Makam Ki Ageng Srenggi ,Bekel Pogalan Berbek Era Majapahit Akhir

Nganjuk.menaramadinah .com,Di wilayah Desa Pogalan,Berbek,Nganjuk terdapat sebuah kompleks makam salah satu leluhur Pogalan yaitu Ki Ageng Srenggi yang makamnya berdampingan dengan istri dan keluarganya.Letaknya berada diantara persawahan dan di sebelah barat Gardu PLN 2 Desa Patranrejo .Untuk menjangkaunya tidaklah sulit ,jalan menuju area pemakaman layak dilalui sepeda motor,namun untuk mobil harus parkir di tepi jalan besar,sekitar SMAN 1 Berbek.Posisinya tidak jauh dari perumahan penduduk sehingga para pengunjung dari luar daerah bisa bertanya pada warga setempat bila berkunjung ke makam Ki Ageng Srenggi yang dekat dengan maqbaroh Syekh Arfiyah Tsany beserta dua orang pengikutnya.
Seorang penduduk Patran Mbah Sadikun yang sering datang ke makam tua itu menuturkan bahwa selama ini makam Ki Ageng Srenggi banyak dikunjungi peziarah dari dalam dan luar Nganjuk,bahkan ada yang dari Tuban dan Probolinggo .Mereka ada yang datang secara pribadi dan sebagian peziarah datang dengan rombongan.Lelaki tua yang bersahaja itu bercerita sedikit mengenai asal mula nama Desa Pogalan.Dulunya daerah Pogalan banyak anak muda yang nakal atau berperilaku ugal-ugalan ,namun mereka berhasil disadarkan oleh tokoh bernama Syekh Arfiyah Tsany dan santrinya dari Ponorogo.
Saat Bro J ditemani Kang Teguh meliput pada Sabtu sore 20 Juni 2020,ada beberapa orang berada di makam Ki Ageng Srenggi yang bersih dan tertata rapi.Diantaranya adalah Pak Aris yang sehari-sehari dia bertugas membersihkan area makam ,Kang Uun seorang pecinta ziarah dan praktisi ilmu hikmah dan rekan Kang Uun dari Medan,Sumatra Utara.
Kompleks makam Ki Ageng Srenggi dibangun oleh pemerintah desa setempat dan dikelola dengan baik.Dilengkapi pula dengan fasilitas yang dibutuhkan para pengunjung seperti kamar mandi dan tempat wudhlu .Ada pula tempat istirahat untuk peziarah dimana mereka bisa rebahan,ngobrol,makan ,minum sambil mengisi /mencharge baterai HP.Disana terpajang daftar para pengurus makam di lengkapi foto-fotonya.Satu nama pengurus yang membuat kami tertarik yaitu pengurus bernama Gaib.Namanya sungguh unik,Gaib.Tetapi kami tidak bertemu dengan Pak Gaib,hanya membaca namanya saja dijajaran pengurus makam.
Dan itu memang nama asli setelah dikonfirmasi pada warga sekitar Pogalan.
Disekeliling makam Ki Ageng Srenggi telah diberi pagar permanen ,pintu makam dibuat layaknya gapura dari batu bata merah yang atasnya dipasang lampu .
Berdekatan dengan gapura,ada dua patung yang masih nampak baru,membawa pentong/alat pemukul.Seolah kedua patung menyambut kehadiran para pengunjung.
Di sisi selatan makam terdapat batu prasasti bertuliskan aksara Jawa dan atasnya ada relief ular.Perlu diketahui,itu prasasti baru,bukan prasasti masa dahulu.
Disekitarnya ditanami bunga-bunga yang sedap dipandang mata dan menyegarkan suasana.Kiranya lokasi ini cocok juga sebagai tempat berphoto selfie ,selain sebagai tempat ziarah /wisata religi.
Di sisi barat makam Ki Ageng Srenggi ada pohon kepuh tua dan pohon-pohon pisang,didekatnya ada sungai yang terhubung dengan Sungai Kuncir.
Menurut sejarawan dan budayawan asal Ngetos Nganjuk Mas A.Trio Effendi,Ki Ageng Srenggi adalah tokoh desa yang menjabat sebagai bekel bertugas menarik pajak dan menjaga keamanan desa.Beliau hidup pada era Majapahit akhir dibawah pemerintahan Prabu Brawijaya V berdasarkan manuskrip dan dokumen kuno.
PP in I penulis,makam kuno yang tersebar diberbagai pelosok wilayah Nusantara memang perlu dilestarikan atau diuri-uri apalagi yang telah jelas bernilai sejarah,bukan untuk disembah ,melainkan kita mendo’akan shohibul makam ,mencari dan mempelajari sejarahnya ,mengenang perjuangannya yang sebagian adalah tokoh yang babat alas hingga menjadi wilayah desa atau perkampungan yang bisa ditempati dengan damai oleh penduduk sampai sekarang ini.
Generasi muda perlu tahu sejarah nenek moyang dan leluhur kampung atau desanya agar tidak menjadi kacang yang lupa akan kulitnya.Hal ini terkait pula dengan tradisi nyadran ataupun bersih desa yang tiap tahun sekali masih dilaksanakan di banyak wilayah tanah air.Itu sebuah kearifan lokal yang memperkaya khazanah budaya dan memperkuat jati diri bangsa.
@Bro J,22062020
#NganjukNyawiji#