Di Tengah Badai, Harapan Bersinar – Kunjungan Presiden Prabowo dan Panggilan untuk Solidaritas Bagi Aceh.

 

Oleh: H.Imam Kusnin Ahmad SH. Jurnalis Senior dan Aktivis LPBI NU Jawa Timur.

HUJAN LEBAT dan tanah longsor yang melanda sebagian besar wilayah Aceh sejak akhir November 2025 telah membawa penderitaan luar biasa bagi jutaan jiwa. Banjir bandang yang membanjiri desa-desa, jembatan dan jalan yang roboh, serta rumah-rumah yang hancur membuat ribuan warga terlantar dan kehilangan sumber nafkah.
Dalam kondisi yang penuh tantangan ini, kehadiran kepemimpinan menjadi sinyal harapan yang ditunggu-tunggu.

Pada Minggu, 7 Desember 2025, Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan langsung ke Kabupaten Bireuen untuk melihat kondisi lapangan, mendengar suara korban, dan memastikan bahwa upaya penanganan bencana berjalan dengan cepat dan tepat sasaran.

Kunjungan ini bukan hanya sekadar simbolik, tetapi juga bukti komitmen pemerintah untuk berdampingan dengan masyarakat yang sedang mengalami masa sulit, sambil mengajak seluruh bangsa untuk memberikan dukungan dan empati yang sangat dibutuhkan.

Presiden Prabowo Subianto tiba di bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, sebelum melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Bireuen, di mana ia disambut oleh Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem), Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, serta pejabat lokal lainnya. Setibanya di lokasi pengungsian di Dusun Kayee Jato, ratusan warga yang telah menunggu sejak pagi menyambutnya dengan harapan. Di sana, terdapat sekitar 532 pengungsi yang menempati dua tenda besar yang telah dilengkapi posko kesehatan, fasilitas air bersih, dan dapur umum yang beroperasi setiap hari untuk memenuhi kebutuhan makan.

Presiden Prabowo langsung menghampiri masyarakat satu per satu, menjabat tangan mereka, dan mendengarkan keluhan serta cerita pilu mengenai keluarga dan rumah yang rusak akibat bencana. Suasana haru sempat menyelimuti lokasi ketika beberapa warga menangis saat menyampaikan keadaan mereka. Dengan suara lembut dan tenang, Presiden menepuk bahu pengungsi yang menangis dan berkata: “Sabar ya, sabar. Pemerintah akan bekerja secepat mungkin.”

Setelah itu, Presiden bergerak menuju dapur umum untuk meninjau langsung persiapan distribusi pangan. Di sana, ia berbincang dengan para relawan dan memastikan stok logistik tetap tersedia. Bahkan, Kepala Negara turut mencicipi nasi dan ikan tongkol, menu makan siang yang disiapkan untuk para pengungsi.

Dalam kunjungan ini, Presiden juga menegaskan akan pengerahan kekuatan penuh untuk memulihkan akses logistik dan mobilitas masyarakat, termasuk pembangunan jembatan alternatif untuk menggantikan jembatan Awe Geu Tah yang ambruk di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Bireuen.

Menurut data terkini hingga 7 Desember 2025, bencana banjir dan longsor telah menelan korban jiwa sebanyak 914 orang di Sumatera, dengan Aceh menyumbang angka tertinggi. Sebelumnya, pada 1 Desember 2025, data sementara menunjukkan 156 orang meninggal, 1.838 terluka, 181 hilang, dan 478.847 jiwa menjadi pengungsi yang tersebar di 828 titik pengungsian di 18 kabupaten/kota. Kerusakan juga meliputi 71.385 unit rumah, 295 titik jalan, 146 jembatan, 161 sekolah, dan 50 tempat ibadah. Di beberapa daerah seperti Subulussalam, lima jembatan dan dua ruas jalan rusak, sementara di Pidie Jaya, sekolah An-Nur di Meureudu mengalami kerusakan parah akibat banjir.

Meskipun tantangan besar, upaya penanganan dan bantuan terus mengalir. Kementerian Sosial telah menyiapkan enam truk logistik yang dikirim secara bertahap hingga akhir tahun untuk memenuhi kebutuhan seperti beras, makanan siap saji, selimut, dan tenda.

Relawan dari Kementerian Agama juga telah membersihkan masjid dan madrasah yang terdampak. Selain itu, lembaga swasta dan organisasi masyarakat juga turut berperan, seperti PT Prima Agro Aceh,LPBI NU yang menyalurkan bantuan ke posko polda Aceh di Bandara Kualanamu, serta beberapa organisasi mahasiswa yang membuka dapur umum untuk masyarakat yang terdampak.

Aceh yang pernah menghadapi badai besar kini kembali menghadapi cobaan, tetapi semangat warga yang tangguh tidak pernah padam. Setiap senyum di tengah kesedihan, setiap langkah relawan yang gigih, dan setiap janji kepemimpinan yang tegas adalah bukti bahwa kita tidak sendirian.

Bagi warga Aceh, ingatlah bahwa kamu adalah pahlawan yang kuat – masa sulit ini hanyalah babak sementara, dan hari esok akan membawa harapan untuk membangun kembali rumah dan masa depan yang lebih baik.

Bagi masyarakat di luar Aceh, mari kita turut berperan dengan penuh empati. Dukunganmu, baik berupa bantuan material, doa, atau hanya mendengarkan cerita mereka, berarti banyak bagi korban yang sedang berjuang. Jangan biarkan mereka merasa terasing di tengah kesulitan.

Bersama-sama, kita bisa menjadi pelita di tengah kegelapan, membuktikan bahwa persatuan bangsa Indonesia tidak pernah patah walau diuji oleh badai apapun.
“Bersama kita kuat, bersama kita bangun” – ini bukan hanya kata-kata, tetapi janji yang harus kita wujudkan untuk Aceh dan seluruh saudara kita yang menderita.****