Hasil Survey Suara Indonesia, Dwi Astutik Ungguli Bacawali Lainnya.

SURABAYA – menaramadinah.com
Ahmad Khubby Ali Peneliti/Juru Bicara PT. Multimedia Suara Indonesia merilis hasil Survey Pemilihan Walikota Surabaya 2020, di Hotel Amaris Jl. Margorejo Indah 114 – 115 Surabaya. Jumat (3/1/2020).

Lembaga Survey Suara Indonesia bertema Perilaku Pemilih Menuju Pilwali Kota Surabaya 2020. menurut Ahmad Khubby Ali, survey tersebut dilaksanakan tanggal 17 November 2019 hingga 16 Desember 2019. Mayoritas pemilih mendengarkan petunjuk para tokoh kiai dan tokoh masyarakat sebagai rujukan politik di kota pahlawan, masih ada 22,1 persen responden di kota surabaya menggunakan rujukan untuk memberikan dukungan.

Ahmad Khubby Ali menyampaikan mayoritas menggunakan para kiai dan tokoh masyarakat sebagai bahan rujukan (30,8 persen). Sisanya, responden mendapat rujukan dari tokoh partai politik (28,2 persen), pengurus ormas (11,5 persen) dan pengusaha (7,7 persen). Kiai dan Tokoh Masyarakat di Kota Pahlawan ternyata lebih banyak didengarkan, dibandingkan beberapa lainnya.

Pihaknya belum dapat memastikan, apakah rujukan tersebut akan mempengaruhi pemilih secara mutlak atau hanya sebagai referensi saja, tuturnya.

Ahmad Khubby Ali menegaskan kedepan, hal ini akan kami kaji lebih dalam. Sejauh ini, kami masih menganggap hal yang lumrah bahwa kiai dan tokoh parpol masih menjadi rujukan tertinggi, ungkapnya.

Persentase kiai sebagai rujukan juga berbanding lurus dengan asal responden survey ini dari 420 responden, 62,7 persen responden di antaranya berlatar belakang anggota ormas Nahdlatul Ulama (NU). Selanjutnya disusul Muhammadiyah (7,4 persen) dan sejumlah ormas lainnya (29,7 persen).

Terkait analisis tokoh untuk menggantikan walikota Tri Rismaharini mencuat nama figur diantaranya, diurutan pertama ditempati Dwi Astutik (Pengurus Muslimat NU) dengan 7,1 persen, Whisnu Sakti Buana (Wakil Walikota Surabaya) dengan 4,5 persen hingga Armuji (Anggota DPRD Jatim) dengan 3 persen. Selanjutnya disusul Ali Azhara dan M Machmud dengan 0,8 persen, dan H Zahrul Azhar As’ad (Gus Hans) dan Dhimas Anugerah (0,5 persen) namun, masih ada 41,6 persen yang belum menjawab dan 24 persen yang menjawab rahasia. Sehingga angka populeritas dan elektabilitas cawali bisa jadi berubah, ketika parpol menentukan pilihan.

Sebagai juru bicara Suara Indonesia, Ahmad Khubby Ali mengungkapkan bahwa terdapat beberapa variabel yang dipotret dalam survey ini, seperti tingkat keterbukaan informasi politik, independensi pilihan politik, tingkat kedikenalan (popularitas), akseptabilitas (likebility), keterpilihan (elektabilitas) dan beberapa variabel lain yang berkaitan dengan perilaku pemilih (voterbehavior).

Diungkapkan saat rilis hasil survey. Ia mengatakan bahwa Kader NU masih menunjukkan keunggulannya, disebutkan bahwa sesuai secara analisis popularitas, Dwi Astutik Muslimat NU.

 

Ahmad Khubby Ali menjelaskan bahwa semua nama yang muncul adalah bersifat independent dan tidak terpengaruh dengan partai manapun dan semua itu yang terpenting adalah rekom dari partai, karena tanpa adanya rekom akan menjadi sia sia walaupun popularitas dan elektabilitasnya sangat tinggi, terangnya.

MQ Abdulloh/Menara Madinah