Kecanduan Teknologi HP

Oleh : yahya aziz
Hampir semua 50 Wali Murid SD-SMA yang saya wawancarai mengalami stres berat, karena anak anaknya kecanduan game online. Lebih lebih mulai Maret 2020 ketika bangsa kita diuji dengan pandemi CAVID 19 CORONA anak anak wajib belajar di rumah dengan sistem pembelajaran online. Realitanya banyak anak anak bermain game dari pada belajarnya.
Hanya sedikit orang tua yang mampu mendampingi dan mengendalikan anak anak belajar di rumah dengan sistem daring. Tapi rialitasnya banyak yang gak mampu mengendalikan anak anak nya.
Bersyukurlah para orang tua yang anak anak nya menempuh pendidikan di pesantren yang mulai kembali ke pondok pesantren pada tanggal 17 Juni 2020. Pesantren Gontor Ponorogo, Tebuireng Jombang, Lirboyo Kediri dan Amanatul ummah pacet Mojokerto yang sudah membuka tahun ajaran baru, tetapi tetap dengan prosedur ketat kesehatan.
Hampir semua sekolah dan kampus lumpuh, gedung besar bertingkat tapi tidak berpenghuni. Guru dan murid mendadak jadi artis live via zoom hp, gedung gedung sekolah jadi hantu singgah, kata ibu Lidyawati Idrus wali murid yang percaya kepada pendidikan pesantren.
Ada juga Wali murid bapak S A dari Sidoarjo anak nya sakit mata, kabur kalau melihat dari jarak jauh, sebab sering nya melihat hp setelah pembelajaran online.
Hanya sekolah sekolah di bawah naungan yayasan organisasi Muhammadiyah dan NU yang berani buka dengan sistem bergantian masuk sekolah tetapi tetap waspada dengan prosedur ketat kesehatan : jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan.
Ada pendapat bagus dari ibu Zulaikha wali murid dari Nganjuk, teknologi hp adalah buatan manusia, mengapa banyak manusia yang percaya 100% dalam menyelenggarakan pendidikan dengan teknologi ?… padahal ada kekuatan batin dari Allah untuk mendidik dan mengajar anak anak dalam lingkungan lembaga pendidikan. Dalam mendidik anak anak harus ada kekuatan lahir batin seorang guru, kalau anak anak nya ingin sukses.
Dikalangan para pendidik terjadi perdebatan mengenai pembelajaran online. Bagi yang setuju berpendapat orang tua ikut terlibat dalam proses pembelajaran anak anak nya, itu bagi para orang tua yang mampu dan berpendidikan tidak ada masalah. Tapi bagi orang tua yang ekonominya pas pasan ini bermasalah, untuk makan sehari-hari saja gak mampu apalagi untuk beli hp android, quate internet, apalagi pengaruh lingkungan. Akhirnya anak anak kehilangan rasa simpati dan kepekaan sosial.
Banyak orang tua stress dan guru guru SD-SMA menjerit. Ilmu bisa ditransfer melalui pembelajaran online, tapi akhlak mulia, budi pekerti, kejujuran, keteladanan dan berkahnya ilmu tidak bisa. Diakui atau tidak diakui pmbelajaran online tidak maksimal banyak mudharat dari pada manfaatnya.
BERKAHNYA SEBUAH ILMU
Tanpa kehadiran dan keteladanan seorang guru hampa ilmu itu, pendidikan dan pengajaran bukan hanya sekedar transfer ilmu belaka.
Kehadiran seorang guru di kelas tidak bisa digantikan oleh kecanggihan teknologi apapun.
Begitu kata Gus Saif Amak wali murid alumni pesantren albarokah Nganjuk Jawa timur
Kehadiran dan keteladanan guru di kelas lebih dominan didapatkan oleh para murid / mahasiswa dengan tatap muka bersama guru, lebih tepatnya dengan tatap muka secara fisik, disinilah terjadi kontak batin antara guru dan murid sehingga tumbuhlah kecintaan kasih sayang dalam menuntut ilmu.
Bahkan RUHUL MUDARRIS, spirit guru, keihklasan keteladanan guru hanya dapat dirasakan oleh murid dengan kehadiran guru di kelas. Sebaik materi dan metode tanpa ada RUHUL MUDARRIS, maka pendidikan terasa CACAT, pembelajaran tidak maksimal dan kurang sempurna.
الطريقة اهم من المادة والمدرس أهم من الطريقة وروح المدرس أهم من المدرس نفسه
“Methode lebih penting daripada materi, dan guru jauh lebih penting dari pada metode, dan ruh guru jauh lebih penting daripada guru itu sendiri”
Dari sini totalitas guru secara lahir batin dalam mengajar, menentukan kualitas pendidikan dan pengajaran di sebuah lembaga pendidikan.
Menarik sekali ungkapan Fajama Ben Mohan seorang ustadz yang sekarang berjuang di pesantren, pendapat nya tentang berkah nya ilmu.
Ilmu bisa diperoleh dengan belajar sekalipun lewat internet. Tapi berkahnya ilmu itu hanya bisa diperoleh dari TALAQQY ( interaksi lahiriah dan batiniah antara guru dengan murid, yaitu :
1. Muwajjahah, tatap muka secara langsung antara guru dan murid.
2. Qudwah, keteladanan dari pribadi guru ke murid.
3. Khidmah, pengabdian dari pribadi murid ke guru.
Disinilah akan lahir keberkahan ilmu.
Selamat bagi para wali murid yang mampu mendampingi anak-anak nya di rumah, dan selamat bagi wali santri yang anak anak nya sudah kembali ke pondok pesantren………….
Kami hanya bisa berdoa semoga pandemi CAVID 19 CORONA berakhir, sehingga anak anak TK, SD, SMP,SMA, Mahasiswa dari Sabang sampai Merauke bisa kembali ke sekolah nya…. terhindar dari kecanduan Handphone Berjam jam mereka para anak anak di warung kopi memegang hp, benar benar kecanduan game online…. bagaimana nasib generasi mendatang…..
Semoga tulisan ini mewakili suara hati Wali murid dan didengar pengambil kebijakan…
Wallahu A’lam Bissowab….
Surabaya, 21-7-2021
Y A : Wali santri dan penulis tetap menara Madinah com.