
SURABAYA -Generasi muda saat ini kerap dijuluki sebagai generasi stroberi, dengan ciri rentan terhadap tekanan dan kesulitan. Untuk mengantisipasi hal tersebut SMA Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya punya program Bravery Survival (BS), yang dirancang untuk melatih daya survival (ketahanmalangan) siswa dan membentuk karakter tahan banting. Untuk BS tahun 2025 ini dilaksanakan di Singapura pada Rabu (30 April) sampai Minggu (4 Mei 2025), diikuti oleh siswa kelas 11.
Proses pembelajaran survival ini sudah dimulai sebelum mereka bertolak ke Singapura. Di antaranya mereka wajib membentuk kelompok kecil untuk berkoordinasi membeli tiket pesawat hingga rencana naik angkutan umum saat di negeri jiran tersebut. Bahkan semester-semester sebelumnya mereka harus menabung uang dari hasil keringatnya sendiri lewat program entrepreneurship sekolah.
Sasaran program ini antara lain mengajarkan pentingnya penguasaan dua kemampuan utama: bahasa Inggris dan literasi. Di negara se-modern Singapura, interaksi antar manusia semakin minim, tergantikan oleh teknologi dan sistem informasi visual yang canggih. Maka kemampuan membaca peta, memahami simbol dan petunjuk arah menjadi kunci utama agar tidak tersesat.
Hari pertama BS dibuka dengan tantangan eksplorasi di bandara internasional Changi Airport. Di sinilah siswa ditantang untuk menavigasi diri secara mandiri, mulai dari melewati imigrasi hingga menjelajah area Jewel Changi yang ikonik.
Bekerja dalam kelompok kecil, para peserta BS memutuskan sendiri kapan harus bergerak menuju penginapan dan moda transportasi apa yang digunakan. Sementara sejumlah guru pendamping sifatnya hanya memantau. Mereka berupaya seminim mungkin ikut cawe-cawe.
Di sinilah kolaborasi, komunikasi, dan kepedulian terhadap anggota tim diuji secara nyata. Ketika senja tiba, seluruh peserta berhasil mencapai hostel dan melanjutkan kegiatan dengan pertemuan di Masjid Sultan kawasan Kampong Glam.
“Bravery Survival SAIM bukan sekadar program karya wisata ke luar negeri, melainkan pelatihan konkret untuk menjadi warga global yang tangguh, adaptif, dan literat. Pengalaman ini Insyaallah akan membekas dan membentuk karakter siswa,” ujar Ustazah Wuri, salah seorang guru pendamping.
Pada Kamis siang, siswa melakukan perjalanan edukatif ke Singapore Botanic Gardens dan Marina Bay sebagai bagian dari eksplorasi terhadap sistem keberlanjutan lingkungan di negara tersebut. Selanjutnya, petualangan berlanjut ke kawasan futuristik Marina Bay, di mana siswa menjelajahi taman-taman vertikal dan teknologi lingkungan canggih seperti sistem pengelolaan air hujan, panel surya, dan ekosistem buatan di Gardens by the Bay. Untuk memperluas wawasan mereka tentang pendidikan tinggi dan inovasi lingkungan, peserta BS mengunjungi dua universitas ternama, yaitu National University of Singapore (NUS) dan Singapore Management University (SMU).
Hari keempat –beruntung sekali– kegiatan BS berbarengan dengan pelaksanaan pemilu legislatif di Singapura. Maka siswa berkesempatan menyaksikan langsung proses demokrasi yang berlangsung tertib, efisien, dan modern. Selanjutnya, mereka mengunjungi National Museum of Singapore, tempat untuk mendalami sejarah Singapura secara interaktif. “Aku jadi lebih menghargai pentingnya sejarah dan bagaimana suatu bangsa bisa berkembang dari keterbatasan,” ungkap Nanit, salah satu peserta.
Usai dari museum, mereka melanjutkan ke Clarke Quay, kawasan tepi sungai yang memperlihatkan bagaimana tata kota bisa mengintegrasikan pelestarian sejarah dan fungsi modern. Di sana, siswa melakukan observasi tentang penataan ruang publik berbasis sungai.
Menjelang sore, rombongan menuju Bugis Street, pusat belanja oleh-oleh populer yang juga memberikan pelajaran tentang budaya konsumsi, keberagaman produk lokal, dan interaksi sosial di ruang publik. “Ini pengalaman yang seru banget. Aku belajar banyak hal, tapi juga bisa menikmati waktu bareng teman-teman,” ujar Ficko sambil menunjukkan hasil belanjanya. (rio)