Blusukan Sehari Di Bejijong ” Kampung Majapahit” Trowulan

Mojokerto.MenaraMadinah.Com.Perjalanan Channel Youtube Blusukan TV pada Minggu,16 Januari 2023 tiba di Desa Bejijong,Kecamatan Trowulan, Mojokerto,Jawa Timur. Sebuah desa wisata yang terkenal sebagai ” Kampung Majapahit” .

Di kampung ini berdiri rumah-rumah dengan motif unik dan artistik ala Majapahit tempo dahulu.Kesan asri dan indah begitu terasa saat langkah kaki ini memasuki gapura desa.Lingkungan Desa Bejijong tampak bersih dan indah.Di depan rumah Majapahit yang didominasi warna cokelat dipasang bendera merah putih,meskipun di luar Bulan Agustus.

Para warga Bejijong menyapa dengan ramah tiap pengunjung yang mendatangi desa yang tercatat sebagai 50 Desa Destinasi Pariwisata Terbaik ,diresmikan oleh Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno ( 16/9/2021)

Diantar seorang warga Bejijong Mbah Joko,Blusukan TV mengelilingi ” Kampung Majapahit” yang eksotis dan bernuansa historis.Tepat jam 12 siang,Blusukan TV singgah di warung milik warga Bejijong. ” Pengunjung dari mana ,mas ? “,tanya ibu pemilik warung yang memakai jilbab kuning.

” Dari Madiun,bu,” jawab saya. Blusukan TV memesan soto ayam dan es ketan ireng untuk mengisi perut dan melepas rasa dahaga.Demikian juga Mbah Joko memesan menu yang sama.

Soto ayam satu porsi seharga Rp 10.000 dan satu gelas besar es ketan ireng seharga Rp 5.000.Setelah menikmati kuliner ,Blusukan TV melanjutkan perjalanan ke Siti Inggil yang tersohor sebagai Petilasan Raja Majapahit pertama Raden Wijaya yang bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

Konon,Siti Inggil dipakai sebagai tempat bertapa oleh Raden Wijaya dan menerima Wahyu Keprabon,lalu mendirikan Kerajaan Majapahit.

Dari penuturan Juru Kunci Siti Inggil Muhammad As’ad,siti bermakna tanah dan inggil berarti tinggi atau dalam Bahasa Jawa disebut Petilasan Lemah Geneng.

Kompleks petilasan yang teduh sebab ada pohon- pohon yang menaunginya ini telah lama menjadi jujugan para peziarah dan pecinta dunia spiritual untuk mengolah jiwa dan mengasah batin lewat meditasi dengan tujuan mendekatkan diri pada sang pencipta jagat raya.

Tiap malam Jum’at Legi,pengunjung Petilasan Siti Inggil Raden Wijaya sangat ramai berdatangan dari berbagai penjuru nusantara,mulai dari kalangan rakyat biasa hingga pejabat negara.

Suasana mistis begitu terasa saat menginjakkan kaki di petilasan yang telah dilengkapi pendopo untuk macam-macam acara ini.Aroma minyak wangi, bunga, dupa, dan kemenyan menyengat seolah menusuk hidung sehingga menambah kesakralan petilasan.

Tidak jauh dari pendopo petilasan,ada makam Kyai Hasan yang semasa menjadi juru kunci di Siti Inggil sering dimintai bantuan oleh Keluarga Cendana ( Keluarga Presiden RI ke- 2 HM.Soeharto) untuk memandu ritual saat berziarah di Petilasan Raden Wijaya yang dikenal juga sebagai ” Tanah Tahta”.

Mbah Joko selalu menemani Blusukan TV saat berada di Siti Inggil.

Dalam pandangan mata batinnya,ia mendeteksi penampakan sosok berjenggot lebat dan berjubah putih ala resi yang mendekati Blusukan TV saat di ruang dekat dengan sanggar pamujan yang di sisi kanan pintu masuknya terdapat simbol Surya Majapahit ,tepatnya menempel pohon besar yang dililitkan kain warna kuning,hitam,dan putih.

Penelusuran Blusukan TV di Bejijong ” Kampung Majapahit” siang itu berakhir di Candi Brahu.

Suasana Candi Brahu yang terletak di Dusun Jambu Mente cukup ramai.Banyak pengunjung menikmati panorama sekitar candi.Ada pengunjung yang duduk- duduk di tempat peristirahatan ,ada wisatawan yang sibuk berfoto selfi ,dan beberapa pengunjung terlihat merekam video kondisi candi dan sekitarnya.

Petugas resmi di lokasi candi menerangkan bahwa Candi Brahu merupakan candi bercorak Budha yang didirikan pada abad ke-15.

Di sekitar area candi pernah ditemukan benda-benda kuno seperti alat upacara berbahan logam ,arca logam ,dan perhiasan emas serta benda lainnya yang semuanya mengindikasikan ciri-ciri ajaran Budha.@ Bro-J