Anak Indonesia Harus Tinggi Martabat

Oleh : Drs. Mohsmmad Rifai, MPd

 

Memperingati Hari Anak Nasional 2019 di berbagai lembaga pendidikan dilaksanakan dalam bentuk beragam kegiatan. Kementerian pendidikan mengajak sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran outing classroom. Anak-anak disenangkan sehari lepas dari rutinitas yang kaku, formal dikurung dalam tembok bangunan sekolah yang angkuh. Sekolah ramah ramah sebuah layanan yang tidak sekedar judul dan slogan yang mencolok ditempel di tembok dinding kelas-kelas di sekolah, melainkan diwujudkan dalam bentuk lebih real. Kesadaran menempatkan anak-anak sebagai generasi emas tidaklah terletak pada canggihnya kurikulum pemerintah, tetapi juga ditentukan oleh mindset yang benar cara melayani anak.

Banyak lembaga sekolah yang terjebak pada konsep sekolah tertib dan disiplin yang apabila tidak dibarengi dengan bagimana memahami situasi psikologisnya, kesejahteraannya, kondusivitas keluarganya dll makan akan menghasilkan siksaan batin.

Akhirnya sekolah tertib dan sekolah disiplin akan dirasakan sebagai sekolah mencekam dan jauh dari rasa aman dan nyaman untuk tempat persemaian ilmu dan kepribadian.
Anak-anak disejahterakan dulu sebagai syarat untuk penanganan menuju pendidikan yang bermutu, bermakna dan bermartabat. Kerap bahkan mungkin lebih banyak anak-anak Indonesia yang masih tumbuh kembang dengan sistem pendidikan yang jauh dari standar mutu. Pola asah, asih dan asuh dari orang tua mulai dari kandungan mestinya telah mendapatkan asupan gizi yang memadai dan perlindungan dari rasa cemas.

Orang tua pun perlu didedukasi untuk bagimana merawat mulai pemberian ASI yang optimal dan makan-makanan yang bermutu untuk pertumbuhan. Ancaman stunting anak-anak Indonesia sudah di depan mata. Sudah seperti itu, secara fisik, masih saja diperburuk dengan pola asuh yang keliru. Anak-anak kita banyak korban salah asuh sejak dini. Lingkungan kurang sehat, pergaulan dan pernak-pernik ragam hiburan kurang proanak.

Proses pemiskinan terhadap anak sudah dimulai dari kurang perhatian dan pembiaran terhadap perilaku anak yang tidak mengarah ke pola kehidupan yang prospektif. Ataukah bentuk sikap menyerah ketidakberdayaan orang tua di dunia persaingan material yang ganas tanpa kompromi.
i level anak-anak usia SMP dan SMA pelangggaran etika, merokok, pank, Narkoba jenis ringan pil koplo, pergaulan bebas, sudah menjadi hal kasat mata.
Tanpa perhatian dan keseriusan penguasa untuk mengambil kebijakan proanak, masa depan bangsa kita akan menauai banyak kendala. Kekuatan kita akan datang hanya mengandalkan kualitas di tangan anak-anak hari ini.
Program presiden RI Joko Widodo akan fokus ke penguatan penanganan kualitas SDM bangsa. Secara menyeluruh dimulai dari bagimana melakukan treatment ke anak-anak sekarang ini agar nantinya menjadi bibit unggul dari sisi fisik, mental dan intelektualnya. Kesanggupan tidak hanya di sektor pendidikan yang sudah jelas peranannya, tetapi juga hal lain yang patut diseriusi adalah makanan dan budaya serta faham-faham yang berpotensi melemahkan generasi.
Bukanlah satu-satunya fungsi dan peran pendidikan untuk menyiapkan generasi melek teknologi atau generasi mileneal, tetapi karakter kepribadian yang unggul bangsa tidak boleh diteledorkan. Lost generation bukan mustahil terjadi. Hari ini kita ada pada posisi perang, diperangi dengan berbagai cara yang tidak semata-mata.

Kita dalam situasi perang proxy, perang halus tetapi mematikan. Lewat budaya, infiltrasi ideologi, Narkoba yang susah dibendung, mental korup, suap, budaya materialistis dll.
Gagal menyiapkan generasi muda hari ini, gagalah kita membangun visi Indonesia emas. Boleh kita bangga sebagai bangsa yang besar dengan jumlah penduduk dan kekayaan alam yang melimpah tetapi jika tidak kita siapkan generasi yang unggul, akan tinggal cerita l menjadi catatan sejarah kelam. Dulu, tahun 2000an negara Indonesia ini besar, kaya, tapi akhirnya hilang tanpa letusan senjata, meriam, dan rudal. Jangan terjadi. Mari kita siapkan generasi muda kita sebaik-baiknnya dengan kekuatan bersama, bersatu, rukun agar kita tidak dicatat sejarah sebagai generasi yang gagal membawa amanah jerih payah para pendahulu. Selamat Hari Anak Nasional 2019.