
Oleh: Sayyid Diar Mandala, Pandeglang-Banten 🇮🇩
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
_Perjuangan ini murni dilakukan masyarakat Pandeglang, tanpa bantuan Habib Baalwi maupun kekuatan asing. Mereka melawan Belanda dengan bambu runcing, doa, dan ilmu, dipimpin ulama pribumi seperti Syech Ruyyani bin Syech Shohibul Mandala, penerus jihad leluhur sejak Sultan Maulana Hasanudin (Walisongo)_
Saudaraku Rakyat dan Bangsa Indonesia tercinta.
Pandeglang, tanah yang menyimpan keberanian. Di era kolonial, bukan hanya senapan dan tank yang jadi senjata. Rakyat biasa, santri, petani—mereka melawan Belanda, menjaga Islam dan Nusantara tanpa sekat. Sejarah tak boleh dibelokkan, jangan jadi alat adu domba.
Perjuangan Murni Akar Rumput
1. *Gojali Buntung, Komandan dari Tanah Mengger*
1949, Agresi Militer II Belanda. *Tidak ada Habib Baalwi, tidak ada intervensi luar.* Gojali—putra asli Pandeglang—bersama rakyat, menyerbu pos Belanda dengan bambu runcing, merebut senjata, mengusir penjajah. Tugu di Gunung Karang jadi simbolnya. Lokalitas, bukan impor, yang membakar semangat.
2. *Andil Ulama Pribumi: Syech Ruyyani bin Syech Shohibul Mandala*
Perjuangan tak lepas dari para kyai Thareqat yang memimpin dengan doa, ilmu, dan keberanian spiritual. *Syech Ruyyani Kadupinang* meneruskan jihad leluhurnya, *Syech Dalem Dayeuhan*, sejak zaman *Sultan Maulana Hasanudin (1526–1570), bagian dari Walisongo*. Dari dzikir ke aksi, mereka menjaga Islam dan Nusantara tanpa sekat golongan.
3. *Petani vs. Kopi Paksa (1865)*
Belanda paksa tanam kopi, rakyat miskin. *Petani Pandeglang protes, lahan dikembalikan.* Bukan kekerasan, tapi keteguhan hati. Sejarah ini tak boleh jadi “kisah mati”.
4. *Meriam Menes, Artefak Pertahanan*
Bukan hiasan, tapi saksi kesiapan Banten melawan. Simbol kekuatan tersembunyi, jangan biarkan terlupa.
Pencerahan: Jangan Biarkan Sejarah Dibelokkan!
Manipulasi sejarah adalah bahaya liar. Ada oknum yang ingin mengadu domba, mengklaim “jasa” palsu, menguasai narasi Islam dan NKRI. *Banten, sejak Walisongo, sudah berjuang sendiri!* Jangan percaya mitos “asal luar”—perjuangan ini murni putra-putri Nusantara.
– Spirit dakwah, jihad, dan cinta tanah air bukan milik satu golongan. Semua ulama, kyai, santri Banten adalah Walisongo! Dukung sejarah jujur, tolak politik identitas.
– NKRI, harga mati. Perjuangan ini bukan untuk segelintir, tapi untuk seluruh bangsa. Jaga persatuan, waspadai yang bagi-bagi “label” Islam.
Saran untuk Generasi Muda
Baca, telusur, aksi!
– Pelajari Meriam Menes, hidupkan jalur kereta Rangkas-Labuan.
– Gabung komunitas sejarah, lawan hoaks.
– Sumpah Pemuda: Satu bangsa, satu bahasa, satu kebenaran!
– Dakwah bukan sekadar cerita, tapi nyata. Jaga toleransi, lawan penjajahan ideologis.
Kesimpulan :
Pandeglang membara bukan karena senjata, tapi semangat ide, doa, cinta Islam, dan tanah air. Gojali Buntung: “Lawan bukan dendam, tapi cinta Indonesia.” *Mari jaga api ini, lawan manipulasi, satukan umat!* Sejarah bukan milik satu pihak—milik kita semua.
*Referensi:*
– Sejarah Pandeglang, BPCB Banten.
– Cerita rakyat Pandeglang.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Diar Mandala, Pandeglang-Banten 🇮🇩
