI

Oleh : Marjinal, SE.

 

Masyarakat di tuntut harus pro aktif,kreatif serta inovativ menghadapi kondisi saat ini. Peluang demi peluang harus segera di sikapi dan di tindak lanjuti agar tetap bisa eksis bertahan, baik secara kesehatan,maupun terkait income pendapatan finansialnya guna memenuhi kebutuhannya meskipun dalam situasi yang mengaruskan kita ” work from home” (wfh) atau bekerja dari rumah. Dengan adanya tehnologi hand phone, kita masih bisa memperoleh informasi, komunikasi serta melakukan koordinasi baik berupa audio visual maupun gambar dalam menyiasatinya. Adalah Asuhan Pemberdayaan Porang Indonesia ( ASPEPORIN) misalnya, adalah suatu wadah untuk petani porang guna menjawab serta meningkatkan kesejahteraan anggota dan petani porang dalam hal ekonomi, mulai dari pembibitan, pengolahan, purna jual serta kwalitas Brand menuju SNI agar mempunyai nilai ekonomis tinggi dan berstandarisasi.

Dalam hal ini peran pengurus baik tingkat pusat, pengurus wilayah, pengurus daerah sangat lah penting, guna bekerja sama menjangkau atau merapat ke petani kususnya porang, sehingga misi bisa di jalankan demi perkembangan sebuah asosiasi dan para petaninya. Asosiasi juga mempunyai tanggung jawab moral, dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan anggota adalah nyata, bukan hanya untuk petani saja tetapi semua komponen yang ada di dalamnya termasuk pabrik dan pedagangnya( exsportir dan pengepul), disinilah peran asosiasi sangat viral mulai pengawalan kwalitas produk, bibit hingga menjadi chips, sehingga pedagang punya daya tawar yang tinggi yang bisa membuat harga jual chips di pasaran eksport juga tinggi, dan tentunya petani juga di untungkan karena harga beli porang basah pasti ikut naik juga. Selain itu kita juga harus paham Terkait dengan pabrik tentunya juga punya hitungan tertentu agar bisa Break event point ( BEP)guna mendapatkan ke untungan maximal, untuk itu biasanya pabrik akan memastikan suplai umbi basah sesuai kapasitas hitungan mesin produksi per hari. Di sinilah pengurus harus mampu membuat peta kemampuan suplainya dan ini menjadi peluang yang menjanjikan kususnya buat pengurus dan petani secara finansial.

Tentunya sebuah Asosiasi harus memahami pabrikan, bilamana produksi tidak optimal, akan berpengaruh pada cost yang membengkak dan akan mengurangi keuntunganya, bilamana itu terjadi petani pasti akan di rugikan karena harga beli porang basah pasti akan tertekan dan pasti terjadi pengurangan jumlah pekerjanya ( phk). Kita berharap dengan adanya rantai bisnis diatas kita bisa sosialisasikan kepada para petani, agar suplai pabrik terpenuhi,harga jual tidak tertekan sehingga ” simbiosis mutualisme” ini tetep terkendali serta meng edukasi petani terkait untung ruginya menanam porang dan menjadi anggota sebuah asosiasi. Terakir Sebagai penutup, sebuah Aosiasi akan dapat berjalan dan berkembang besar bilamana di lengkapi komitmen arah serta tujuan ” legalitas” yang resmi dan sumber daya manusia yang memadai agar bisa terwujud sebuah “mimpi bukan hanya sekedar janji”.