
By : Arif Ketua Pojok Baca Nahdliyin Banyuwangi.
Lho, Banyuwangi kok tidak diajak ?
Pertanyaan terkait MOU atau Nota Kesepahaman antara Tiga Kabupaten tanpa melibatkan Kabupaten Banyuwangi ini menuai beragam Reaksi dan Komen khususnya Bagi Warga Banyuwangi sendiri.Saya tergelitik membaca Sebuah Komen seorang Netizen yang mengatakan bahwa Tiga Daerah tersebut ” Sebenarnya ” Iri terutama terkait Kemajuan Wisata Banyuwangi yang makin pesat.Ketiga Kabupaten Tetangga ini melihat Dunia Pariwisata Banyuwangi makin menggeliat sementara Wisata Mereka Cenderung Stagnan 🫣 ( Ini Pendapat Netizen Lho 😁 ).
Bagi Saya sendiri yang Wong Asli Banyuwangi,Menggeliatnya Dunia Pariwisata Banyuwangi tentu tidak ujug ujug atau tiba tiba.ada proses kreatif atau Ijtihad di dalamnya ( 😂 ). Ketika Berbicara Banyuwangi tidak hanya berbicara tentang Indahnya Blue Fire atau Fenomena Api Biru yang keluar dari Bibir Kawah Ijen semata.Kawasan Kawah Ijen sendiri memang secara Geografis ditopang oleh Tiga Daerah lain yang meliputi Jember, Bondowoso dan Situbondo.Benar memang Kawah Ijen tidak mungkin Ekslusif dimiliki oleh Banyuwangi saja karena faktanya ada juga Hak Daerah lain di kawasan tersebut.Hanya memang Harus diakui Menggeliatnya Pariwisata Banyuwangi ditopang banyak pula oleh Kedatangan Para Wisatawan baik Manca maupun Domestik dan dari begitu banyaknya Kunjungan Wisatawan ke Kawah Ijen, Banyuwangi lah yang mampu menjual Potensi Wisata tersebut menjadi Potensi Wisata yang menarik.Masih ingat dengan Acara Banyuwangi Ijen Jazz Festival yang digagas oleh Pemkab Banyuwangi? Masih ingat juga dengan Acara Tour De Ijen dengan menghadirkan Pembalap Sepeda Kelas Internasional? Naahhhh Beragam Acara yang digagas dan diselenggarakan oleh Pemkab Banyuwangi dengan Menjadikan Ijen sebagai Centernya, ternyata mampu menarik Atensi Dunia.Dan Banyuwangi mendapatkan Berkah dari Beragam Ide dan Acara Kreatif yang Mereka buat.Lalu Tiga Kabupaten Tetangga Banyuwangi sudah bikin acara apa? Ijen Viral dan Mendunia,Anda baru bikin acara? Kalau Kata Wong Osing Banyuwangi,Kaseebbb alias Telat Kang.Banyuwangi sudah ambil start nangkap momentum duluan 😂
Apa Banyuwangi cuma Jualan Indahnya Blue Fire di Kawah Ijen atau Kerennya Pulau Merah doank? Atau Banyuwangi cuma Jualan Keindahan Alam baik Pantai atau Pegunungan semata? Ya Kagak lah ! Berbicara Banyuwangi juga Berbicara tentang Tradisi,Kultur dan karakter yang melingkupinya.Tradisi Suku Osing yang mirip mirip Bali amat Sexy ternyata bagi Orang di Luar Banyuwangi.Banyuwangi juga ditopang pula oleh Beragam Sejarah yang melingkupinya.Ada Aroma Menyan yang hidup dan selama ini lekat dengan Citra Magis Wong Osing.Dan Aroma Menyan ini ternyata lama pula difahami oleh Orang Orang di luar Banyuwangi 🫣🤣
Berbicara Banyuwangi juga berbicara tentang Kokohnya Sejarah yang bersanding indah dengan adat istiadat serta tradisi.Ada yang tahu Lagu Genjer Genjer yang ( Dahoeloe Kala ) diasumsikan sebagai Lagunya Wong Kiri ? Lagu itu lahir di Bumi Banyuwangi.Ia lahir dari Buah Fikiran Seorang Lelaki Bernama Arief, Seorang Lelaki Osing Banyuwangi Asli dari Kelurahan Temenggungan.Pada saat yang hampir bersamaan, Banyuwangi melahirkan pula Syair Sholawat Badar yang kini Mendunia.Sholawat ini kreasi dari Almaghfurllah KH Ali Mansur Mantan Ketua NU Banyuwangi dan diciptakan di Sebuah Kampung bernama Kampung Lateng.Secara Letak, Kampung Lateng ini berdekatan dengan Kampung lahirnya Lagu Genjer Genjer.Bisa Anda bayangkan ketika Kampung bersebelahan dalam waktu bersamaan melantunkan Dua lagu yang Berbeda Madzhab ini ? 😂
Oh Iya,dari Pengamatan Saya bahwa Kultur Wong Osing Banyuwangi itu jauh lebih Open pada Tradisi dan Budaya lain di luar Mereka.Dan Secara Kreatif,Budaya Luar Osing tersebut kemudian diserap dan disatukan menjadi bagian Kultur Osing sendiri.Coba dech Anda amati Hadrah Kuntulan ala Banyuwangi.Sholawat hingga Burdah dibacakan di dalamnya diiringi Gamelan hingga Rebana yang rancak dipukul bersama sama.Hadrah Kuntulan ala Banyuwangi ini sekilas mirip dengan Tradisi Rudat ala Kaum Muslim di Kampung Pegayaman Buleleng Bali.Rudat yang notabene Ritual membaca Burdah atau Pujian pada Baginda Rasulullah, diiringi pula oleh Gong Baleganjur khas Hindu Bali.Nah, Ternyata Wong Osing Banyuwangi pun telah lama menerapkan prinsip Al Muhaffadzotu Alal Qadimisshalih wal akhdzu bil Jadidil Ashlah.Tradisi lama dipertahankan sembari menyerap tradisi baru secara bijak.
