Sang Legenda Bindara Mohammad Saod Sumenep

Bindara Saod adalah seorang penyebar agama Islam dan umaroh kerajaan Sumenep. Bagaimana kisah beliau. Berikut ini kisahnya.

Bindara Saod adalah putra dari Kyai Abdullah (R. Bindara Bungso) Batu Ampar Guluk Guluk Sumenep, dari hasil perkawinannya dengan Nyai Nurima yang masih keturunan Pangeran Natapraja (Pangeran Bukabu), sedangkan K. Abdullah adalah putra dari k. Abdul Qidam (R. Pandiyan) Larangan Pamekasan. Kemudian Bindara Saod memperistri Raden Ayu Dewi Rasmana Tirtonegoro (1750-1762 M) yang merupakan Raja/Ratu ke- 30 masa pemerintahan di Kabupaten Sumenepdan tidak dikarunia keturunan. Namun sebelum menikah dengan Raden Ayu Rasmana, istri pertama yakni Nyai Izzah Lembung Lenteng Sumenep dan memiliki dua putra yakni R. Bahauddin Aryo Pacinan dan R. Asiruddin Panembahan Somala .

Kala itu K. Abdullah (R. Bindara Bungso) adalah termasuk golongan waliyullah yang banyak berperan dan berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di daerah Batu Ampar timur. Dengan cara membuka pesatren K. Abdullah membina dan mengajarkan masyarakat untuk menyembah Allah. K. Abdullah pernah berguru kepada pamannya yaitu Kyai Raba (K. Abdur Rahman) di daerah Pandemawu Pamekasan yang termasuk golongan waliullah. Setelah diketahui kemampuan yang dimeliki oleh K. Abdullah diperintahkan untuk membuka pesatren sendiri di Batu Ampar timur. Karena dengan membuka pesatren kelak akan mempuyai putra yang akan menjadi pimpinan negara di Sumenep sampai tujuh turunan. Itulah yang dikatakan kyai Raba pada K. Abdullah.

Ketika sudah cukup lama membuka pesantren di daerah Batu Ampar timur,kemudian K. Abdullah memperistri Nyai Nurima, yaitu putri dari Kyai Hatib Bangil Parongpong. Pernikahan K. Abdullah dan Nyai Nurima dikarunia putra tiga orang yaitu: Nyai Talaga, Nyai Kadungdung, dan Bindara Saod.

Bahwasanya tanda-tanda keistemewan Bindara Saod sudah ada sejak dalam kandungan ibunya, yang mungkin suatu petanda bahwa kelak akan menjadi pimpinan negara. selesai K. Abdullah mengajarkan ilmu agama Islam ke daerah-daerah disekitar Batu Ampar. Malam semakin larut, dan memberi pelajaran agama Islam dirasa cukup, dan kini saatnya K. Abdullah pulang kerumahnya. Sesampainya di rumah suasana nampak hening dikarenakan udah lewat jam 12 malam. Sesungguhnya Nyai Nurima istri K. Abdullah di dalam rumah sedan mengerjakan sholat tahajud. Namun Kyai Abdullah tidak mengetahui apa yang diperbuat istrinya didalam rumah.langsung saja K. Abdullah mengetuk pintu dan memangil salam beberapa kali. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari istrinya. Ketika cukup lama menunggu ditengah dinginnya malam dan heningnya suasana, tiba-tiba terdengar suara anak kecil menjawab salamnya seperti ini ”Waalaikum Salam Wr, Wb. tunggu Aba, Umi masihsholat” terkejut tercampur heran terlintas di dalam benak K. Abdullah. Karena setahu dirinya tidak ada di dalam rumahnya anak kecil walaupun istri hamil tapi masih belum genap saat kelahirannya.Setelah selesai melaksanakan sholat tahajud, istri langsung membukakan pintu untuk K. Abdullah dikala pada saat itu menunggu lama didepan pintu.Lalu kemudian K Abdullah menayakan tentang suara anak kecil itu yang menjawab salamnya tadi. Nyai Nurima lalu menceritakan tentang kejadian yang baru saja terjadi yang diluar kemampuan akal manusia, bahwa barusan yang menjawab salam itu adalah anak kita yang ada didalam kandungan.

