CERMIN BENING CINTA SEORANG IBU

Oleh:Musthofa Zuhri

أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا۟ هَٰذِهِۦ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا۟ هَٰذِهِۦ مِنْ عِندِكَ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?

Saya awali dengan surat An Nisa 78 diatas. Saya gak tau kenapa harus menulis tulisan ini, tiba tiba saja ada rasa yg sangat kuat utk menggerakan jemariku utk mengambil sebuah judul tulisan ini. Yang kutahu, hatiku ingin saja mengurai bait demi bait ttg cermin bening cinta seorang ibu.

Aku adalah sosok yg amat manja pada kedua orang tuaku, dan kemanjaan itu berpengaruh pada prilaku keseharianku. karna tak bisa lepas dari pelukan kasih orang tua” demikianlah sebait kalimat meluncur begitu saja.

Sebuah kisah dramatis, ada seorang anak yang hidup bersama ibu nya, dengan gejolak bathin yang dipertaruhkan disebuah desa jauh dari kota. Seorang anak yang ingin pergi namun langkahnya kemudian terhenti ketika sang ibu memanggilnya..

Tak ada rautan wajah kesedihan dan ketakutan dalam diri wanita mulia ini bahkan ia tersenyum dan berkata kepada anaknya :

” Wahai anak ku, ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dawasa. Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini, rasa sayangku tidak berkurang sedikit pun. Ibu tak tahu sampai kapan akan bertahan disini dalam kesendirian. Namun jika tiba saat ibu untuk tak lagi ada didunia ini, doa ibu tak akan pernah usai meski ibu sudah berkalang tanah karena dalam namamu ada harapan-harapan akan kebaikan untuk dirimu nak “ungkap sang ibu dg tersenyum

“Pergilah dan berhati-hatilah, tadi ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat. Ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah.”tandas sang ibu

Setelah mendengar kata-kata tersebut, pemuda itu menangis dengan sangat keras, Ia sadar betapa bodohnya dirinya jika harus membiarkan orang yang begitu mulia kasih sayangnya terbuang ditengah hutan yang begitu liar dan berbahaya.

Kemudian sang pemuda langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya, membawanya kembali pulang kerumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat ibu yang sangat mengasihinya sampai ibunya meninggal.

Sahabat facebooker yang dirahmati Allah

Begitu mulianya kasih sayang ibu kepada anaknya. Mungkin cerita diatas hanya fiksi namun begitulah hati sejati seorang ibu. Rasa khawatir terhadap keselamatan dan kehidupan anaknya lebih penting dibandingkan keselamatan dan kehidupan dirinya.

Sudah berapa lama kita tak mengabari mereka karena rutinitas kita yang begitu sibuk? Sudah berapa waktu yang kita lalui, akibat ke alpaan kita akan orang tua yang merindukan kita?

Tidakkah kita merindukan mereka?

Kabarilah mereka terutama ibu, karena mereka begitu khawatir dengan setiap langkah kehidupan kita. Kabarilah mereka karena hanya itu yang akan membuat mereka bahagia bahwa anaknya baik-baik saja.

Kabarilah mereka selagi masih sempat, karena kita tak pernah tahu kapan mereka akan pergi. Pergi untuk selama lamanya.

Dan jika mereka sudah tiada, kunjungi pusaranya, ungkapkan kebeningan hatimu lewat doa doa.

Kawan….!
Doa adalah kekuatan untuk mengantarkan balas budi dari cermin bening seorang ibu, demikian jua ayah kita

Dan kuyakin, disetiap doa doa yang kita panjatkan mampu melapangkan jalan yg orang tua lalui. Cinta kita mungkin lebih dari segalanya. namun Allah lebih sayang dari yg kita inginkn.

Semoga kita menjadi anak yang berbakti tanpa pamrih kepada ibu bapak kita, dan menjadi anak yang bijak dalam berkata dan bertindak.

Orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata:

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.

Dan diawal hari raya ini tradisi silaturrahmi, sungkeman biasanya dilakukan untuk melepas rasa Rindu buat orang tua.

Banyak yang berbondong2 pulang untuk sekedar bertegur sapa dengan orang tua, Berapapun ongkos yang dikeluarkan, tak jadi soal. Yang penting bisa berjumpa dengan keluarga dan lebih khusus kedua orang tua. Sungguh elok ketika tepat hari raya, dan atau sehari sebelum nya ada tradisi berkunjung ke pusara orang tua yang telah wafat. Dengan kirim bunga dan “kirim kemul” dengan do’a do’a.

Itulah anak yang membaktikan diri pada orang tua. Tak hanya ketika orang tua masih hidup. Namun juga ketika mereka telah tiada.

Dan saya memahami, di situasi yang serba sulit saat ini , dimana wabah covid 19 menyeruak ke penjuru Nusantara, telah menghambat tradisi apa yang saya sebutkan diatas. Namun setidaknya, bila tak bisa berkunjung , lakukan dengan model lain, bisa telp , video call dan atau vlog agar suara dan wajah kita bisa terlihat orang tua.

Ini penting ! Karena dengan demikian dahaga kerinduan bisa sedikit terobati .

Sudah kah anda lakukan hal itu??

Selamat mencoba….!