Blitar-menaramadinah.com-Sekilas balik sejarah Desa Banjarsari. Terkait dengan perluasan Perkebunan Belanda, Gunung Nyamil (sekarang jadi desa Besole, Ngadipuro,Wonotirto.
Luas jaman reformasi kurang lebih 650 ha. Sudah diredis ke warga 400 an ha. Sejak itu dusun Banjarsari, yang sudah bedol deso (Kades dan masyarakatnya) pindah diwilayah Lampung Sumatra.
Luas desa Banjarsari yang diperjuangkan untuk kembali jadi desa Otonom adalah kurang lebih350 ha. Sekarang kondisi tanah tersebut 98 persen kosong tanpa penghuni tanpa tanaman
Alias bukit gundul. Perhutanipun tidak punya program penanaman setelah tanaman jatinya ludes di jaman Gus Dur jadi Presiden.
(Perhutani: Hutan Milik Negoro….lha yen melik yo negoro !…sindiran Gus Dur saat itu justru dijadkan dalil para maling hutan untuk mwnggunduli semua hutan negara. Terjadi juga hal tsb di wilayah jatim terutama Blitar selatan, yg dulu alas Gung lewang liwung….sekarang jadi hutan jagung klo di musim hujan. Dan jadi hutan gundul klo musim kemarau seperti ini.
Era reformasi hingga sekarang menutut haknya kembali jadi desa, yakni anak turun dari masyarakat yang kini mudik kembali ke kampung halaman. Sementara kenyataan wilayah bekas desa Banjarsari secara administratif sudah masuk jadi satu wilayah Perhutani Wonotirto utara. Hingga detik ini permasalahan tanah Banjarsari masih dalam sengketa di Pemerintah Pusat.
Upaya politis sudah ditempuh dengan minta rekom Bupati sejak Bupati Heri Nugroho hingga Rianto sekarang Belum juga kelar setelah lebih dari berjuang 15 tahun.
Nah, Ki Mujianto, pimpinan Paguyuban Budoyo Jowo Lohjinawi adalah salah satu keluarga pejuang kembalinya kawasan Banjarsari menjadi desa otonom kembali.
“Maaf saya tidak paham politik juga tidak paham sejarah, tapi lewat jalan Budaya Jawi meniko kami punya mimpi kembalinya jati diri bangsa lewat Lestarine Budaya,”
Semoga sengketa tanah tersebut tidak mempengaruhi Guyub Rukune warga menjadi berkurang. Malah kedepan kita berharap semua pihak bisa arif bijaksana dalam mengambil keputusan penting yang terkait kepentingan masyarakat banyak.
Kami akan tetap berjuang dengan jalan jihad kami Kangmas. JIHAD BUDAYA MURIH LUHURING BANGSA. Nyuwun tambahing pangestu dari semua Pinisepuh.
Tadi siang sejak jam 13.00 sampai jam 15.00 kami Gelar Kirab Budaya ‘Napak Tilas Eyang Tirto Mangun Kusumo” diikuti semua Pagiyuban se Blitar Raya. …luar biasa antusias warga Wonotirto, pihak Paguyuban, Pemda sangat menyambut positif agebda Budaya tahun 1 disini.
Dilanjut malam ini potong tumpeng sederhana oleh Ki Jontor Siswanto, diiringi alunan musik ritmis spiritualis Jedor Wonotirto. Sebagai penanda Ambal Warso 1 Paguyuban Budoyo Jowo Lohjinawi.
“Selamat Ki Mujianto dkk, semoga di tahun ke depan agenda ini bisa rutin digelar dan semakin semarak. Sebagai Jalan Jihad Budaya, menuju pranatan yang lebih arif bijaksana. Untuk semua eksponen bangsa” ujar Ki Jontor mengakhiri bincang-bincang Disela acara.
Peserta Kirab Budaya Napak Tilas Eyang Tirto Mangun Kusumo: selain Blitar Raya juga hadir dari Surabaya, Sidoarjo, Kediri, Mojokerto, tulungagung, malang.
Ki Jontor Siswanto
Koresponden MM.com