Waktu berjalan terus dan kini sampailah pada saat kelahiran kandungan Nyai Nurima yang telah lama ditunggu kehadirannya.Dan akhirnya Nyai Nurima melahirkan anak laki-laki yang sangat tanpan wajahnya bercahaya. K. Abdullah memberikan nama kepada cabang bayi dengan sebutan Mohammad Saod, pengambilan nama tersebut diambil pada kondisi kejadian saat terjadi ada suara bayi dalam kandungan. Kata Saod itu sendiri berasal dari bahasa arab yang asal katanya adalah saudan dan mempuyai arti suara dan dalam bahasa Madura Saod artinya Nyaot/Menjawab.

Ketika Mohammad Saud berumur 6 tahun, oleh ayahnya dimondokan dipesantren pamannya K. Faqih yaitu masih saudara dari ibunya Nyai Nurima untuk dididik ilmu agam Islam, yang terletak di Desa Lembung Kec. Lenteng. Diantaranya banyak santri yang ada Mohammad Saod kecilmampu mendahului santri yang lebih tua dalam menguasai semua ilmu pelajaran agama.Perlu untuk diketahui, pada masanya K. Faqih memang juga dikenal dengan oleh banyak sebagai seorang waliullah yang menguasai pesantren di desa Lembung barat kecamatan Lenteng Sumenep.Disamping itu Kyai Faqih juga dikenal seorang budayawan yang banyak memberikan pelajaran gamelan Yogjakarta.
Pada saat itu Mohammad Saod bersama santri –santri lainnya tidur untuk beristirahat.Kala itu malam diselimuti gelap, hanya sedikit bulan memberikan sinarnya pada bumi.Namun ditengah malam muncullah sinarlah yang sangat terang mengalahkan sinar rembulan.Sinar tersebut datang dari balai-balai tempat para santri dan sempat dilihat oleh K. Faqih yang kala pada malam itu belum beristrirahat.Mengetahui kejadian tersebut K. Faqih tidak terkejut.Kyai Faqih yang menyandang pangkat waliyullah hanya bertanya dalam hatinya, mungkinkah itu Mohammad Saod yang bercahaya. Tafsiran Kyai Faqih tersebut hanya didasarkan pada beberapa keistemewaan pada diri Mohammad Saod yang berbeda dengan santri-santri lainnya,untuk membuktikan dan memastikan kejadian yang dilihatnya benar, langsung sajapada malam itu juga kyai faqih memberi tanda buntelan pada seorang santri yang bercahaya.Sementara malam perlahan akan meninggalkan tugasnya, dan fajar sudah datang dengan menandakan ayam berkokok yang menyatakan sholat subuh tiba. Danpara santri bangun dari tidurnya, kemudian bergegas untuk mengambil wudhu untuk mengikuti sholat subuh berjamaah.Setelah sholat subuh dikerjakan K. Faqih memangil semua santri untuk menghadapnya, kemudian memerintahkan agar santriyang sarungnya ada tanda buntelan agar maju ke depan.Ternyata setelah terjadi saling cari buntelan pada sarung masing-masingsantri, akhirnya yang maju kedepan adalah Mohammad Saud. Akhirnya semuadugaan dan perkiraan K. Faqih terhadap keponakanya Mohammad Saud tidak meleset.Karena sebenarnya pada diri Mohammad Saod mempuyai banyak sekali keistemewaan yang tak cukup banyak diceritakan.Hal tersebut karena begitu luasnya ilmu pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT pada diri Mohammad Saud. Oleh karenanya dalam kesempata tersebut K. Faqih mengatakan pada keponakannya bahwa kelak apabila menjadi dewasa engkau akan menjadi pemimpin di Sumenep sampai tujuh turunan.

