Workshop Pendidikan, Bang Pur: Sangat diperlukan terobosan, inovasi dan kreativitas dalam pembuatan materi Daring.

Lumajang, 17 Oktober 2020-Pandemi covid 19 membawa pengaruh pada terjadinya perubahan di berbagai bidang, tidak terkecuali dalam dunia Pendidikan. Proses pembelajaran konvensional melalui tatap muka untuk sementara waktu harus digeser, tidak bisa dilakukan, berubah dengan menggunakan sistem Daring. Disatu sisi hal ini merupakan lompatan kemajuan yang luar biasa, meski pun banyak kendala.

Diantaranya infrastruktur jaringan teknologi pendidikan yang masih belum sepenuhnya merata dan memadai: relatif baru dan belum familiarnya para tenaga didik mengunakan sarana teknologi, dan beberapa kendala lainya. Namun terdapat pula hikmah positif yang bisa sama- sama kita rasakan.

Proses adaptasi dengan kebiasaan baru yang menuntut adanya kedisiplinan untuk mematuhi protokol kesehatan. Demikian ungkap H. Muhamad Nur Purnamasidi anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai Golkar dalam Workshop Pendidikan kerjasama dengan Kemendikbud RI yang di gelar di Hotel Prima Lumajang, 17 Oktober 2020 dengan Thema ”
Rekonseptualisasi Pembelajaran Daring di Masa Pandemi covid 19.” Bertindak selaku moderator worshop adalah Pudholi Shandra SH.MH. yang juga berprofesi sebagai advokat.

Lebih lanjut, Bang Pur menyatakan bahwa konskuensi dari dilaksanakannya pembelajaran daring meniscayakan adanya kreativitas, inovasi dan juga terobosan baru, utamanya terkait dengan materi yang disampaikan dalam Daring. Bagaimana materi yang diajarkan agar lebih variatif, menyenangkan, serta tidak terasa membosankan. Ini tantangan tersendiri bagi tenaga didik untuk membuat suatu formula materi sesuai dengan konteksnya. Harus diminimalisir anggapan bahwa pembelajaran Daring tidak ubahnya dengan “liburan sekolah.” Dalam kesempatan melalui forum ini semoga ada konsep yang tidak hanya bersifat normatif, tetapi ada rekomendasi terkait program dan kebijakan yang sifatnya visioner serta adaptif terhadap segala Medan dan suasana. Ujarnya dengan mimik serius.

Pandangan Bang Pur tersebut diamini oleh Kadinas Pendidikan Lumajang Agus Salim dimana pembelajaran di rumah tidak ada bedanya dengan libur sekolah. Pembelajaran tatap muka dinilai tetap lebih baik karena ada proses interaksi langsung dan komunikasi timbal balik antara guru dengan murid. Pembelajaran daring belum bisa efektif, dan masih terkendala banyak hal. Diperlukan kolaborasi, sinergi agar intensitas interaksi komunikasi terutama Guru (Sekolah), Orang Tua dan murid.

Program Guru Sambang (Gursam) sifatnya kondisional dan fleksibel dimana pelajaran tatap muka dilakukan 1 guru untuk 5 siswa di lokasi yang dekat dengan rumah siswa. Kita harus memaklumi karena dalam situasi darurat, maka nyaris tidak ada progam dan kebijakan serta langkah yang dilakukan dengan parameter dinilai dalam kondisi normal. Diperlukan terobosan luar biasa.

Narasumber
Perwakilan PGRI Lumajang Winadi menyatakan bahwa interaksi langsung guru dengan murid dalam proses pembelajaran dinilai tetap lebih baik. Karena keberhasilan pendidikan salah satunya bisa diukur dari proses interaksi komunikasi langsung utamanya dalam pembentukan karakter siswa.

Dipihak lain, belum meratanya infrastruktur pendidikan di setiap daerah menjadi kendala tersendiri dalam Daring.

Dr. Abdul Wadud Nafis, Lc menilai pembelajaran Daring memiliki added value (nilai tambah) diantaranya waktu belajar fleksibel, dapat dilakukan di manapun. Yang pertama dan utama, tenaga didik harus mempersiapkan dengan baik, dengan konten video yang menarik dan dikemas sedemikian rupa. Jangan hanya memberi penugasan saja (Om Iyan. )