Nasionalis, Apakah Nadi9nali?

 

Konsep nasionalis adalah bagian dari sistim pemerintah liberal atau lebih tepatnya bagian dari neo liberal. Sistim liberal sudah tentu tabrakan dengan negara islam. Namun islam itu sendiri juga bervariasi sehingga bisa disebut pula sebagai neo islami.

Namun negri kita NKRI tercinta yang berpenduduk muslim terbesar dunia, dirahmati Alloh SWT dapat keluar dari kontradeksi dua konsep yang berlawanan itu, liberal dan islam, dengan melokalisir dua faham politik, menjadi nasionalis Indonesia. Sehingga menjadi pertemuan dan penyatuan dua mazhab bernegara yang menjelma sebagai konsep bernegara aliran baru dan kini digandrungi dunia internasional.

Konsepnya sangat sederhana sekali, NGUNU YO NGUNU, NING OJO NGUNU.
Liberal yo liberal, tapi liberal Indonesia.
Nasionalis yo nasionals, tapi nasionalis Indonesia.
Islam yo islam, tapi islam Indonesia.
Artinya, falsafah dan akar budaya bangsa dipegang teguh, apapun mazhab politikmu, baik liberal maupun islam, sehingga menjadi nasionalis corak Indonesia.
Dengan jumlah muslim terbesar dinegri ini dan telah mengakarnya budaya islam yang beraneka ragam sejak ratusan tahun lalu, maka islam akan tetap dominan dalam kebijakan negara. Falsafah bangsa itu di bingkai dengan pancasila dan UUD 1945 sehingga NKRI harga mati.

Hadrotussyekh Hasyim As’ariy dengan kosep negri darussalam dan Soekarno ayah Megawati dengan konsep negri gotong royong adalah inspirasi awal dari pancasila dan UUD 1945, yang kini menjadi PKB-PDIP. Jokowi-KH Ma’ruf Amin.

Siapa musuh bangsa saat ini ?

Ada tiga kelompok yang harus dihadang dan terus dipantau perkembangannya. Namun sebenarnya mereka adalah dua kelompok kecil yakni barisan ekstrim kanan / kiri dan kelompok sakit hati.
Pertama, para pengusung khilafah seperti HTI dan atau kelompok pemaksa kehendak atas simbul islam dalam negara seperti FPI atau PKS yang memaksa islamisasi birokrasi.
Kedua, pengusung kebebasan, kebablasan tanpa indahkan nilai budaya dan agama. Saat ini rada rada terlihat remang remang di PSI dan sebagian faksi di PDIP. Ini adalah liberal / nasionalis yang absolud tidak cermat atas perkembangan dan nilai falsafah Indonesia, bangsa negara timur.
Ketiga, kelompok londo menang melu londo, jowo menang melu jowo alias berkaki dua. Kelompok ini hanya cari makan tidak peduli dengan ideologi. Tapi dengan tidak pedulinya dengan ideologi itu akan mengancam moral dan budaya bangsa ketika halalkan segala cara. Bisa dengan halalkan jualan kedok agama atau melanggar agama sekalipun, yang penting bisa makan. Jika posisi terjepit karena eksistensinya terganggu oleh penegakan keadilan kesempatan usaha atau pemerataan serta penegakan perlindungan konsumen, mereka berpotensi bikin kisruh, provokasi dan berujung makar.
Menurut hemat saya, dari indikasi diatas, hiruk pikuk politik kali ini hanya PKB yang patut di dukung dengan capresnya Jokowi-KH Ma’ruf Amin, partai dan capres yang benar benar halal. Yang lain haram atau syubhat untuk didukung. Dan cara berbangsa plus beragama yang benar hanyalah NU, sedangkan yang lain salah semua.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com