بسم الله *Mengingat Kematian atau Sengit*

 

Prof Mahmud Mustain, Guru Besar Teknik Kelautan ITS.

Setidaknya ada hadits yang berkaitan dengan “ذكر الموت” (mengingat kematian) dan “كراهية الموت” (ketidaksukaan terhadap kematian). Artikel ini mengkritisi bagaimana pentingnya mengingat mati.

1. Hadits tentang mengingat kematian:
“أكثروا ذكر هادم اللذات الموت”
“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi)

2. Hadits tentang ketidaksukaan terhadap kematian:
“لا يتمنين أحدكم الموت لضر نزل به فإن كان لا بد فاعلا فليقل اللهم أحيني ما كانت الحياة خيرا لي وتوفني إذا كانت الوفاة خيرا لي”
“Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya. Jika memang harus mengharapkan kematian, maka ucapkanlah: Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam konteks agama, mengingat kematian dapat memiliki dampak positif pada perilaku dan spiritualitas seseorang, seperti (Meta AI, 2025):
– Meningkatkan kesadaran spiritual
– Mengurangi ketergantungan pada kesenangan duniawi
– Mempersiapkan diri untuk akhirat

Sementara itu, kebencian terhadap kematian dapat merujuk pada:
– Rasa takut atau tidak suka terhadap kematian
– Ketidaksukaan terhadap proses kematian yang menyakitkan atau sulit

Point penting di sini adalah kita dianjurkan untuk mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Selain itu kita diajarkan untuk tidak takut atau membenci kematian. Dengan demikian kita diajarkan untuk tidak mengharapkan kematian dan menyerahkan semuanya kepada kehendak Allah SWT.

Konsekwensi berserah diri akan kematian, di sisi lain kita tidak tahu kapan akan dikehenki Allah SWT untuk dipanggil. Maka bentuk sikap yang strategis adalah BISMILLAH merasa siap dipanggil sekarang, ya SEKARANG. Sekaligus juga membayangkan bagaimana proses mulai penjemputan oleh malaikat Izroil sampai dengan di alam barzah yang ada dialog dengan malaikat Mungkar dan Nakir. Hal ini bukan muncul kesombongan, seperti sudah merasa banyak amal. Tetapi kita bisa mengambil minimal dua unsur positifnya, yakni:
1. Kita bisa beribadah totalitas, tidak males-malesan dan tidak setengah-setengah lagi sebab sudah tidak ada waktu lagi untuk berbuat kebaikan.
2. Kapanpun kita dipanggil oleh Allah SWT melalui jemputan malaikat Izroil, insyaAllah akan lebih siap sebab sudah pernah diambil sikap siap sekarang dan membayangkan proses kepergian kita.

Demikian, semoga kita bisa mendapatkan maunah pertolongan dalam menghadapi sakarotul maut aamiin.

Semoga manfaat barokah selamat aamiin.
🤲🤲🤲

Surabaya,
27 Robiul Akhir 1447
atau
19 Oktober 2025
m.mustain