بسم الله *Pudarnya Kasih Sayang*

 

Prof Mahmud Mustain, Guru Besar Teknik Kelautan ITS.

Mungkin ada keraguan pada pemahaman kita bahwa kecintaan atau kasih sayang kita terhadap seseorang atau sesuatu itu bakal pudar, putus, atau bahkan hilang dan selesai. Hal ini bisa jadi karena sangat besarnya rasa saling mencintainya yang pada akhirnya membuat lupa bahwa yang dicintai dan yang mencintai itu suatu saat akan berpisah. Bahkan saking tingginya rasa kasih sayang, terkadang bisa muncul keinginan ingin mencintai sehidup-semati.

Ada potongan hadits yang mengajarkan kita untuk meneguhkan pemahaman kita bahwa orang atau objek yang kita cintai akan berpisah. Artinya potongan hadits tersebut adalah “Cintailah siapa saja yang engkau mau, karena engkau pasti akan berpisah dengannya”. Artikel ini perkutat berdialog tentang hal-hal yang terkait dengan masalah tersebut.

Lengkapnya hadits tersebut adalah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yakni bergandengan masalah hidup-mati dan amal-pahala. Adapun redaksinya sebagai berikut:
عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ فَاقِدُهُ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ
“Hiduplah sesukamu, karena engkau pasti akan mati. Cintailah siapa saja yang engkau mau, karena engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan beramalkanlah apa saja yang engkau mau, karena engkau pasti akan diberi balasan karenanya.”

Terkait dengan rasa cinta dan mencintai, hadits ini sangat jelas memahamkan kita bahwa mencintai seseorang atau sesuatu objek boleh-boleh saja, tetapi kemudian diingatkan bahwa suatu saat yang mencintai dan yang dicintai akan berpisah. Hal ini memberikan pengertian bahwa kita tidak akan bersama-sama terus dengan orang atau benda lain yang kita cintai.

Rasa mencintai yang betul adalah mencintai kepada Allah SWT sebagai bagian dari taqwa yang memiliki tiga komponen yakni; takut (khouf), cinta (Hubb), dan berharap (Roja’). Taqwa konsentrasi takut kepada Allah apabila tidak menjalankan perintah. Taqwa konsentrasi cinta kepada Allah SWT sehingga akan mengorbankan apa yang dimiliki demi menjalankan ibadah kepada Allah. Taqwa konsentrasi pada roja’ atau berharap kepada Allah SWT demi mendapatkan ridloAllah SWT dan surgaNya.

Alhasil, mari kita lebih hati-hati lagi dalam mempraktekkan rasa kasih sayang kita. Masing-masing kasih sayang memiliki porsi sendiri-sendiri. Contoh, porsi kasih sayang suami-istri berbeda dengan porsi kasih sayang seorang ayah kepada anak2nya. Selebihnya dari ini adalah, jangan sampai sama atau melebihi kasih sayang kita terhadap agama atau keperluan ibadah. Semoga bisa demikian aamiin.

Semoga manfaat barokah selamat aamiin.
🤲🤲🤲

Surabaya,
01 Jumadil Awal 1447
atau
23 Oktober 2025
m.mustain