Melalui proses pematangan diri yang dilaluinya selama mondok di pesantren dengan berbagai kajian ilmu dan akhlak. Akhirnya Mohammad Saod sering diminta untuk mewakili K. Faqih gurunya dalam mendakwakan agama Islam.Dan dirasa kematangan Mohammad Saod semakin dewasa, akhirnya oleh gurunya Mohammad Saod dinikahkan dengan Nyai Izzah yang masih keturunan Syd.Ahmad Baidlawi (Pangeran Katandur) Bangkal Kota Sumenep.sedangkan Pangeran Katandur cucu dari Sunan dari Kudus (Syd.Jakfar Shadiq). Dari hasil pernikahanya dengan Nyai Izzah Bindara Saod dikarunia dua orang putra, yaitu R.Baharuddin Aryo Pacenan dan Raden Asiruddin Panembahan Somala.

Waktu terus berjalan tapi tidak lama kemudian akhirnya nasib mengatakan lain bahwa Mohammad Saod menikah dengan R. Ayu Rasmana Tirtonegoro yang pada waktu itu menjabat ratu di kerajaan Sumenep. R Ayu Rasmana adalah janda dari R. Tirtonegoro yang berpangkat menteri untuk menjalankan roda pemerintahan di Sumenep dan tugasnya tidak terlalu susah, R Ayu Rasmana di sarankan untuk mencari pendamping untuk dirinya, sehingga R Ayu Rasmana melakukan semedi beberapa lamanya dan akhirnya dia mendapatkan ilham bahwa pendampingnya adalah tukang rumput dari masyarakat biasa sehingga R. Ayu Rasmana memerintahkan prajuritnya untuk mencari pemuda itu akhirnya kebetulan yang menghadap R. Ayu Rasmana adalah Mohammad Saod dia menyatakan kalau sudah punya istri tapi apa boleh buat untuk kemakmuran masyarakat Sumenep akhirnya menjalankan tugas tersebut. Setelah sampai kerumahnya dia sampaikan kepada istrinya Nyai Izzah bahwasanya diminta untuk menyadari kepentingan masyarakat Sumenep menjadi suami R. AyuRasmana, dengan demikian Nyai Izzah dan akhirnya Mohammad Saod bercerai dengan Nyai Izzah dengan cara baik. Dan menikah dengan R. Ayu Rasmana. R. Ayu Rasmana memberikan seluruh tanggung jawab pemerintahan Sumenep kepada suaminya dengan gelar Tumenggung Tirtonegoro Bindara Mohammad Saod berpangkat Tumenggung dan memerintah Sumenep antara tahun 1750-1762 M.

Sebagai orang sebelumnya datang dari kalangan ulama, setelah menjabat Adipati Sumenep, Bindara Mohammad Saod tetap menjalankan roda pemerintahannya Sumenep pada ajaran yang tidak menyimpang dari tuntunan AllahSWT dan Nabi Muhammad SAW. Sehingga walaupun menjadi adipati Bindara Mohammad Saod tetap sebagai pribadi yang suka menyebarkan agama Islam, dan dapat julukan Waliyullah.

Bindara Mohammad Saod memerintah Sumenep sekitar sepuluh tahun.Terakhir kondisi fisiknya mulai menurun dan sering sakit-sakitan. Kemudian iamemanggil putranya yang dicalonkan sebagai penganti sesuai dengan wasiat dari ratu R. Ayu Dewi Rasmana, yaitu R. Asiruddin atau lebih dikenal dengan sebutan Penembahan Somala. Bindara Mohammad Saod wafat pada tanggal 17Jumadilawal 1171 H, dan dimakamkan di asta tinggi bersebelahan Ratu Ayu Dewi Rasmana yang merupakan istri beliau.

Sumber : http://arisabdfiqi.blogspot.com/2017/11/legenda-sang-waliyullah-bindara.html?m=1
Keterangan Gambar : ilustrasi