Stikmatisasi Jawa Stikmatisasi Nusantara

Catatan Dr. Eko Sumargono Budayawan Jember.

Stigmatisasi Jawa maksudnya membangun kesadaran publik agar memandang buruk tentang Jawa dengan berbagai instrumen dan wacana. Dikarenakan Jawa dalam pengertian falsafah dan ideologi memiliki pengaruh yang kuat di nusantara sejak dahulu kala maka stigmatisasi Jawa akan berdampak pada terbangunnya stigmatisasi Nusantara.

Target utama gerakan stigmatisasi Jawa dan Nusantara adalah meruntuhkan Jawa yang berdampak secara makro terhadap runtuhnya Nusantara.

Stigmatisasi Jawa pertamakali dilancarkan masa-masa awal runtuhnya Kerajaan Majapahit (1500-an) oleh gerakan Islam beraliran “fundamental” (Timur Tengah) yang dikendalikan dari Ampel dan selanjutnya disentralkan kekuatan kekuasaan politiknya di Demak Bintoro.

Meskipun untuk selanjutnya gerakan stigmatisasi Jawa aliran keras yang berpusat di Demak ini dapat dilunakkan dengan gerakan akulturasi Islam-Jawa (kejawen) yang dikendalikan dari Pengging dan selanjutnya berhasil mendirikan kerajaan-kerajaan Islam kejawen, yakni, Pajang dan Mataram.

Pada masa dakwah Islam yang lebih akulturatif lahirlah tokoh spiritual Islam kejawen terbesar dari Kadilangu, yaitu, Sunan Kalijaga. Adapun stigmatisasi Jawa yang kedua adalah sejak didirikannya Javanologi oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1832-an (barat).

Proyek besar yang dilakukan gerakan stigmatisasi Jawa dan Nusantara baik yang pertama dan kedua adalah meruntuhkan ruh ideologi dan falsafah Jawa, yakni, spiritualitas Sangkan Paraning Dumadi yang muaranya meyakini adanya Pencipta Jagad Raya yang Tunggal yang diistilahkan sebagai Sang Hyang Tunggal.

Falsafah spiritualitas Sangkan Paraning Dumadi bisa dipahami sebagai suatu pengertian bahwa seluruh kejadian (dumadi) berasal (sangkan) dan kembali (paraning) kepada Sang Hyang Tunggal atau Tuhan atau Allah.

Praktek ideologi dan falsafah Jawa dalam realitas dinamika kehidupan diekspresikan dalam berbagai bentuk kebudayaan Jawa dan Nusantara; seni, selamatan, ritual adat sesajen dengan perlengkapan kembang setaman dan perdupaan, serta laku suci tirakatan, samadi dan tapabrata.

Sampai sekarangpun stigmatisasi Jawa dan Nusantara terus dilancarkan dengan cara merusak dan mendekonstruksi (membongkar) kebudayaan Jawa dan Nusantara dengan harapan diganti dan direkonstruksi (dibentuk kembali) dengan kebudayaan mereka.

Sampai saat ini stigmatisasi Jawa dan Nusantara tetap saja dilancarkan oleh klan barat dan klan Timur Tengah yang fundamentalis. Hanya satu gerakan paling efektif untuk melumpuhkan stigmatisasi Jawa dan Nusantara, yaitu dengan cara memelihara dan mempertahankan KEBUDAYAAN JAWA DAN NUSANTARA kuat-kuat.

Salam Budaya,……rahayu rahayu rahayu sagung dumadi,…..🙂🙂🙂🙏🙏🙏✊✊✊