Wagub Jatim: Gunakan Science Based Policy dan Empati Selesaikan Masalah

Jember – Kunjungan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur, Emil Dardak ke Fakultas Kedokteran Universitas Jember menjadi pemateri dalam sarasehan “Tujuh Mimpi Agromedis Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Melangkah Bersama Wakil Gubernur Jawa Timur” di auditorium FK Universitas Jember (25/1/2022) mendapatkan sambutan hangat dari para peserta.

Pasalnya, selain mendukung penuh langkah FK Universitas Jember mengembangkan Agromedis, pemaparan Emil Dardak dalam menjelaskan permasalahan kesehatan khususnya masalah kesehatan petani di Jawa Timur dinilai runtut dan jelas berbasis pada Science Based Policy (BSP) dan empati.

Suami Arumi Bachsin ini lantas membuka pemaparannya dengan pengalaman menangani longsor saat dirinya menjabat sebagai Bupati Trenggalek. Guna membersihkan wilayah longsor yang cukup luas, Emil Dardak meminta bantuan para ahli geologi yang kompeten di bidangnya.

Mereka meneliti, memetakan areal yang tergolong berbahaya serta menentukan metode pembersihan timbunan longsor, sehingga jalannya pembersihan dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan korban lagi. Dan ternyata cara ini terbukti efektif menangani bencana lonsor tadi, dalam jangka waktu kurang dari sebulan wilayah yang semula tertutup longsoran jadi bersih.

Padahal sebelumnya ada pihak yang memperkirakan pembersihan akan memakan waktu tiga hingga empat bulan.

“Saya percaya Science Based Policy atau kebijakan yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjadi landasan untuk membuat sebuah kebijakan. Oleh karena itu saya mendukung langkah FK Universitas Jember yang mengembangkan konsep Agromedis, sebab Jember dan wilayah di sekitar Tapal Kuda adalah wilayah pertanian dan perkebunan yang subur, begitu pula dengan bidang perikanan dan peternakannya.

Para petani, pekebun, peternak dan nelayan ini tentu memiliki masalah kesehatan tersendiri terkait pekerjaan dan kondisi lapangan kerjanya sehingga harus mendapatkan layanan kesehatan yang sesuai. Agromedis harus menjadi keunggulan FK Universitas Jember,” ujar Emil Dardak.

Wakil Gubernur pemilik suara merdu ini lantas menceritakan pengalaman keduanya, kali ini terkait pentingnya empati dalam menjalin kerjasama dengan semua pihak. Dalam sebuah kesempatan Emil Dardak mendapatkan undangan mengikuti pelatihan di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat, Massachusetts Institute of Technology (MIT).

“Saya sudah membayangkan akan menerima penjelasan mengenai banyak hal terkait teknologi informasi dan komunikasi. Eh ternyata di MIT kami diminta memakai kruk, penyangga kaki bagi orang yang mengalami masalah kesehatan di kaki atau difabel. Kami diminta memakai kruk ke fasilitas umum seperti kereta bawah tanah. Kami diminta merasakan bagaimana jika ada pada posisi mereka yang tengah memiliki masalah kesehatan atau difabel. Intinya bagaimana menumbuhkan empati sehingga  kebijakan yang kita susun benar-benar sudah memperhatikan kebutuhan semua pihak,” ungkapnya.

Dari pengalaman mengikuti kegiatan di MIT tersebut Emil Dardak mendapatkan pelajaran terkait bagaimana komunikasi pembangunan seharusnya dilakukan. Pertama di level terbawah yang disebutnya level downloading dimana orang masih sebatas mencari dan menerima informasi.

Kedua level debating saat pihak-pihak yang terlibat membahas sebuah permasalahan, di level ini masih ada nuansa kalah menang. Ketiga adalah proses reflecting saat pihak yang terlibat membahas apa yang sudah terjadi dan berusaha menarik pelajaran berharga.

“Keempat adalah level predicting saat kita diminta berkomunikasi dalam membuat kebijakan untuk sesuatu yang belum atau akan terjadi di masa depan. Di level ini empati bisa turut menyelesaikan masalah sebab empati adalah modal pembangunan manusia.” pungkasnya. (iim/is)