Ekskavasi Tahun ke 3 Situs Adan Adan Kediri 2019

Ekskavasi Tahun ke-3
Situs Adan-Adan Kediri

TEMUAN IKONOGRAFIS PENTING JELANG AKHIR WAKTU EKSKAVASI HARI INI

Oleh : M. Dwi Cahyono

Waktu telah jelang asyar, Kamis 11 Juli 2019, hari ke-4 ekskavasi arkeologis tahun ke-3 di situs Adan- adan Desa Adan-adan Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Pada salah satu diantara empat kotak gali, dua orang tenlok (tenaga lokal) yang dipandu oleh arkeolog Wati dan Agus dari Pusat Penelitian Arkeologi mulai menjumpai temuan baru berupa sebongkah batu andesit (batu kali) terpahat diantara struktur balok- balok batu pada lapisan tanah lempung keras pada kedalaman sekitar 4 meter di bawah permukaan tanah sekitarnya.

Temuabmn kali ini merupakab satu bahkan dua buah fragmen arca berukuran besar — detail ukuran belum dideskripsikan, sebab kini ekskavasi masih berlangsung.

Penggalian dilanjutkan dengan ekstra hati-hati, mengingat bahwa batu terpahat itu perlihatkan organ tubuh yang berupa sepasang tangan di atas kaki dalam posisi bersila, dengan telapak kaki menghadap ke atas.

Posisi duduk silanya di atas singgasana (asana) berbentuk bunga teratai merah merekah (doble lotus, padma). Telapak tangan kanan menumpang di tapak tangan kiri, sehingga jelas menggambarkan sikap tangan “dyanamudra”‘, yang mensimbolkan sikap “samadi (semedi, yoga)”. Draperi kainnya terlihat tergerai di paha kanan, sementara paha kirinya telah rompal. Demikian pula tubuh hingga kepala arca telah rompal dan belum ditemukan. Berdekatan dengannya didapati juga asana arca dalam bentuk padmasana, yang sayang sekali arca yang berada diatasnya juga rompal.

 

Meski tinggalan ikonografis itu telah tak utuh alias fragmentaris, namun merupakan temuan penting, melengkapi temuan di hari sebelumnya yang berupa potongan tangan dan tubuh arca batu. Dengan adanya temuan ini, maka struktur bangunan yang telah ditemukan di kotak gali ini cukup alasan untuk dindikasikan sebgai bangunan suci, yakni semacam candi.

Sayang sekali masih belum bisa diidentifikasikan dewata siapa yang digambarkan. Namun bila menilik sikap duduk sila dan mudra-nya, tanpak menyerupai pantheon Buddhisme, entah Dhyani Buddha ataukah Dhyani Boddhisattwa. Kepastian tentangnya masih menunggu temuan rompalannya, yang semoga saja berhasil pula didapatkan dalam sisa waktu ekskavasi yang direncanakan hingga hari Senin mendatang.

Temuan ikonografis ini kian melengkapi temuan ikonografis pada ekskavasi di tahun sebelumnya dengan lokasi kotak gali di dekatnya, antara lain berupa arca dwarapala, kepala kala, makara, dsb., Hal ini menguatkan dugaan tentang pernah adanya tempat peribadatan masa lampau d situs Adan- Adan, yang sebaran jejak arkeologisnya amat luas.

Fragmen arca itu ditemukan dii kedalaman sekitar 4 meter dan menempati lapisan tanah berlempung keras. Uniknya, pada kedalaman yang demikian kondisinya pecah berkeping-keping. Sepertinya, lapisan tanah tempatnya ditemukan belum disturb (terganggtu). Kondisinya yang fragmentaris itu menggelitik pertanyaan “apakah bangunan candi berbahan campuran — tatanan bata dan balok-balok batu andesit — itu mengalami roboh dan kemudian menimpali arca-arca yang ditempatkan di dalam bilik-bilik candinya? ‘.

Gejala bahwa situs Adan-adan pada masa lampau pernah beberapa kali terpapar erupsi Kelud purba terlihat pada lapisan-lapisan tanah di areal ekskavasi. Letak Desa Adan-adan yang berada di lembah barat vulkan Kelud rentan terkena dampak vulkanik gunung api yang dulu hingga kini berstatus “aktif”. Kejadian serupa juga menimpali situs Tondowongso yang berada tak jauh di sebelah timurnya.

Peristiwa vulkanik yang terjadi secara periodik itulah yang turut melatari mengapa posisi artefak temuan berada di kedalaman tanah. Ekskavasi oleh karenanya musti dilakukan dengan menggali tanah dengan dalam. Padahal, ada indikasi bahwa areal bangunan suci di situs ini dikelilingi pagar beserta gapura dengan bentang timur-barat dengan ukuran luas. Bisa jadii, diluar areal berpagar keliling itu terdapat pula arsitektur pelengkap. Kekayaan tinggalan arkeologis ini memberi petunjuk bahwa thani (desa) kuno Adan-adan (nama terdahulu “Hada-hada”), yang menurut keterangan dalam prasasti Adan-adan adalah Desa Sima (perdikan) dari Majapahit sebagai desa maju dan makmur pada zamannya.

Tentu thani Adan-adan telah merupakan areal permukiman agraris sebelum masa Majapahit, sehingga Situs Adan-adan sangat mungkin merupakan situs lintas masa yang amat luas. Semoga ekskavasi yang telah, tengah dan akan dilakukan di tahun-tahun mendatang mampu menyingkapkan jejak eko-sosio-kultura di sub-area utara-timur wilayah Kabupaten Kediri ini. Nuwun.

Museum Airlangga, 12 Juli 2019
Patembayan CITRALEKHA