Islam Dalam Prespektif Buya Syafi’i Ma’arif

Catatan Rani Sukma Widayanti dkk, Saefullah Azhari, Yahya Aziz : Mahasiswi PIAUD & Dosen FTK Uinsa

Inilah mahasiswi PIAUD
1.Nama : Rani sukma widiyanti
Nim : 06020923049
2.Nama :NURIS ERSA FIQLIYAH EL NURHAIDA
Nim :060208230
3. Nama :Nabila Amatullah Madani
Nim : 06020923041
4. Nama :Nada Safa Salshabilla
Nim : 06020923042
Alamat : sekapuk,ujung pangkah, gresik
5. Nama :Najwa Rosyidah
Nim: 06020923045
6.Nama : Najma Jannati Zuhri
Nim : 06020923044
7. Nama : Pingky Sintya Devi
Nim : 06020923048
8. Naila Adibah
Nim : 06020923043
Ke 8 mahasiswi ini dibimbing langsung oleh Yahya Aziz & Saefullah Azhari dalam riset penelitian & pengabdian masyarakat pada mata kuliah pancasila & bhs Indonesia tentang Biografi Buya Syafi’i Ma’arif.

Bapak bangsa atau yang akrab disebut Buya syafi’i.seorang ulama’ cendekiawan indonesia.ia pernah menjabat ketua umum pimpinan pusat muhamadiyah,presiden world conference on religion ( WCRP) dan pendiri Ma’arif institute.
Buya Syafii Maarif lahir pada 31 Mei 1935 di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau. Ayahnya adalah kepala suku dan saudagar bernama Ma’rifah Rauf Datuk Rajo Malayu. Sementara ibunya, Fathiyah wafat ketika Syafii baru berusia 18 bulan.
*PEMIKIRAN BUYA SYAFI’I MAARIF*
Pemikir bangsa dan cendekiawan bersahaja buya syafi’i maarif berkeyakinan bahwa prinsip persaudaraan universal serta pengakuan atas prinsip kesatuan umat manusia, sekalipun terdiri dari berbagai suku, bangsa, dan latar belakang sejarah harus disertai dengan kesediaan menegakkan keadilan dan persaudaraan yang tulus antar manusia.
Buya Syafii Maarif pernah berucap, “Bila minyak bumi lenyap dari dunia, mungkin akan ada gantinya. Tapi bila Islam yang hilang, gantinya tidak ada ada lagi.” Sebuah pernyataan dari seorang yang lebih dari 30 tahun bergumul dengan intensitas yang sangat dalam untuk memikirkan jalan keluar yang terbaik bagi masa depan Islam dan umatnya di tengah-tengah dunia yang semakin brutal.
Buya Syafii Maarif menulis dirinya sebagai “Anak Panah Muhammadiyah”. Meski demikian, Buya Syafii Maarif bukan hanya milik Persyarikatan Muhammadiyah, tetapi telah menjadi milik bangsa Indonesia. Ia punya reputasi sebagai guru bangsa. Pemikiran dan pandangan briliannya sering diminta oleh berbagai kalangan Mulai dari presiden, menteri dan pejabat pemerintah lainnya, akademisi, politisi maupun generasi muda harapan bangsa, pernah diterima oleh Buya Syafii Maarif di rumahnya yang sederhana.
Bentuk pengaplikasian Syafi’i Ma’arif dalam bidang pendidikan dibentuk oleh pemahamannya tentang Islam dan keyakinannya akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan masyarakat seperti :

1. *Pentingnya berpikir kritis:* Syafi’i Ma’arif percaya bahwa pendidikan harus mendorong pemikiran kritis dan mempertanyakan, daripada menghafal dan menerima otoritas secara membabi buta.

2. *Pentingnya adanya integrasi antara pengetahuan Islam dan pengetahuan modern* : Dia berpendapat bahwa pengetahuan Islam tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan modern, melainkan diintegrasikan dengan cara yang memungkinkan umat Islam untuk terlibat dengan dunia modern sambil tetap setia pada iman mereka

3. *Pentingnya Penekanan pada pendidikan moral* : Syafi’i Ma’arif percaya bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan pengembangan karakter pada siswa

4. *Fokus pada keadilan sosial:* Dia percaya bahwa pendidikan harus digunakan sebagai alat untuk mempromosikan keadilan dan kesetaraan sosial, dan bahwa pendidikan harus dapat diakses oleh semua anggota masyarakat tanpa memandang latar belakang atau status sosial mereka.

*A. Kesimpulan*
Dengan demikian, berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab
sebelumnya, ada kesimpulan pokok yang dapat diambil, khususnya terkait
dengan permasalahan yang diajukan pada bab pendahuluan yaitu
tentang pemikiran pendidikan Islam Ahmad Syafii Maarif (ASM)
mengenai pendidikan Islam, dan kedua tentang relevansi pemikiran pendidikan
Islam ASM terhadap praktek pendidikan Islam di Indonesia.Berdasarkan konstruk pemikiran pendidikan ASM yang telah diuraikan,
secara umum hakikat pemikiran pendidikan Islam ASM dapat diklasifikasikan
menjadi humanis, kritis, idealis, dan religius.
*B. Saran*
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa rekomendasi yang
ditawarkan oleh kajian ini. Pertama, pelaksanaan pendidikan Islam hendaknya
memperhatikan hakikat kemanusiaan. Mengembangkan seluruh potensi-potensi
yang dimiliki oleh setiap anak (peserta didik). Sebagai konsekuensinya usaha dan
pelaksanaan pendidikan Islam haruslah bersifat integratif dan seimbang.
Barakallah…!