Ayam Ingkung Tumpeng Kuning

INGKUNG

Dalam tradisi Jawa ketika mengadakan selamatan (kenduri) atau hajatan sering menggunakan Ingkung. Bentuk semacam ini menggambarkan sikap orang yang sedang manekung (bersemadi).

Hal ini sesuai dengan makna kata ingkung yang berasal dari kata ing (ingsun) dan kung (manekung). Kata ingsun berarti aku dan kata manekung berarti olah roso. Ayam jago atau jantan yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir dan diberi kaldu santan yang kental merupakan simbol menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge’reh’ rasa).

Orang yang laku manekung dengan telaten, teliti akan masuk ke alam Suwung yang berarti kosong atau tiada apapun, itulah keheningan dalam meditasi. Orang yang kondisi suwung dia telah melepaskan diri dari ikatan tubuh dan belenggunya menuju dimensi ruh, sehingga dirinya mencapai fana’ dirinya sudah tidak ada. “Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.” “Manunggaling Kawula-Gusti”, bersatunya jati diri manusia yang terdalam dengan Penciptanya.

Dalam Serat Wedhatama diterangkan dalam pupuh pangkur bait ke 14 yang berbunyi :
“Sejatine Kang mangkana Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi. Bali alaming nga-SUWUNG,Tan karem karameyan. Ingkang sipat wisesa winisesa wus, Mulih mula mulanira
Mulane wong anom sami.”
Artinya: ” Sebenarnya yang demikian itu sudah mendapat anugerah Tuhan. Kembali ke alam kosong, Tidak mabuk keduniawian yang bersifat kuasa menguasai. Kembali ke asal mula. Demikianlah yang terjadi wahai anak muda ”.

Semoga berguna, ?

Tapak Kuntul Anglayang

Koresponden MM.com