Stop Krim Sachet ke TPA

Oleh : Erwan Widyarto Bank Sampah Griya Sapulidi.

 

Sampah sachet, bekas bungkus mie instan, bungkus kopi dan sejenisnya merupakan sampah yang ‘tidak laku’ di Bank Sampah atau rosok/pemulung.

Padahal, jumlah sampah sachet atau dikenal dengan sebutan plastik multilayer ini terus meningkat. Berdasar laporan terbaru Greenpeace, tahun ini ada sebanyak 855 miliar sachet terjual di pasar global. Akan mencapai 1,3 triliun pada 2027.

Kondisi seperti itu sangat kami rasakan sebagai pengelola sampah. Setoran sachet ke bank sampah tetep saja ada. Padahal sampah sachet (plastik multilayer) tidak laku dan sulit didaur ulang.

Nah, untuk mengatasi agar sachet itu tidak dikirim ke TPA, kami kreasikan. Bisa menjadi kursi, meja dan sebagainya. Kami buat ecobrick.

Ecobrick berupa botol bekas air mineral (ukuran 600 ml atau 1500 ml) yang diisi sampah sachet maupun sampah plastik lainnya. Sampah harus bersih dan kering. Botol harus sama.

Masukkan sampah sachet dan plastik ke dalam botol. Sampai padat maksimal.

Untuk mendapatkan kepadatan “batu bata”, ada berat minimal ecobrick. Untuk botol 600ml berat minimal 200gr. Sedang botol 1500ml minimal 500gr.

Botol ecobrick yang sudah jadi, dengan kepadatan minimal tersebut, bisa disusun menjadi barang fungsional.

Di foto ini, ecobrick kami buat tempat duduk alias kursi. Satu kursi terdiri 19 ecobrick. Disusun bentuk heksagonal. Direkatkan dengan lem silikon/kaca. Bisa pula dengan isolasi.

Agar indah dan menarik, kita buatkan sarung kursi. Dikreasikan dengan batik, lurik atau motif kain lokal. Keren kan?

Apa manfaat membuat ecobrick bagi lingkungan? Jika satu botol seberat 500gr, bisa dihitung berapa banyak pengurangan sampah yang tidak dikirim ke TPA. Tinggal mengalikan jumlah ecobrick yang kita buat.

Jadi, ‘menyulap’ sampah sachet menjadi ecobrick itu mengubah #DariTerbengkalaiJadiBernilai Mengubah polusi menjadi solusi.

Itu semua bisa dilakukan kalau kita #MulaiBerubahDariRumah

Tapi, harus tetep diingat, kendati sachet bisa jadi kursi yang cantik, tetep saja kita tidak boleh ‘semangat menyampah.’ Harus tetep utama kan REDUCE. Mengurangi potensi timbulan sampah.