“umat Islam Indonesia berpotensi terjebak oleh teologi usang (aliran atau paham dalam agama)”

Catatan : Gus Miskan Turino

Fenomena munculnya konten konten perdebatan tentang Surga dan Neraka, Kafir dan bukan Kafir, polemik nashab hingga pergeseran arus keyakin dan akal, dst…adalah bagian dari bangkitnya multi paham (teologi atau aliran dalam agama) yang berkembang dalam Islam sebagaimana perdebatan yang terjadi pada jaman kekuasaan Abbasiyah, dimana khalifah Al Makmun putra Harun Al Rasyid pada 827 M menjadikan teologi Mu’tazila sebagai Madzhab resmi Negara dan boleh dianut oleh umat islam pada wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah.

Begitu juga paham atau aliran wahabi muncul pada abad 18 yang diadopsi oleh keluarga Al Saud, dan pada abad 20-21 wahabi semakin lazim di Arab Saudi dan Qatar meski hari ini mereka sudah mulai membuka diri.

Lalu apa hubungannya dengan umat Islam di Indonesia ??

Diera teknologi digital dan sistem politik demokrasi inilah merupakan ruang terbuka bagi generasi mereka untuk kembali mengekspresikan teologi atau aliran atau paham yang sebenarnya sudah sejak lama telah dipatahkan oleh para tabi’ tabi’in dan ulama terdahulu.

Lalu kenapa teologi usang terus mengalir dan bergeser ke Indonesia ?

Dalam perspektif politik, Indonesia adalah negara besar dengan penduduk muslim terbesar didunia yang didalamnya didominasi oleh paham sunni atau ahlusunnah waljama’ah yang dimanifestasikan oleh dua kekuatan ormas keagamaan sekaligus sebagai civil socity terbesar antara NU dan Muhammadiyah.

Sementara sejak ditetapkannya Pancasila, Bhineka Tunggal Ika sebagai bentuk kesepakatan bangsa untuk menjadikan sebuah azas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan sekaligus sebagai ideologi negara, kala itu rupanya belum benar2 bulat terbukti masih menyisahkan kelompok Islam kanan (pro asing) yang menentang, hingga soekarno harus membuka kuliah umum di tengah lapangan banteng, namun dengan begitupun mereka belum bisa menerima, sehingga Pancasila selalu digeser maknanya agar terus bisa disalah artikan seolah sebagai agama negara.

Untuk mendukung gerakan tersebut, maka ditengarai adanya kekuatan besar atau karena situasi global yg tidak bisa dihindari menyebabkan tumbuh suburnya kelompok teologi usang tersebut dengan begitu mudahnya menyebarkan melalui berbagai media online dan konten konten yg sengaja dibuat secara masif.

Semoga umat beragama khususnya Islam di Indonesia mampu menjadikan agama sebagai perekat bangsa untuk mendahulukan kepentingan saudara sebangsa dari kepentingan identitas sempit yang sangat berpotensi menjadi alat bagi asing untuk merusak tatanan kehidupan sebuah negara bangsa.

#SalamIndonesiaDamai

Salam,
Miskan Turino