MENYAMBUNG HIDUP SENIMAN TRADISIONAL TERPAKSA NGAMEN

Banyuwangi, menaramadinah-Pandemi ini benar-benar pukulan telak bagi para seniman, khususnya seniman tradisonal. Sudah dua putaran musim ‘tanggapan’ telah membunuh rezeki mereka. Di era penerapan PPKM ini benar-benar telah membuat keluarga para seniman tradisional di Banyuwangi ‘klepek-klepek’.

Masih sempat dimanfaatkan para pihak untuk disalurkan ke seberang jalan, berdemontrasi ke Pemkab untuk meminta kebijakan PPKM ini tidak melarang atau membatasi kegiatan kesenian di acara hajatan.

Jelas pihak Pemkab tidak akan bergeming atas tuntutan itu. Pandemi ini ujian bersama, tantangan bersama dan harus dihadapi bersama, ungkap petinggi Pemkab Banyuwangi, Hj. Ipuk F Azwar Anas.

Langkah real yang mesti harus disikapi dalam kondisi darurat pandemi Cavid 19 ini, khususnya bagi para seniman tradisonal, harus mencari solusi sesuai dengan keadaan kemampuannya. Satu di antara peduli itu adalah Langlang Sitegar. Menurut Langlang, pegiatan sosial asal Kec. Sempu itu, ‘…mereka harus diprovokasi untuk bisa memilih jalur yang solutif dengan lebih bersiasat yang kreatif.

Mengeluh, menyalah-nyalahkan keadaan, menyalahkan pihak lain (pemerintah) hal yang mubazir, tidak akan ada solusi”. Maka Langlang dkk berinisiatif untuk mendorong mereka bekerja sebisanya, menjadi kuli bangunan, kuli sawah, tukang wlijo, dll. Dan mereka yang benar-benar tidak menemukan alternatif, ‘ngamen’ di jalan-jalan opsi solusi terakhir.

Cara itu juga dibenarkan oleh Mochammad Rifai, yang juga kepala SMA Negeri Glenmore, dalam rangka memenuhi kebutuhan primernya bidang ekonomi. ‘…ngamen sebagai solusi jangka pendek, sangat baik itu dilakukan.

Kondisi darurat harus dijawab dengan kreatif…”, tegas kepala sekolah senior itu. Kami siap bergabung, tegasnya serius. Paling tidak ikut merekomendasilah hahahahh …”.

Semua pihak harus memaklumi, bahwa kondisi seperti ini yang penting bisa untuk menyambung hidup tanpa harus bersandar kepada belas kasihan para pihak. “…Ngamen ini berarti kami bekerja”, cetus seorang pelaku seni yang tidak suka namanya disebut.

Sebenarnya pekerjaan ‘ngamen’ seperti ini menjatuhkan harga diri seorang seniman, tetapi apa boleh buat dalam kondisi darurat seperti ini, targetnya kebutuhan keluarga bisa terjawab, cetusnya.

Negara ini sudah berat beban tanggung jawabnya Mas…, kami dan para seniman sedapat mungkin untuk tidak merepotkan sehingga tidak menjadikan beban itu semakin berat…, Langlang mengakhiri pembicaraannya dengan awak media.
MR, Jurnalis Citizen Menaramadinah.com