Kisah Asal Mula Desa Pajaran -Saradan

Madiun.menaramadinah.com,Bertepatan dengan Hari Kartini 21 April 2020,crew Napak Tilas dari MM.com Biro Madiun (Bro J dan juru photo Teguh “Al-Farie” Santoso) melakukan perjalanan liputan ke sebuah desa di kaki Gunung Pandan.Desa itu bernama Pajaran,masuk wilayah Saradan,Madiun.Kawasan tersebut berudara sejuk ,panoramanya indah ,dan warganya ramah.


Di Pajaran ada prasasti yang terkait dengan asal-usul nama desa,berada di tepi jalan desa ,tidak jauh dari Sendang Kucur yang airnya jernih dan segar.
Prasasti tersebut berupa batu besar yang diatasnya terdapat bekas telapak kaki kuda.
Bagaimana kisah selengkapnya tentang sejarah nama Pajaran? Berikut ini laporannya:
Asal mula nama Desa Pajaran berasal dari Bahasa Jawa :Tipak Jaran yang artinya bekas tapak kuda.
Al-kisah,pada masa Kerajaan Mataram yang wilayahnya sampai ke tanah perdikan yang dipimpin Ki Ageng Mangir,saat ini disebut Dusun Mangirejo.Waktu itu,Ki Ageng Mangir selalu memberi upeti pada rajanya tiap tahun.


Mengingat Ki Ageng Mangir adalah tokoh sakti mandraguna,seiring waktu beliau dihasut Kerajaan Majapahit yang sedang berseteru dengan Mataram.Ki Ageng Mangir berhasil dihasut dan akhirnya ia mbalelo,berani melawan Mataram.Maka,terjadilah perang antara dua kerajaan.
Pihak Mataram merasa terdesak ,kewalahan dengan kesaktian Ki Ageng Mangir.Menghadapi hal ini,pihak Mataram bermain siasat.Raja Mataram menyerahkan putrinya yang cantik jelita untuk menjadi istri Ki Ageng Mangir dan untuk membujuk agar Ki Ageng Mangir mau sowan lagi ke Mataram.Dalam perang dengan Mataram,Ki Ageng Mangir dibantu tentara Majapahit.
Dalam perjalanan yang jauh dan berjalan kaki,pasukan Majapahit singgah disuatu tempat.Salah satu prajurit bertanya pada seorang tokoh,”Apakah perjalanan kita masih jauh?”
“Masih”, jawab tokoh .” Dan untuk mempercepat perjalanan ,kita harus berkuda”,sambungnya.
Ucapan tokoh itu bagaikan sabda pandhito ratu.Apa yang terucap terjadi,maka terjadilah.Kun fayakun bila dalam Al-Qur’an.
Maka,orang sakti itu mengeluarkan krondo,wadah yang menyerupai kantongan segi empat yang terbuat dari daun jati.
Dibukalah krondo itu ,lalu keluarlah kuda sembrani(kuda terbang) dari dalam krondo.
Dalam keberangkatan menuju tempat Ki Ageng Mangir,kuda itu menginjak batu dan melompat.Bekas telapak kaki kuda tersebut membekas diatas permukaan batu besar.Dan akhirnya daerah dimana kuda sembrani itu menginjak batu besar disebut Desa Pajaran,berasal dari kata-kata Jawa,Tipak Jaran:Bekas Tapak Kuda.
**Photo:Jurnalis Bro J berada di Monumen Prasasti Tipak Jaran dan didekat batu yang diatas permukaannya ada bekas tapak kuda.