PKB Mendengar

Blitar- menaramadinah.com-DI TENGAH Nuansa perubahan lanskap politik yang semakin membutuhkan kejelasan, akuntabilitas, dan kedekatan dengan konstituen, sebuah gerakan baru muncul di Blitar.

Tidak lagi sekadar berbicara atas nama rakyat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Blitar bersama komunitas MATA Blitar menggelar forum jaring aspirasi publik bertajuk “PKB Mendengar” – sebuah langkah berani yang mengubah ruang politik menjadi ruang dialog dua arah.

Acara yang digelar di Hall Room Hotel Puri Perdana, Kota Blitar, Minggu (7/12/2025), bukan hanya sekadar ajang seremonial, melainkan titik awal bagi partai untuk kembali ke akar-akarnya sebagai rumah besar aspirasi.

Dengan kehadiran 100 peserta dari berbagai lapisan masyarakat – mulai dari unsur NU, petani, pelaku usaha, penyandang disabilitas, akademisi, pesantren, hingga pers – forum ini menjawab pertanyaan besar yang mengganggu ruang publik: Quo Vadis PKB Kabupaten Blitar? Setelah dua dekade menjadi kekuatan politik terbesar kedua di kabupaten itu, bagaimana partai bisa tetap relevan di tengah pemilih yang semakin rasional dan menuntut kerja nyata?

Ketua DPC PKB Kabupaten Blitar, Hj. Rini Syarifah (yang akrab disapa Mak Rini), menegaskan bahwa kegiatan ini adalah ikhtiar serius partai untuk membenahi diri melalui suara masyarakat langsung. “PKB harus kembali pada ruhnya: menjadi rumah besar aspirasi rakyat. Hari ini kami duduk bersama untuk mendengar, bukan hanya bicara. PKB siap dikritik, diberi saran, dan diberi tugas oleh rakyat,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.

Ia menekankan bahwa forum ini merupakan proses reset politik yang diperlukan, dengan mekanisme rutin untuk menyerap apa yang benar-benar diinginkan masyarakat.

Direktur MATA Blitar, Bahrul Ulum, menambahkan bahwa inisiatif ini lahir dari keprihatinan terhadap merosotnya kepercayaan publik terhadap partai politik. “Kami melihat PKB punya modal sosial besar, tapi perlu terobosan agar tidak jauh dari konstituennya. Melalui forum ini, kami mendorong politik yang lebih jujur, terbuka, dan berorientasi pada pelayanan,” katanya.

Sebagai organisasi independen, MATA Blitar berperan mengawal dinamika politik lokal agar lebih aspiratif dan konstruktif.

Dalam diskusi yang dipandu Dr. Refki Rusyadi dari UIN SATU Tulungagung, beragam suara publik mengalir deras dengan nada optimisme. Dua narasumber, KH Ahmad Khubby Ali Rohmad (Gus Bobi) dan perwakilan Gen Z Sintia Hapsari, memberikan pemantik yang memperkaya wawasan.

Gus Bobi menyampaikan bahwa PKB masih memiliki “lahan dakwah politik” yang luas, terutama dalam isu ekonomi rakyat, pendidikan, pelayanan publik, dan pengentasan kemiskinan. Namun, ia mengingatkan bahwa tren naik-turun perolehan kursi membutuhkan strategi baru, terutama dalam rekrutmen kader yang lebih sistematis dan berbasis komunitas.

“PKB memiliki beban moral sebagai partai dari pesantren dan masyarakat marginal – agenda pemberdayaan harus menjadi bagian integral kerja sosial-politik kita,” tegasnya.

Suara Gen Z yang disampaikan Sintia Hapsari membawa nuansa segar. Ia menilai bahwa pendekatan partai politik, termasuk PKB, belum sepenuhnya sesuai dengan karakter anak muda yang menginginkan ruang kreatif, komunikasi dua arah, dan transparansi. “Konten media sosial PKB masih terlalu formal.

Gen Z ingin dilibatkan secara aktif, bukan hanya sebagai objek kampanye – gunakan konten behind the scenes, kolaborasi dengan komunitas kreatif, dan jadikan kita aktor langsung,” ujarnya.

Masukan strategis juga datang dari Abdul Hakam Sholahuddin, dosen Fakultas Hukum Unisba Blitar dan Ketua PC ISNU Kabupaten Blitar. Ia menilai “PKB Mendengar” sebagai terobosan penting yang menunjukkan kesiapan partai untuk memperkuat konsolidasi internal.

Dengan perolehan kursi yang meningkat dari sembilan menjadi sebelas pada Pemilu 2024, ia mendorong penguatan regenerasi, sekolah politik kader, dan peta isu lokal yang jelas. “Banyak potensi di kalangan Gen Z yang siap terlibat – berikan wadah dan pendampingan, maka PKB akan tumbuh lebih cepat,” katanya.

Pada sesi diskusi terbuka, aspirasi publik meliputi berbagai aspek. Kelompok petani mendorong akses pupuk yang lebih baik dan teknologi budidaya berkelanjutan. Pelaku UMKM menginginkan dukungan permodalan dan pelatihan usaha yang berkesinambungan.

Kelompok disabilitas mengusulkan kebijakan inklusi dalam layanan publik, sedangkan akademisi menekankan peningkatan literasi politik di desa dan sekolah.

Isu lingkungan juga mengemuka, dengan harapan anggota dewan memperkuat agenda konservasi, mitigasi banjir, dan pengelolaan sampah.

Komunitas keagamaan mendorong PKB memperkuat identitas politik berbasis nilai-nilai keislaman yang moderat, sedangkan seniman menawarkan kolaborasi untuk membuka ruang kreatif yang inklusif.

Seluruh aspirasi tersebut dicatat secara resmi dan diserahkan Bahrul Ulum kepada Mak Rini sebagai mandat moral.

Mak Rini menjanjikan bahwa semua rekomendasi akan dirumuskan menjadi agenda kerja PKB Kabupaten Blitar. “Kami tidak ingin aspirasi berhenti di ruangan ini – ia akan menjadi bahan pembenahan organisasi, perbaikan kinerja fraksi, dan program strategis ke depan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa jaring aspirasi ini akan dibuat berkala dan diperluas ke kecamatan-kecamatan, dengan prinsip:

“Politik tidak boleh eksklusif. Rakyat bisa bicara langsung, dan kami mendengar langsung – dari situlah lahir kepercayaan baru.”

Inovasi Bagi Gen Z, Masa Depan Bagi PKB
Forum “PKB Mendengar” bukan akhir, melainkan awal dari budaya politik baru di Blitar.

Untuk Gen Z, ini adalah kesempatan emas untuk membawa inovasi ke dalam partai – mulai dari cara berkomunikasi yang lebih santai dan digital, hingga penciptaan program yang sesuai dengan kebutuhan zaman.

Jangan biarkan politik hanyaciamik menjadi urusan orang tua; jadilah aktor yang membentuk masa depan, bawa ide-ide kreatif, dan buktikan bahwa inovasi dari generasi muda bisa membuat partai lebih dekat dengan rakyat dan relevan di masa depan. Imam Kusrin