
Oleh : Nur Azizah Tohhar dkk.
Tulisan ini merupakan narasi biografi tokoh agama Indonesia mata kuliah public speaking yang dibimbing langsung oleh : bapak Yahya Aziz Dosen FTK UINSA.
Nama-nama kelompok kami :
1. Verdina Febriani (06020123078)
2. M.Multazami 06010123011
3. Febriani Nur Sholekha (06020123040)
4. Moch Rizqi Hidayatullah (06010123012)
5. Nur Azizah Tohhar (06020123064)
6. Qurrotun nufus Khoiriyah (06040123135)
*Biografi Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii Maarif)*
Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, atau yang akrab dikenal dengan sebutan Buya Syafii Maarif, lahir pada 31 Mei 1935 di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau, Sumatera Barat. Ia berasal dari keluarga yang religius dan terpandang. Ayahnya, Ma’rifah Rauf Datuk Rajo Malayu, adalah seorang kepala suku sekaligus saudagar, sedangkan ibunya, Fathiyah, wafat ketika Syafii masih berusia 18 bulan. Sejak kecil, Buya tumbuh dalam suasana sederhana namun penuh semangat belajar.
*Pendidikan dan Awal Perjuangan*
Buya Syafii memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah. Setelah itu, ia melanjutkan ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Balai Tangah, Lintau, sebelum akhirnya merantau ke Yogyakarta pada tahun 1953 untuk menempuh pendidikan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah hingga lulus pada 1956.
Selama di Yogyakarta, ia aktif dalam kegiatan Hizbul Wathan, organisasi kepanduan Muhammadiyah, dan sempat menjadi pemimpin redaksi majalah Sinar, sebuah media internal yang membentuk karakter kritis dan idealismenya.
Pada usia 21 tahun, Buya Syafii mengabdikan diri sebagai guru di Lombok atas permintaan Konsul Muhammadiyah setempat (1956–1957). Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan tinggi di beberapa perguruan ternama, antara lain Universitas Cokroaminoto, IKIP Yogyakarta (kini UNY), serta melanjutkan studi ke luar negeri di Ohio University dan University of Chicago, Amerika Serikat.
*Kiprah dan Kepemimpinan*
Buya Syafii dikenal luas setelah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998–2005. Di bawah kepemimpinannya, Muhammadiyah semakin menegaskan diri sebagai gerakan pembaruan Islam yang moderat dan berorientasi pada kemanusiaan. Selain itu, ia juga dipercaya sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP), organisasi lintas agama tingkat dunia.
Selepas masa kepemimpinan di Muhammadiyah, ia aktif di Maarif Institute, lembaga yang ia dirikan untuk menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan kemanusiaan melalui pendidikan dan kajian keislaman.
*Pemikiran*
Pemikiran Buya Syafii Maarif berfokus pada Islam yang inklusif dan humanis, dengan menempatkan agama, kebangsaan, dan kemanusiaan dalam satu kesatuan utuh. Ia menolak pandangan sempit yang mempolitisasi agama serta mengkritik keras praktik memperdagangkan simbol-simbol Islam demi kepentingan duniawi.
Menurutnya, negara-bangsa Indonesia dengan dasar Pancasila sudah sangat relevan untuk menjadi wadah kehidupan berbangsa dan beragama karena sifatnya yang universal dan inklusif.
Ia juga menekankan pentingnya pendidikan Islam yang berkualitas, yang mampu mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum, serta menanamkan nilai ketulusan, kejujuran, dan kecerdasan moral. sebagai pondasi peradaban.
*Karya dan Pemikiran Tertulis*
Sebagai seorang intelektual dan cendekiawan, Buya Syafii meninggalkan banyak karya monumental di bidang politik, kenegaraan, keindonesiaan, dan kemanusiaan.
Beberapa karyanya antara lain:
*Bidang Politik dan Kenegaraan:*
* *Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia* (1983)
* *Dinamika Islam* (1984)
* *Islam dan Masalah Kenegaraan* (1985)
* *Islam dan Politik: Teori Belah Bambu, Masa Demokrasi Terpimpin 1959–1965* (1996)
*Bidang Keindonesiaan dan Kemanusiaan:*
* *Membumikan Islam: Dari Romantisme Masa Silam Menuju Islam Masa Depan* (1995)
* *Menerobos Kemelut, Catatan-Catatan Kritis Sang Guru Bangsa* (2005)
* *Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah* (2009)
* *Mencari Autentisitas dalam Dinamika Zaman* (2019)
*Penghargaan dan Warisan*
Atas kontribusinya dalam bidang pemikiran, pendidikan, dan kemanusiaan, Buya Syafii menerima *Penghargaan Ramon Magsaysay* pada tahun 2008, sebuah penghargaan bergengsi di Asia bagi tokoh yang berkontribusi besar pada perdamaian dan keadilan sosial.
Kisah hidupnya bahkan diabadikan dalam novel dan film berjudul “Si Anak Kampung”karya Damiem Demantra, yang menggambarkan perjuangan dan nilai-nilai kehidupan yang dipegang teguh oleh Buya.
*Akhir Hayat*
Buya Syafii Maarif wafat pada 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta, akibat komplikasi jantung setelah menjalani perawatan sejak pertengahan Mei. Ia berpulang ke Rahmatullah pada usia 86 tahun, meninggalkan warisan intelektual, moral, dan spiritual yang mendalam bagi bangsa Indonesia.
