Pengakuan Luthfi Majidi Santri Online Gus Uli Abshar Abdalla

“Gus Ulil Jangan Pernah Berhenti Ngaji On-Line. Mungkin bisa dikatakan saya adalah seorang santri, sebab mulai dari SD tahun 1998 saya dititipkan oleh orang tua saya ke keluarganya di Jogja, tepatnya di daerah Cangkringan Sleman, kebetulan keluarga mengelola sebuah pesantren.

Di sinilah awal mula saya mengenal dunia pesantren, khususnya pesantren yang bercorak Nahdlatul Ulama, mulai dari ngaji pesolatan hingga ngaji tafsir jalalain yang tidak pernah selesai selama puluhan tahun, sebab jika khatam maka akan dimulai dari awal lagi.

Saya mulai mendengar nama sebuah kitab yang bernama Ihya’ adalah semenjak saya nyantri di Queen Allah Falah Ploso, konon katanya ngaji Ihya’ di Ploso membacanya tidak berurutan juznya, sesudah juz 1 langsung juz 3 baru kemudian juz 2 dan juz 4. Di Ploso saya belum sempat ngaji Ihya, karena memang pengajian Ihya’ diikuti oleh santri-santri yang sudah musyawirin.

Ngaji Ihya baru saya dapatkan ketika saya balik lagi ke Jogja dan yang membacakannya adalah kakak sepu yang merangkap sebagai Kyai saya dan orang tua saya, ngaji Ihya’ ini dilakukan setelah sorogan ba’da isa’ hingga jam 12 malam, dan setelah 2 tahun akhirnya khatam.

Singkat cerita akhir tahun 2017 saya pulang ke Bangka untuk menikah dan mukim di Bangka. Disinilah awal permasalahan mulai muncul, saya mulai merasakan kehilangan separuh hidup saya, karena saya yang hampir dia puluh tahun hidup di lingkungan pesantren sudah tidak bisa lagi menikmati lingkungan yang menentramkan itu, tidak pernah lagi mendengar orang membaca kitab, tidak pernah lagi mendengar orang sima’an qur’an dan budaya-budaya pesantren lainnya.

Penyesalanpun mulai muncul, kenapa dulu tidak pernah serius dalam mengaji, akhirnya saya mulai meng-akses media-media On-Line untuk mengaji, minimal mampu mengobati rindu, kalaupun mendapat tambahan ilmu itu merupakan bonus bagi saya (orang yang memiliki kecerdasan pas-pasan) .

Salah satu laman On-Line yang sering saya intip adalah laman facebooknya Gus Ulil, kekaguman kepada Gus Ulil sudah ada sejak tahun 2006, masa awal mula kuliah di UIN Jogja, sebagai darah birunya Nahdlatul Ulama, bagi saya Gus Ulil memiliki pemikiran yang nyentrik.

Saya merasa kajian-kajian yang membutuhkan analisis mendalam seperti kitab Ihya dan al-munqidz cocok diampu oleh Gus Ulil, karena selain cerdas Gus Ulil juga sederhana. Sehingga besar harapan agar Gus Ulil tetap selalu bersedia ngajar ngaji On-Line guna menyelamatkan dahaga para santri terkhusus santri yang sudah jauh dari Kyaknya.

#KuisNgajiIhya’

Gus Ulil Abshar Abdalla 🙏🙏🙏