Nganjuk.menaramadinah.Minggu sore 8 Maret 2020,jurnalis media online ini Bro J bersama rekan Ustadz T.Santoso Al-Farie mengadakan perjalanan ziarah ke maqbaroh Eyang Mangundikara .Kurang dari satu jam perjalanan,kami sampai dimakam yang berada tidak jauh dari stasiun kereta api,persisnya dibelakang BRI Unit Nganjuk,sebelah utara alun-alun Nganjuk.Jadi posisinya strategis,mudah dijangkau dari arah manapun.
Maqbaroh Eyang Mangundikara dijaga dan dirawat oleh Bapak Toha.Dilengkapi sebuah mushola,tempat istirahat peziarah,ruang baca dan beberapa buku.
Ada pula tumpukan puing-puing arca dan benda purbakala lainnya.Disekitar makam terdapat banyak bunga-bunga dan pepohonan yang rindang hingga suasana menjadi nyaman dan sejuk.Disebelah utara makam terpasang bendera merah putih disebuah tiang yang berdiri dengan kokoh.
Lantai makam adalah keramik warna putih dan disamping pusara ada payung berwarna keemasan yang bersusun tiga.Dihari-hari tertentu,lokasi makam digunakan untuk acara khataman Al-Qur’an .
Didinding sebelah barat makam terdapat lukisan cat Pangeran Diponegoro dan wanita berpakaian ala Jawa.
Lalu siapakah Eyang Mangundikara?
Ada dua versi mengenai hal tersebut.Satu versi menjelaskan beliau adalah salah satu dari dua prajurit Kediri yang mendapat tugas untuk mencari putra mahkota yang hilang.
Versi kedua menerangkan beliau bernama asli Mangunkusumo,keturunan dari Tumenggung Salingsingan yang tergabung dalam laskar Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan Belanda dalam perang Jawa yang mengakibatkan banyak kerugian pada pihak Belanda.
Ketika Belanda menangkap Pangeran Diponegoro ,masih ada banyak pengikut setia Pangeran Diponegoro yang terus mengobarkan perjuangan melawan penjajah.Termasuk leluhur dari Ki Mangunkusumo.Beliau saat menginjak berganti nama menjadi Mangundikara.
Reporter:Bro J