Biografi Dori Kurniadi, Menuju Pengabdian Membangun Negeri

 

Dori Kurniadi merupakan tokoh muda yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Nagari Tanjung Bonai Aur pada kususnya dan Kabupaten Sijunjung umumnya. BERIKUT INI LAPORAN MAS BAGUS :

Ia merupakan salah satu pemuda terbaik yang pernah dimiliki oleh Nagari Tanjung Bonai Aur. Dengan sapaan akrab Mister atau Dori itu, lahir di Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 05 Desember 1990, anak ke 3 dari 5 bersaudara.

Memang, Dori dibesarkan dalam sebuah keluarga yang boleh dikatakan sederhana. Ketika masa kecilnya ia sekolah di SDN 21 Tanjung Bonai Aur tamatan tahun 2001. Sejak kecil, Dori Kurniadi dikenal sebagai anak yang jenaka dan suka berteman yang penuh canda tawa.

Kala menginjak remaja, saat berusia 13 tahun bagi anak seumurannya sangatlah asing untuk meninggalkan kampung halaman dan jauh dari orangtua. Namun bagi Dori sangat biasa untuk jauh dari orangtuanya, pergi ke Kota Padang Panjang yang terkenal dengan sebutan Kota Serambi Mekah, untuk menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren tertua dan terkenal di jagad Nusantara yakninya Kuliyatul Mualimin Islamiyah Thawalib Putra Padang Panjang. Inilah pasal untuk pergi merantau usia dini dalam menuntut ilmu agama sebagai pondasi kekuatan dalam menempuh gelombabg kehidupan.

Sejujurnya, ia sangat mencintai kampung halaman tanah darah kelahirannya, sebab akan memakan kurun waktu yang sangat lama untuk berpisah dengan orang-orang yang ia cintai, baik teman sejawat dan juga sanak familinya. Dengan dasar yang amat diyakininya, tentang falsafah pendidikan sebagai anak kamanakan dari suku Piliang di Minangkabau tentang mencintai kampung halaman “kalau sayang dengan kampung harus ditinggalkan” artinya kita akan merasakan kerinduan yang mendalam dan memupuk rasa akan memiliki kampung halaman.

Seusai menamatkan di Sekolah Menengah Pertama di Pondok Pesantren Thawalib Padang Panjang pada tahun 2005. Bermodalkan ijazah dalam dua bahasa yakni Arab dan Indonesia yang ia dapatkan selama 3 tahun di Thawalib. Sontak kakinya melangkah dengan riang gembira mendaftar ke Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah Negeri (MAN) ternama di Sumatera Barat yang berada di antara kaki Gunung Singgalang dan Gunung Marapi di Nagari Koto Baru Kota Padang Panjang 20 menit dari Jam Gadang.

Tak hayal, sudah 6 tahun ia menuntut ilmu di kota berjulukan Serambi Mekah itu, bukan kurun waktu yang pendek dari tahun 2002 sampai tahun 2008 meninggalkan kampung halaman, kendatipun jarak bisa pulang dan pergi. Sesungguhnya 6 tahun selama di Kota Serambi Mekah, bagi Dori sangatlah memiliki nilai histori dalam dunia pendidikannya, baik membentuk watak berfikir dan karakternya. Ihwal itu, membuat ia sungkan untuk berpindah ke kota lain, apalagi suhu dingin pergunungan itu telah bersahabat dan memberikan kenyaman untuk tumbuh dan besar bagi dirinya.

Demi kelanjutan pendidikan dan jembatan masa depan, yang dipupuk saat menjadi santri Kuliyatul Mualimin Islmaiyah (KMI) demi melahirkan para guru sebagai mentari ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan “Al Ilmu Yanfau Bih” atau ilmu yang bermanfaat. Maka Dori serta merta menisbatkan diri untuk kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan PGRI Sumatera Barat yang berada di Kota Padang.

Seyogjaynya, antara Padang Panjang dan Padang, bagi dirinya dua kota itu sangatlah kontras dan perlu penyusuaian suhu yang berbeda atara pergunungan dan pantai, atau dingin dan panas. Namun hal itu tidak menjadi masalah serius, karena dirinya sosok yang mudah beradaptasi. Hingga melahirkannya sosok organisatoris yang aktif di organisasi kampus mulai anggota Himpunan Mahasiswa Prodi Bahasa Inggris, pernah memimpin Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa STIKP PGRI Sumbar dari tahun 2013 sampai 2014, kemudian pernah menjadi Komisaris Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Komisariat STKIP PGRI Sumatera Barat.

