Kemampuan Penggiat Sosial Harus Pilih Tanding.

Oleh : Moh Agus Slamet, SE, MM.

Sambil menikmati suasana alam pedesaan yang asri dengan sedikit kebisingan lalu layangnya kendaraan, anak muda desa yang cerdas dan secara diplomasi pembicaraan runtut tapi agak janggal bagi saya.

Di ceritakan oleh penasihat Posbakumadin Blitar dan Trenggalek ini tentang sangat tahunya tokoh desa tersebut tentang penyalah gunaan tanah bengkok, bumdes beserta pembesian yang tidak sesuai ukuran dalam pembangunan di wilayah desanya.

Kejanggalan mulai di rasakan oleh tim dewan pengupahan dan tripartit ini mana kala permasalahan itu akan dia ungkap kalau ada yang mengusik dia, karena sekali di ungkap kasus tidak akan mengenal kompromi dan bisa berakibat fatal sampai jajaran yang lebih atas akan ikut kena.

Belum sempat memberi tanggapan, harus tertunda dengan waktu sholat mahrib berjamaah. Padahal ada hal prinsip yang akan di sampaikan. Pembina jasa konstruksi Jawa Timur hanya ingin menyampaikan kenapa ngungkapkannya nunggu ada yang ngusik, sehingga terfikir oleh manager klinik konsultasi bisnis ini ketika tidak ada yang mengusik pemuda tersebut, loloslah proyek yang salah dan merugikan banyak umat itu pastinya.

Asumsi kasihan pejabat topnya di kabupaten, memang seberapa dekatnya, juga apa korelasinya, aneh sekali ini.

Dalam menutup diskusi ringan  kesimpulan dari ketua pembina Aspeporin Jawa Timur ini garis besarnya, agak sulit mencari figur aktifis yang siap bersuara, siap data dan fakta plus tidak gembos di tengah jalan, apapun yang terjadi tetap maju terus pantang pulang sebelum tugas terselesaikan.