
By : Tri Handoyo.
Indonesia dilanda berbagai bencana alam di era penjajahan Belanda seperti gempa bumi (Padang 1797, Bengkulu 1833, Maluku 1899), tsunami (Padang 1797, Bengkulu 1833, Banda 1852), banjir (Lembah Anai 1892, Martapura 1937, Bekasi sering meluap), dan letusan gunung berapi yang tidak spesifik disebutkan, namun seringkali diperparah oleh perubahan bentang alam akibat aktivitas kolonial seperti pembangunan infrastruktur yang mengganggu aliran sungai, serta memiliki dampak sosial ekonomi besar seperti terganggunya pasokan pangan dan kerusakan infrastruktur.
Penebangan hutan terjadi karena eksploitasi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan kayu (bahan bangunan, bakar, kapal) dan perluasan perkebunan, yang didorong oleh pertumbuhan penduduk. Tidak jarang penggundulan hutan tersebut mengabaikan tradisi lokal seperti hutan larangan, sehingga memicu deforestasi masif dan masalah seperti banjir dan longsor, yang kemudian memicu gerakan konservasi lingkungan seperti pembentukan Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia-Belanda (1912), yang bertujuan untuk mendirikan kawasan lindung.
Beberapa bencana khusus banjir besar yang terdokumentasi.
1. Banjir bandang parah di Lembah Anai yang merusak infrastruktur yang dibangun Belanda.
2. Bekasi (Era Daendels): Pembangunan jalan raya Pantura mengganggu aliran sungai Kali Bekasi dan Citarum, menyebabkan banjir sering terjadi.
3. Banjir besar di Martapura tahun 1937, menelan puluhan korban jiwa dan ratusan rumah, diberitakan sscara internasional.
4. Banjarmasin & sekitarnya: Banjir dan air pasang menjadi fenomena rutin sejak era kolonial.
