Membedah Menteri Agama Fachrul Razi

Oleh : Firman Syah Ali

Saat ini publik sedang sibuk berdebat tentang NU tidaknya Menteri Agama Fachrul Razi. Ada yang menyebut beliau NU, ada yang menyebut beliau mendadak NU dan ada yang menyebut beliau bukan NU. Ini sangat sensitif mengingat pos jabatan Menteri Agama sejak era reformasi secara tradisional lebih sering dipegang oleh warga NU.

Mari kita bedah sang Jenderal fenomenal ini. Pertama, beliau berasal dari Aceh, sebuah daerah Aswaja yang NU-nya tidak dominan. Masyarakat Aceh sedikit sekali yang ikut NU, walaupun NU jelas-jelas berhaluan Aswaja sebagaimana haluan teologi mayoritas rakyat Aceh.

Kedua, Beliau adalah tokoh penting Ormas Mathla’ul Anwar, salah satu ormas berhaluan Aswaja di Indonesia yang tidak tergabung ke dalam NU. Mathla’ul Anwar memiliki pemahaman teologi dan amaliyah seperti NU, namun siyasiyah tidak pernah satu gerbong dengan NU. Secara Siyasiyah, Mathla’ul Anwar selalu satu gerbong dengan Muhammadiyah, Masyumi, Ikhwanul Muslimin.

Oke mari kita buka laptop, secara garis besar ormas islam di Indonesia terbagi dua, yaitu :
1. Ormas Aswaja
2. Ormas Ghairu Aswaja.

Ormas Aswaja antara lain :
1. Al-Jam’iyatul Washliyah
2. PERTI
3. Jamiat Kheir
we4. Rabithah Alawiyah
5. Mathla’ul Anwar
6. Nahdlatul Ulama
7. Al-Khairaat
8. Nahdlatul Wathan
9. Front Pembela Islam

Sembilan Ormas Aswaja di atas secara teologis menganut Asy’ariyah-Maturidiyah dan secara yuridis mengikuti salah satu dari Madzahibul Arba’ah (Maliki, Hanafi, Hambali, Syafi’i).

Kelompok Ormas islam lainnya di Indonesia adalah Ormas Ghairu Aswaja, yang terdiri dari :
1. Ormas yang tidak mencantumkan haluan Aswaja dalam Qanun Azasinya, walaupun sebagian anggotanya bermanhaj Aswaja;
2. Ormas yang Qanun Azasi dan praktek sehari-harinya memang bukan Aswaja bahkan bertentangan dengan Aswaja, pada tataran paling ekstrim malah mengkafir-kafirkan Aswaja.

Ormas Aswaja di Indonesia dibagi dua, yaitu :
1. Aswaja NU
2. Aswaja Non NU

Kenapa sampai dibagi dua? pertama, NU adalah Ormas Aswaja terbesar, sedangkan ormas Aswaja selain NU tidak seberapa besar. Kedua, Secara politik Ormas Aswaja Non NU selalu berseberangan dengan NU, kalau NU begini, mereka begitu, kalau NU begitu maka mereka begini. Pilihan politik Ormas Aswaja Non NU selalu selaras dengan Muhammadiyah dan Ikhwanul Muslimin, jarang sekali selaras dengan NU. Ormas Aswaja Non NU dulu berorientasi pada Masyumi, kini berorientasi pada partai-partai revivalis islam seperti PKS, PBB dan PAN.
Mathla’ul Anwar termasuk salah satu Ormas Aswaja non NU yang politik sehari-harinya tidak seiring sejalan dengan NU. Mathla’ul Anwar malah selalu bergandengan mesra dengan kelompok Muhammadiyah, Salafi dan Tarbiyah. Tokoh-tokoh Mathla’ul Anwar pegang peranan penting di PKS, yaitu Partai Politik Islam yang oleh warga NU dianggap sebagai kendaraan politik salafi wahabi plus Ikhwanul Muslimin di Indonesia.

Uraian saya tentang peta Ormas Aswaja Indonesia di atas akan menjelaskan kenapa tokoh-tokoh NU sensitif dengan pengangkatan tokoh Ormas Mathla’ul Anwar menjadi Menteri Agama RI. Mathla’ul Anwar memang sama-sama Aswaja dengan NU, namun orientasi politiknya selalu berlawanan dengan NU.

Namun apakah secara historis Kemenag memang hanya milik NU? Sebetulnya tidak juga, tokoh Muhammadiyah, tokoh Jamiat Kheir dan tokoh Mathla’ul Anwar sama-sama pernah memimpin Kementerian Agama RI

*) Penulis adalah Penasehat GMNU Jawa Timur