Setelah meraih gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2015, serta berbekal pengalaman aktif di dunia organisasi. Membuat sosok muda dan bertubuh sedang dengan ciri khas kumis dan jenggot itu, ingin mengabdi ke kampung halaman dan membangun peradaban ditengah masyarakat Nagari Tanjung Bonai Aur. Mengingat 11 tahun lebih ia meninggalkan kampung halaman untuk membekali diri menjadi sosok yang mumpuni baik dipimpin maupun memimpin.

Sepulang menimbah ilmu dan pulang ke kampung halaman Nagari Tanjung Bonai Aur, hendak mengabdikan diri kenagari. Hanya, bermodalkan ilmu dan pengalaman 11 tahun di negeri orang. Alhasil, pengabdian pertamanya, menjadi Kepala Urusan (KAUR) Pemerintahan Nagari Tanjung Bobai Aur pada tahun 2016 sampai 2017. Tak lama kemudian, hanya bekisar satu tahun di kampung halaman sebagai KAUR. Selama itu, ia merasakan semakin peduli dan terbuka diri atas perubahan zaman yang semakin rumit terhadap generasi masa depan

*Dibalik Pengabdian, Menjawab Tantangan Zaman*

Data demi data ia miliki, sebuah informasi pun mudah didapati, apalagi ia bekerja di Kantor Wali Nagari. Naluri pemikir dan pejuangpun semakin menjadi-jadi, atas beratnya tantangan zaman ini. Efektifitas globalisasi semakin berpengaruh terhadap anak putus sekolah, itensitas kenakalan remaja semakin meningkat. Dengan belatar belakang akademik seorang pendidik, Dori Kurniadi menginisiasi untuk memberikan solusi untuk menjawab tantangan zaman. Berkat kepiawaian bersahabat dan menanam kepedulian terhadap generasi nagari. Ia bersama sahabatnya mendirikan ruang gerak terhadap dunia literasi dan edukasi dengan mendirikan Rumah Nusantara 74.

Secuil perjuangan dan segudang harapan, bersama Rumah Nusanatara 74, ia tompangkan arsitektur peradaban demi kebaikan pengabdiannya terhadap kampung halaman. Satu tahun berdirinya Rumah Nusantara 74, ia pun diamanahi sebagai Kepala Wilayah Jorong Koto Tinggi sampai sekarang.

Dengan kesibukan semakin bejibun selaku kepala wilayah yang mengurusi masyarakat Jorong Koto Tinggi, dan juga menjadi sosok seorang suami yang dikaruniai 2 orang putra. Tak membuat dirinya lengah akan kepedulian terhadap generasi anak Nagari Tanjung Bonai Aur. Berkat kerjasama yang apik, Rumah Nusantara melambung tinggi dalam prestasi dan menjadi primadona dalam gerakan dunia literasi. Salah satunya, pembuatan film dokumenter ulama masyhur Syech Ibrahim Kudus ( Syech Berai), pernah menjuarai berlombaan cerita bahasa inggris dan masih banyak prestasi yang diraih Rumah Nusantara 74 dalam dunia literasi.

Walaupun mendapatkan kepercayaan didunia literasi, tak sedikit pun terbesit untuk membesarkan diri dan juga merasa tercukupi. Malahan dengan itu, ia semakin belajar dan membuka diri untuk selalu intropeksi diri, dan menyakini bahwa “Utlubul Ilmi minal mahdi ilal lahdi”. Nah, ia menyadari kembali kemasyarakat adalah proses pembelajaran. Tepat pada tahun 2019, selaku pemuda yang berlatar belakang pendidikan di pondok pesantren, yang telah mengecap kehidupan santri dengan kebiasaan memakai peci dan sarung dan sebagai ahlussunah waljamaah. Dori Kurniadi, tahun 2019 diamanahi memimpin ormas pemuda terbesar di Indonesia, sebagai Sekretaris Pimpinan Cabag Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Sijunjung hingga 2023. Dengan izin allah SWT dengan memfalsafakkan diri “Minal Harokah Ilal Barokah” dari pergerakan menuju keberkahan. Selaku pemikir dan pribadi pejuang serta anak muda yang sadar bagaiamana untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan yang menjadi cita-cita bangsa. Tahun ini, Dori Kurniadi tepat pada bulan April mendatang, akan mengikuti kompetisi Pemilihan Wali Nagari Tanjung Boani Aur Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung. Dengan rasa hormat, ia memohon doa dan restu serta dukungan untuk pengabdian membangun nagari.