Soeharto Bapak Pembangunan, Jokowi Bapak Pemerataan Pembangunan.

Oleh : Firman Syah Ali

Saat ini rakyat indonesia bangga dan bahagia karena Presiden RI meresmikan Palapa Ring di Istana Negara. Palapa Ring adalah jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 34 provinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer, dan kabel di daratan adalah sejauh 21.807 kilometer.

Nama lain Palapa Ring adalah tol langit, yang pernah disebut-sebut oleh Cawapres KH Ma’ruf Amin dalam debat capres beberapa waktu lalu, dan sempat dijadikan bahan olok-olok beberapa warganet.

Presiden menilai, Palapa Ring merupakan sebuah solusi untuk mengatasi ketimpangan akses digital yang selama ini melanda tanah air. Presiden sudah keliling Indonesia dan merasakan langsung kesenjangan akses digital antara satu kawasan dengan kawasan lain. Palapa Ring hadir untuk menghapus kesenjangan tersebut. Dengan Palapa Ring semua bisa berkomunikasi dengan lancar, kapanpun dan dimanapun.

Pemerintahan Jokowi memang sibuk sekali dengan pemerataan pembangunan nasional, terutama mengatasi disparitas Jawa dan Luar Jawa.

Perjuangan pemerintahan Jokowi dimulai dengan pembangunan tol darat yang tidak hanya memanjakan pulau jawa.
Selama periode pertama pemerintahan Jokowi, Indonesia membangun antara lain 782 kilometer jalan tol, 3.887 jalan umum nasional baik di provinsi maupun kabupaten, hingga jalan desa seluas 191.000 kilometer.

Selain itu, pemerintah juga berhasil membangun 15 bendungan, 945 embung, 21.500 liter per detik air layak minum, 3.000 hektare penanganan kumuh perkotaan dan 9,87 juta KK sanitasi dan persampahan. Sebanyak 7 pos lintas batas negara juga telah dibangun, serta 3,5 juta unit rumah dibangun 5 tahun ini.

Itu baru membahas tol darat. Sekarang mari kita lihat pembangunan tol laut. Upaya pemerintah mengoperasikan tol laut belakangan ini telah berhasil membuka ruang konektivitas pulau-pulau terisolasi di Indonesia dan berdampak pula pada pemerataan distribusi barang ke pulau-pulau kecil di wilayah batas Tanah Air.
Tak hanya itu, pemerintah mencatat bahwa tol laut mampu mengefektifkan waktu pengiriman barang. Bila dulu waktu tempuh pengiriman barang dari Jawa ke pulau-pulau lain, seperti Flores atau Papua sela dua minggu, sekarang barang akan sampai hanya dalam jangka waktu 4-5 hari. Selain itu, produksi dan konsumsi barang di kota-kota kecil meningkat. Tol laut telah mengubah peradaban di Indonesia bagian terluar. Wilayah-wilayah terisolasi kini menjadi wilayah yang terbuka aksesibilitasnya.

Tol Laut Jokowi juga dipadukan dengan Tol Udara. Tol Udara merupakan kelanjutan dari Tol Laut, yaitu barang-barang yang telah diangkut oleh kapal dalam Tol Laut, langsung dilanjutkan ke daerah-daerah tujuan perintis menggunakan pesawat udara.
Sasaran program Tol Udara ada dua. Pertama, menjamin ketersediaan barang dan untuk mengurangi disparitas harga bagi masyarakat. Kedua, menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.

Harga kebutuhan pokok yang tinggi di pedalaman selama ini disebabkan oleh biaya operasional transportasi yang mahal. Oleh karena itu Pemerintah memberikan subsidi biaya operasional kepada maskapai Operator Tol Udara, sehingga tarif transportasi rendah dan barang yang diangkut juga tidak naik harganya.
Hingga saat ini program Tol Udara sudah dilaksanakan di 3 tempat, yaitu Papua, Kalimantan, dan Sulawesi. Terdapat lebih dari 51 daerah atau distrik di pedalaman Papua, Kalimantan, dan Sulawesi yang menjadi tujuan Tol Udara ini.

Di samping itu, pemerintah memiliki program tol lain yakni tol listrik yang dibangun dari ujung utara sampai ke ujung selatan Sumatera. Tol listrik dibangun dengan tujuan utama kelistrikan Pulau Sumatera bisa sehandal Jawa-Bali.

Selain Tol Darat, Tol Laut, Tol Udara, Tol Listrik dan Tol Langit di atas, ada satu gebrakan yang akan semakin melenyapkan kesenjangan jawa dan luar jawa, yaitu relokasi ibukota RI dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Pulau Kalimantan akan segara menjadi pusat pertumbuhan baru dengan segala privilege sebagai pusat pemerintahan indonesia.

Dengan semua gebrakan dan terobosan hebat tersebut, cita-cita Indonesia Emas 2045 tidak sulit untuk tercapai.

Kalau dulu Presiden Soeharto diberi julukan sebagai Bapak Pembangunan maka kali ini Jokowi pantas kita juluki Bapak Pemerataan Pembangunan.

*)Penulis adalah Ketua Pengurus Koordinatoriat Sahabat Mahfud Jatim/Pengurus Harian LP Maarif NU Jatim/Bendum IKA PMII Jatim/Penasehat GMNU Jatim/BPO HKTI Jatim/Pembina JASMERAH